Keutamaan Ayat Kursi, Ayat Perlindungan Diri

0
3

Dalam konteks keutamaan Ayat Kursi, ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka’b, yang memberikan pandangan yang menarik tentang ayat ini. Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mausuli mencatat bahwa ada riwayat yang berasal dari Ubay tentang keutamaan Ayat Kursi.

Dalam riwayat ini, Ubay ibnu Ka’b mengalami pengalaman yang luar biasa saat menjaga sebuah wadah besar yang berisikan buah kurma. Dalam kejadian tersebut, ia berhadapan dengan seorang jin yang menjelaskan mengapa mereka tertarik pada ayat ini sebagai perlindungan. Jin tersebut bahkan mengidentifikasi Ayat Kursi sebagai sumber kekuatan dan perlindungan bagi mereka.

Setelah peristiwa ini, Ubay ibnu Ka’b menghadap Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk berbagi pengalaman tersebut, yang kemudian diterima dengan pengakuan dari Nabi sendiri.

Mari kita telusuri lebih lanjut bagaimana Ayat Kursi memiliki keistimewaan yang luar biasa dalam melindungi dari gangguan makhluk halus.

Baca juga: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

 

Perlindungan dari Setan-Setan Manusia dan Jin

Hadits   diriwayatkan   dari   Ubay mengenai keutamaan ayat Kursi  ini.  Al-Hafiz Abu Ya’la Al-Mausuli mengatakan:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّوْرَقِيُّ حَدَّثَنَا مُبَشِّرٌ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عَبْدَةَ بْنِ أَبِي لُبَابَةَ  عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ: أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُ: أَنَّهُ كَانَ لَهُ جُرْنٌ فِيهِ تَمْرُّ قَالَ: فَكَانَ أُبَيٌّ يَتَعَاهَدُهُ فَوَجَدَهُ يَنْقُصُ قَالَ: فَحَرَسَهُ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَإِذَا هُوَ بِدَابَّةٍ شَبِيهُ الْغُلَامِ الْمُحْتَلِمِ قَالَ: فَسَلَّمَتْ عَلَيْهِ فَرَدَّ السَّلَامَ. قَالَ: فَقُلْتُ: مَا أَنْتَ، جِنِّيٌّ أَمْ إِنْسِيٌّ؟ قَالَ: جِنِّيٌّ. قُلْتُ: نَاوِلْنِي يَدَكَ. قَالَ: فَنَاوَلَنِي، فَإِذَا يَدُ كَلْبٍ وَشَعْرُ كَلْبٍ. فَقُلْتُ: هَكَذَا خَلْقُ الْجِنُّ؟ قَالَ: لَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنُّ مَا فِيهِمْ أَشَدُّ مِنِّي، قُلْتُ: فَمَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ قَالَ: بَلَغَنِي أَنَّكَ رَجُلٌ تُحِبُّ الصَّدَقَةَ فَأَحْبَبْنَا أَنَّ نُصِيبَ مِنْ طَعَامِكَ. قَالَ: فَقَالَ لَهُ  فَمَا الَّذِي يُجِيرُنَا مِنْكُمْ؟ قَالَ: هَذِهِ الْآيَةُ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. ثُمَّ غَدَا إِلَى النَّبِيِّ  صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَدَقَ الْخَبِيثُ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ibrahim Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Maisarah, dari Al-Auza’i, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Ubaidah ibnu Abu Lubabah, dari Abdullah ibnu Ubay ibnu Ka’b yang menceritakan,

Ayahnya pernah menceritakan kepadanya bahwa ia memiliki sebuah wadah besar yang berisikan buah kurma. Ayahnya biasa menjaga tong berisikan kurma itu, tetapi ia menjumpai isinya berkurang.

Di suatu malam ia menjaganya, tiba-tiba ia melihat seekor hewan yang bentuknya mirip dengan anak lelaki yang baru berusia balig. Lalu aku (Ka’b) bersalam kepadanya dan ia menyalami salamku.

Aku bertanya, Siapakah kamu, jin ataukah manusia?

Ia menjawab, Jin.

Aku berkata, Kemarikanlah tanganmu ke tanganku.

Maka ia mengulurkan tangannya ke tanganku, ternyata tangannya seperti kaki anjing, begitu pula bulunya.

Lalu aku berkata, Apakah memang demikian bentuk jin itu?

Ia menjawab, Kamu sekarang telah mengetahui jin, di kalangan mereka tidak ada yang lebih kuat daripada aku.

Aku bertanya, Apakah yang mendorongmu berbuat demikian?

Ia menjawab, Telah sampai kepadaku bahwa kamu adalah seorang manusia yang suka bersedekah, maka kami ingin memperoleh sebagian dari makananmu.

Lalu ayahku (Ka’b) berkata kepadanya, Hal apakah yang dapat melindungi kami dari gangguan kalian?

Jin itu menjawab, Ayat ini, yaitu ayat Kursi.

Pada keesokan harinya Ka’b berangkat menemui Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallamlalu menceritakan hal itu kepadanya.

Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallambersabda: Benarlah (apa yang dikatakan oleh) si jahat itu.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya. melalui hadits Abu Dawud At-Tayalisi, dari Harb ibnu Syaddad, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Al-Hadrami ibnu Lahiq, dari Muhammad ibnu Amr ibnu Ubay ibnu Ka’b, dari kakeknya dengan lafaz yang sama. Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini berpredikat sahih, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.

 

Ayat Kursi Sebagai Cara untuk Melindungi Diri dari Gangguan Jin

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub, yaitu Khalid ibnu Zaid Al-Ansari radiyallahu ‘anhu, disampaikan pengalaman uniknya yang melibatkan interaksi dengan jin yang mengganggunya saat tidur. Hadits ini menjadi relevan karena menunjukkan bagaimana Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam memberikan solusi atas masalah ini.

Abu Ayyub, setelah mengalami gangguan berulang dari jin, meminta bantuan kepada Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Nabi memberinya nasihat untuk mengucapkan “Bismillah” dan tunduk kepada Rasulullah ketika jin muncul.

Meskipun Abu Ayyub berhasil menangkap jin tersebut beberapa kali, jin tersebut selalu berjanji untuk tidak kembali mengganggunya, yang pada akhirnya ia lepaskan. Namun, Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam memprediksi bahwa jin tersebut akan kembali, dan memang demikianlah yang terjadi.

Akhirnya, jin tersebut memberikan solusi kepada Abu Ayyub dengan mengajarkan Ayat Kursi sebagai cara untuk melindungi diri dari gangguan jin. Hadits ini menggarisbawahi pentingnya Ayat Kursi sebagai perlindungan dari gangguan makhluk gaib, meskipun ada sedikit ketidakpastian tentang kebenaran pernyataan jin tersebut.

Mari kita simak hadits yang diriwayatkan dari Abu Ayyub, yaitu Khalid ibnu Zaid Al-Ansari radiyallahu ‘anhu

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ أَخِيهِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ أَبِي أَيُّوبَ: أَنَّهُ كَانَ فِي سَهْوَةٍ لَهُ، وَكَانَتِ الْغُولُ تَجِيءُ فَتَأْخُذُ فَشَكَاهَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَقَالَ: فَإِذَا رَأَيْتَهَا فَقُلْ: بِاسْمِ اللَّهِ أَجِيبِي رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: فَجَاءَتْ فَقَالَ لَهَا: فَأَخَذَهَا فَقَالَتْ: إِنِّي لَا أَعُودُ. فَأَرْسَلَهَا فَجَاءَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟  قَالَ: أَخَذْتُهَا فَقَالَتْ لِي: إِنِّي لَا أَعُودُ، إِنِّي لَا أَعُودُ. فَأَرْسَلْتُهَا، فَقَالَ : إِنَّهَا عَائِدَةٌ فَأَخَذْتُهَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا كُلُّ ذَلِكَ تَقُولُ: لَا أَعُودُ. وَأَجِيءُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَقُولُ: مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ؟  فَأَقُولُ: أَخَذْتُهَا فَتَقُولُ: لَا أَعُودُ. فَيَقُولُ: إِنَّهَا عَائِدَةٌ فَأَخَذْتُهَا فَقَالَتْ: أَرْسِلْنِي وَأُعُلِّمُكَ شَيْئًا تَقُولُهُ فَلَا يَقْرَبُكَ شَيْءٌ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ، فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ: صَدَقَتْ وَهِيَ كَذُوبٌ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Laila, dari saudaranya (yaitu Abdur Rahman ibnu Abu Laila), dari Abu Ayyub, bahwa ia selalu kedatangan jin yang mengganggu dalam tidurnya. Ia mengadukan hal tersebut kepada Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam

Maka Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallambersabda kepadanya: Apabila kamu melihatnya, maka ucapkanlah, Bismillah (dengan menyebut asma Allah), tunduklah kepada Rasulullah!

Ketika jin itu datang, Abu Ayyub mengucapkan kalimat tersebut dan akhirnya ia dapat menangkapnya. Tetapi jin itu berkata, Sesungguhnya aku tidak akan kembali lagi, maka Abu Ayyub melepaskannya.

Abu Ayyub datang dan Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya, Apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu?

Abu Ayyub menjawab, Aku dapat menangkapnya dan ia berkata bahwa dirinya tidak akan kembali lagi, akhirnya dia kulepaskan.

Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam menjawab, Sesungguhnya dia akan kembali lagi.

Abu Ayyub melanjutkan kisahnya, Aku menangkapnya kembali sebanyak dua atau tiga kali. Setiap kutangkap, ia mengatakan, ‘Aku sudah kapok dan tidak akan kembali menggoda lagi. Aku datang lagi kepada Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan beliau bertanya, Apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu?’

Aku menjawab, ‘Aku menangkapnya dan ia berkata bahwa tidak akan kembali lagi.’

Maka beliau   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya dia akan kembali lagi.’

Kemudian aku menangkapnya kembali dan ia berkata, ‘Lepaskanlah aku, dan aku akan mengajarkan kepadamu suatu kalimat yang harus kamu ucapkan, niscaya tiada sesuatu pun yang berani mengganggumu, yaitu ayat Kursi’.

Abu Ayyub datang kepada Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan hal itu kepadanya.

Lalu beliau   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda: Engkau benar, tetapi dia banyak berdusta.

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi di dalam Bab Keutamaan Al-Qur’an, dari Bandar, dari Abu Ahmad Az-Zubairi dengan lafaz yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadits ini berpredikat hasan garib.

Makna al-gaul yang ada dalam teks hadits menurut istilah bahasa adalah jin yang menampakkan dirinya di malam hari.

Baca juga: Makna Ayat Kursi Menurut Tafsir Ibnu Katsir

 

Ayat Pelindung Diri dari Gangguan Setan

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Abu Hurairah, kita mendengar kisah menarik tentang pengalaman Abu Hurairah yang menjaga hasil zakat Ramadan dan menghadapi seseorang yang berulang kali mencuri sebagian makanan tersebut.

Meskipun Abu Hurairah menawan pelaku, yang disebut sebagai seorang miskin dengan banyak anak, ia selalu melepaskannya karena merasa kasihan. Setiap kali ia dilepaskan, Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam memprediksi bahwa pelaku akan kembali.

Imam Bukhari menyebutkan pula kisah hadits ini dari sahabat Abu Hurairah. Imam Bukhari di dalam Bab Fadailil Qur’an (Keutamaan Al-Qur’an), yaitu bagian Wakalah, mengenai sifat iblis, dalam kitab sahihnya mengatakan:

Bahwa Usman ibnul Haisam yang dijuluki Abu Amr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu yang menceritakan hadits berikut: Rasulullah  shallallāhu ‘alaihi wa sallam menugasi diriku untuk menjaga (hasil) zakat Ramadan.

Datanglah kepadaku seseorang yang langsung mengambil sebagian dari makanan, maka aku menangkapnya dan kukatakan (kepadanya), Sungguh aku akan melaporkan kamu kepada Rasulullah.

Ia menjawab, Lepaskanlah aku, sesungguhnya aku orang yang miskin dan banyak anak serta aku dalam keadaan sangat perlu (makanan).

Aku melepaskannya, dan pada pagi harinya Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda (kepadaku), Hai Abu Hurairah, apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?

Aku menjawab, Wahai Rasulullah, dia mengadu tentang kemiskinan yang sangat dan banyak anak, hingga aku kasihan kepadanya, maka kulepaskan dia.

Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, Ingatlah, sesungguhnya dia telah berdusta kepadamu dan dia pasti akan kembali lagi.

Aku mengetahui bahwa dia pasti akan kembali karena sabda Rasul   shallallāhu ‘alaihi wa sallam yang mengatakan bahwa dia akan kembali. Untuk itu aku mengintainya, ternyata dia datang lagi, lalu mengambil sebagian dari makanan itu. Maka kutangkap dia, dan aku berkata kepadanya, Sungguh aku akan melaporkanmu kepada Rasulullah   shallallāhu ‘alaihi wa sallam

Ia berkata, Lepaskanlah aku, karena sesungguhnya aku orang yang miskin dan banyak tanggungan anak-anak, aku kapok tidak akan kembali lagi.

Aku merasa kasihan kepadanya dan kulepaskan dia.

Pada pagi harinya Rasulullah   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, Hai Abu Hurairah, apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?

Aku menjawab, Wahai Rasulullah, dia mengadukan keadaannya yang miskin dan banyak anak, aku merasa kasihan kepadanya, akhirnya terpaksa kulepaskan dia.

Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, Ingatlah, sesungguhnya dia telah berdusta kepadamu dan dia pasti akan kembali lagi.

Kuintai untuk yang ketiga kalinya, ternyata dia datang lagi, lalu mengambil sebagian dari makanan. Maka aku tangkap dia, dan kukatakan kepadanya, Sungguh aku akan menghadapkan dirimu kepada Rasulullah. Kali ini untuk yang ketiga kalinya kamu katakan bahwa dirimu tidak akan kembali, tetapi ternyata kamu kembali lagi.

Ia menjawab, Lepaskanlah aku, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yang akan membuatmu mendapat manfaat dari Allah karenanya. Aku bertanya, Kalimat-kalimat apakah itu? Ia menjawab, Apabila kamu hendak pergi ke peraduanmu, maka bacalah ayat Kursi, yaitu ‘Allah tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya)’, hingga kamu selesaikan ayat ini.

Sesungguhnya engkau akan terus-menerus mendapat pemeliharaan dari Allah dan tiada setan yang berani mendekatimu hingga pagi harinya. Maka aku lepaskan dia.

Pada pagi harinya Rasulullah   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, Apakah yang telah dilakukan oleh tawananmu tadi malam?

Aku menjawab, Wahai Rasulullah, dia menduga bahwa dirinya mengajarkan kepadaku beberapa kalimat yang menyebabkan aku mendapat manfaat dari Allah karenanya, maka dia kulepaskan.

Rasulullah   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bertanya, Apakah kalimat-kalimat itu?

Aku menjawab, Dia mengatakan kepadaku, ‘Apabila engkau hendak pergi ke peraduanmu, bacalah ayat Kursi dari awal hingga akhir ayat, yaitu: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya).’ Dia mengatakan kepadaku, ‘Engkau akan terus-menerus mendapat pemeliharaan dari Allah dan tidak ada setan yang berani mendekatimu hingga pagi harinya’. Sedangkan para sahabat adalah orang-orang yang paling suka kepada kebaikan.

Maka Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallambersabda, Ingatlah, sesungguhnya dia percaya kepadamu, tetapi dia sendiri banyak berdusta. Hai Abu Hurairah, tahukah kamu siapakah orang yang kamu ajak bicara selama tiga malam itu?

Aku menjawab, Tidak.

Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallambersabda, Dia adalah setan.

Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari secara ta’liq dengan memakai ungkapan yang tegas. Imam Nasai meriwayatkan hadits ini di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah melalui Ibrahim ibnu Ya’qub, dari Usman ibnul Haisam, lalu ia menuturkan hadits ini.

Baca juga: Keagungan Ayat Kursi di Dalam Al-Qur’an

 

Ayat Kursi Sebagai Perlindungan dari Gangguan Makhluk Gaib

Dalam satu jalur lain terdapat kisah serupa yang menegaskan pentingnya Ayat Kursi sebagai perlindungan dari gangguan makhluk gaib. Dalam konteks ini, Abu Hurairah memiliki tanggung jawab menjaga rumah sedekah yang berisi buah kurma. Namun, buah kurma tersebut terus-menerus hilang dalam jumlah yang sama setiap kali ia memeriksa.

Setelah melaporkan kejadian ini kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam, beliau memberikan Abu Hurairah kata-kata yang harus diucapkan ketika membuka pintu rumah sedekah tersebut.

Dalam situasi berikutnya, ketika Abu Hurairah mengucapkan kata-kata tersebut, seorang makhluk gaib muncul di depannya. Makhluk ini mengakui bahwa ia telah mengambil buah kurma tersebut untuk memberikannya kepada keluarga makhluk jin yang miskin.

Setelah dilepaskan, makhluk ini kembali pada hari kedua dan ketiga, setiap kali mengambil buah kurma tersebut.

Pada hari ketiga, ia berjanji untuk mengajarkan Abu Hurairah kalimat yang akan melindunginya dari gangguan makhluk jin. Kalimat ini adalah Ayat Kursi, dan jika diucapkan, tidak ada makhluk jin yang akan mendekati.

Kisah ini menegaskan kembali pentingnya Ayat Kursi sebagai perlindungan dari gangguan makhluk gaib, dan bagaimana Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam memberikan pengetahuan dan perlindungan kepada sahabatnya, Abu Hurairah.

Selengkapnya, mari kita simak berikut ini.

Telah diriwayatkan dari jalur yang lain melalui Abu Hurairah dengan konteks yang lain, tetapi maknanya berdekatan dengan hadits ini. Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan di dalam kitab tafsirnya:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Amruwaih As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair ibnu Harb, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Muslim Al-Abdi, telah menceritakan kepada kami Abul Mutawakkil An-Naji, bahwa sahabat Abu Hurairah diserahi tugas memegang kunci rumah sedekah (Baitul Mal) yang di dalamnya saat itu terdapat buah kurma.

Pada suatu hari ia berangkat menuju rumah sedekah dan membuka pintunya, ternyata dia menjumpai buah kurma telah diambil sebanyak segenggam tangan penuh.

Di hari yang lain ia memasukinya, dan menjumpainya telah diambil sebanyak segenggam tangan penuh pula.

Pada hari yang ketiganya ia kembali memasukinya, ternyata telah diambil lagi sebanyak segenggam tangan penuh, sama dengan hari-hari sebelumnya.

Kemudian Abu Hurairah melaporkan hal tersebut kepada Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam Maka beliau   shallallāhu ‘alaihi wa sallambersabda kepadanya: Apakah engkau ingin menangkap seterumu itu?

Abu Hurairah menjawab, Ya. Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, Apabila kamu membuka pintunya, maka katakanlah, ‘Maha Suci Tuhan yang telah menundukkanmu kepada Muhammad’.

Maka Abu Hurairah berangkat dan membuka pintu rumah sedekah itu, lalu mengucapkan, Maha Suci Tuhan yang telah menundukkanmu kepada Muhammad.

Dengan tiba-tiba muncul sesosok makhluk di hadapannya. Lalu Abu Hurairah berkata, Hai musuh Allah, kamukah yang melakukan ini?

Ia menjawab, Ya, lepaskanlah aku, sungguh aku tidak akan kembali lagi. Tidak sekali-kali aku mengambil ini melainkan untuk ahli bait dari kalangan makhluk jin yang miskin.

Maka Abu Hurairah melepaskannya. Pada hari yang kedua jin itu kembali lagi, begitu pula pada hari yang ketiganya.

Abu Hurairah berkata, Bukankah kamu telah berjanji kepadaku bahwa kamu tidak akan kembali lagi? Aku tidak akan melepaskanmu pada hari ini sebelum aku hadapkan kamu kepada Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam

Jin itu menjawab, Tolong jangan kamu lakukan itu. Jika kamu melepaskan diriku, aku sungguh-sungguh akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yang bila kamu ucapkan niscaya tidak ada satu jin pun yang mendekatimu, baik jin kecil maupun jin besar, jin laki-laki maupun jin perempuan.

Abu Hurairah bertanya, Kamu sungguh akan melakukannya?

Jin itu menjawab, Ya.

Abu Hurairah bertanya, Apakah kalimat-kalimat itu?

Jin itu membacakan ayat Kursi hingga akhir ayat, yaitu: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya). (Al-Baqarah: 255), hingga akhir ayat.

Maka Abu Hurairah melepaskannya, lalu jin itu pergi dan tidak kembali lagi.

Selanjutnya Abu Hurairah menuturkan hal tersebut kepada Nabi   shallallāhu ‘alaihi wa sallam Beliau  shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda, Tidakkah kamu tahu, memang hal tersebut adalah seperti apa yang dikatakannya.

Imam Nasai meriwayatkan pula dari Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ubaidillah, dari Syu’aib ibnu Harb, dari Ismail ibnu Muslim, dari Abul Mutawakkil, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang sama. Dalam keterangan yang lalu telah disebutkan hadits dari Ubay ibnu Ka’b, menceritakan hal yang semisal. Semuanya itu merupakan tiga peristiwa.

 

Ayat yang Dapat Melindungi Rumah dari Gangguan Setan

Dalam satu kisah yang diriwayatkan oleh Abu Ubaid di dalam Kitabul Garib-nya: telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Abu Asim As-Saqafi, dari Asy-Sya’bi, dari Abdullah ibnu Mas’ud, bahwa ada seorang lelaki dari kalangan manusia berangkat, lalu ia bersua dengan lelaki dari kalangan makhluk jin.

Jin berkata kepadanya, Maukah engkau berkelahi denganku? Jika kamu dapