Surah Al-Baqarah Ayat 102, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 102

0
50

Surah Al-Baqarah Ayat 102 menjelaskan bagaimana beberapa orang Yahudi mengikuti sihir dan praktik-praktik setan yang dipraktikkan pada masa Nabi Sulaiman ‘alaihis salam.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 102

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 102 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Wattaba‘ū mā tatlusy syayāthīnu (dan mereka mengikuti apa-apa yang dibacakan oleh setan-setan).

‘Alā mulki sulaimāna (tentang kerajaan Sulaiman).

Wa mā kafara sulaimānu (padahal Sulaiman tidaklah kufur).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 102

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 102 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(dan mereka mengikuti apa-apa yang dibacakan oleh setan-setan), yakni mereka mengamalkan perkara-perkara yang telah ditulis oleh setan-setan.

(tentang kerajaan Sulaiman), bahwa lenyapnya kerajaan Sulaiman ‘alaihis salam selama empat puluh hari adalah termasuk sihir dan sulap.

(padahal Sulaiman tidaklah kufur), yakni Sulaiman ‘alaihis salam tidaklah menulis sihir dan sulap. …

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul  Insan

[1] Dan mereka mengikuti apa[2] yang dibaca oleh setan-setan[3] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu melakukan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir[4], …

[1] Syaikh As Sa’diy menerangkan dalam kitab Tafsirnya bahwa sudah menjadi ketentuan dan hikmah ilahiyyah, barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang memberinya manfaat dan ia bisa mengambil manfaat itu, tetapi malah meninggalkannya, maka ia diuji dengan kesibukan-kesibukan yang memadharatkannya.

Barang siapa yang tidak beribadah kepada Allah, maka ia ditimba musibah dengan beribadah kepada selain-Nya, barang siapa yang meninggalkan cinta kepada Allah, takut dan berharap kepada-Nya, maka ia akan ditimpakkan musibah dengan cinta kepada selain Allah, takut dan berharap kepada selain-Nya, barang siapa yang tidak menafkahkan harta untuk keta’atan kepada Allah, maka ia akan menafkahkan hartanya karena menta’ati setan, barang siapa yang tidak menghinakan dirinya kepada Tuhannya, maka akan ditimpa musibah dengan menghinakan diri kepada sesama hamba, dan barang siapa yang meninggalkan kebenaran, maka ia akan ditimpa musibah dengan sesuatu yang batil.

Seperti inilah keadaan orang-orang Yahudi, ketika mereka meninggalkan kitab Allah, mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan dan apa yang mereka buat berupa perkara sihir di masa kerajaan Sulaiman. Setan-setan mengeluarkan ilmu sihir dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman ‘alaihis salam juga mempelajari sihir sehingga ia memperoleh kerajaan yang besar. Namun apa yang mereka katakan adalah dusta, Sulaiman tidaklah mempelajari ilmu sihir, Allah menyatakan wa maa kafara Sulaimaan (Sulaiman tidaklah kafir), yakni tidak mempelajari sihir.

[2] Maksudnya, kitab-kitab sihir.

[3] Setan-setan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir.

[4] Maksudnya, Sulaiman tidaklah kafir dan tidak mempelajari dan melakukan sihir. Ayat ini menunjukkan bahwa melakukan sihir merupakan perbuatan yang dapat mengkafirkan pelakunya.

.

Tafsir Jalalain

(Dan mereka mengikuti) diathafkan pada ‘nabadza’.

(apa yang dibaca) dulu.

(oleh setan-setan pada) masa.

(kerajaan Sulaiman) berupa buku-buku sihir yang mereka pendam di bawah singgasananya ketika kerajaannya runtuh. Atau mungkin juga setan-setan itu mencari dengar lalu mencampurkan ke buku-buku itu kebohongan-kebohongan dan memberikannya kepada tukang-tukang tenung yang membukukannya sehingga tersebar berita bahwa jin mengajarkan hal-hal gaib. Sulaiman pun mengumpulkan buku-buku itu lalu menguburkannya. Tatkala ia mangkat, setan-setan pun menunjukkannya kepada manusia dan ketika mereka bongkar ternyata di dalamnya ada ilmu sihir. Kata mereka, Kerajaan kamu berdirinya adalah dengan ini! Lalu mereka pelajari ilmu sihir itu dan mereka tolak buku-buku nabi-nabi mereka. Ketika orang-orang Yahudi mengatakan, Lihat itu Muhammad, disebutkannya Sulaiman itu seorang nabi, padahal ia tidak lebih dari seorang tukang sihir, maka Allah pun berfirman untuk membuktikan kebenaran Sulaiman dan menyangkal orang-orang Yahudi itu.

(padahal Sulaiman tidaklah kafir) maksudnya ia tidak melakukan sihir, sebab sihir adalah perbuatan kafir. …

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Al-Aufi di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan. (Al-Baqarah: 102)

Tersebutlah bahwa ketika kerajaan Nabi Sulaiman terlepas dari tangannya, maka murtadlah segolongan jin dan manusia; mereka mengikuti hawa nafsu mereka. Setelah mengembalikan kerajaan kepada Sulaiman, maka orang-orang pun berjalan sesuai dengan hukum agama seperti semula. Sesungguhnya Sulaiman dapat menemukan kitab-kitab mereka, lalu menguburnya di bawah singgasananya; tidak lama kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihis salam meninggal dunia. Akan tetapi, manusia dan jin dapat menemukan kitab-kitab tersebut setelah Nabi Sulaiman wafat. Lalu mereka berkata, Kitab inilah yang diturunkan oleh Allah kepada Sulaiman, tetapi Sulaiman menyembunyikannya. Maka mereka mengambil kitab tersebut dan menjadikannya sebagai agama.

Lalu turunlah firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan kitab yang ada pada mereka. (A1-Baqarah: 101), hingga akhir ayat.

Maka mereka mengikuti kemauan hawa nafsu mereka yang dibacakan oleh setan-setan, yaitu alat-alat musik dan permainan serta segala sesuatu yang melalaikan berzikir kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Asif adalah juru tulis Nabi Sulaiman. Dia adalah orang yang mengetahui Ismul A’zam, dan mencatat segala sesuatu atas izin Nabi Sulaiman, lalu Nabi Sulaiman mengubur catatan tersebut di bawah singgasananya.

Ketika Nabi Sulaiman wafat, catatan tersebut dikeluarkan oleh setan-setan, lalu mereka menyisipkan catatan mengenai sihir dan kekufuran di antara tiap dua barisnya. Mereka mengatakan, inilah yang dahulu diamalkan oleh Sulaiman.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa setelah ada keterangan dari setan, maka orang-orang yang tidak mengerti mengafirkan Sulaiman dan mencacimakinya, tetapi para ulama dari kalangan mereka hanya diam. Orang-orang yang bodoh dari kalangan mereka terus-menerus mencaci maki Nabi Sulaiman, hingga Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan ayat berikut kepada Nabi Muhammad ﷺ, yaitu:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). (Al-Baqarah: 102)

Ibnu Jarir mengatakan bahwa Abus Sa’ib Salimah ibnu Junadah As Sawa-i menceritakan, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari Al-Minhal, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan riwayat berikut:

Tersebutlah bahwa Nabi Sulaiman apabila hendak memasuki kamar mandi atau menggauli salah seorang istrinya, terlebih dahulu ia menyerahkan cincinnya kepada pembantu pribadinya, yaitu seorang wanita. Ketika Allah hendak menguji Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dengan ujian yang dikehendaki-Nya, maka di suatu hari Sulaiman menyerahkan cincinnya kepada pembantunya. Lalu datanglah setan dalam nipa Sulaiman dan berkata kepada pembantu Sulaiman, Serahkanlah cincinku. Si pembantu menyerahkan cincin itu kepadanya, dan ia segera memakainya. Ketika setan memakainya, maka tunduklah semua setan, jin, dan manusia kepadanya.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi Sulaiman datang kepada pembantunya itu dan berkata kepadanya, Berikanlah cincinku kepadaku. Si pembantu berkata, Engkau dusta, engkau bukan Sulaiman. Maka sejak saat itu Nabi Sulaiman mengetahui bahwa hal ini merupakan cobaan yang ditimpakan kepada dirinya.

Ibnu Abbas berkata bahwa di hari-hari (kekuasaannya itu) setan-setan menulis berbagai macam kitab yang di dalamnya terkandung sihir dan kekufuran, lalu mereka menguburnya di bawah singgasana Raja Sulaiman. (Setelah Sulaiman wafat) mereka mengeluarkan kitab-kitab itu dan membacakannya di hadapan semua orang, lalu mereka berkata, Sesungguhnya dahulu Sulaiman dapat berkuasa atas manusia melalui kitab-kitab ini.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu semua orang berlepas diri dari apa yang dilakukan oleh Sulaiman dan mengafirkannya. Setelah Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ, maka diturunkan-Nyalah ayat berikut, yakni firman-Nya:

Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak melakukan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). (Al-Baqarah: 102)

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Husain ibnu Abdur Rahman, dari Imran (yaitu Al-Hari§) yang menceritakan: Ketika kami berada di rumah Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu, tiba-tiba datanglah seorang lelaki, lalu Ibnu Abbas bertanya kepadanya, Dari manakah kamu? Lelaki itu menjawab, Dari negeri Irak. Ibnu Abbas bertanya, Dari bagian mana? Lelaki menjawab, Kufah. Ibnu Abbas bertanya, Bagaimanakah beritanya? Lelaki menjawab, Ketika aku meninggalkan mereka, mereka sedang hangat membicarakan bahwa Ali radiyallahu ‘anhu berangkat menuju ke arah mereka (untuk memerangi mereka). Maka Ibnu Abbas merasa kaget dan mengatakan, Tidak pantas kamu katakan demikian, hanya orang yang tak berayah yang mengatakan demikian. Seandainya kami percaya (dengan apa yang diberitakannya itu), pasti kami tidak mau menikahi wanita-wanitanya, tidak pula membagikan harta warisannya. Ingatlah, sesungguhnya aku akan menceritakan kepada kalian tentang jawaban yang sebenarnya. Bahwa dahulu setansetan mencuri-curi pendengaran di langit, lalu seseorang dari mereka datang membawa kalimat hak yang telah didengarnya; tetapi bila hendak ia sampaikan, maka ia mencampurinya dengan tujuh puluh (banyak) kedustaan.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa kalimat-kalimat tersebut sempat memperoleh perhatian banyak orang hingga meresap ke dalam hati mereka. Maka Allah memperlihatkan hal tersebut kepada Nabi Sulaiman ‘alaihis salam, lalu Nabi Sulaiman mengubur (catatan-catatan itu) di bawah kursi singgasananya. Tetapi setelah Nabi Sulaiman wafat, setan jalanan bangkit, lalu berkata, Maukah kalian aku tunjukkan kepada kalian simpanan terlarang yang tiada simpanan seperti simpanan itu? Ia berada di bawah kursi singgasananya. Lalu mereka mengeluarkannya, dan setan itu berkata, Ini ilmu sihir. Maka orang-orang menggandakan catatan-catatan tersebut dari generasi ke generasi yang lain, hingga sisanya adalah yang sekarang hangat dibicarakan oleh penduduk Irak. Lalu Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan firman-Nya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir)…, hingga akhir ayat, (A1-Baqarah: 102).

Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya, dari Abu Zakaria Al-Anbari, dari Muhammad ibnu Abdus Salam, dari Ishaq ibnu Ibrahim, dari Jarir dengan lafaz yang sama.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Halaman:  1    2        5        8

 

Artikel SebelumnyaSetan-setan pada Masa Kerajaan Sulaiman
Artikel SelanjutnyaAl-Baqarah Ayat 101, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan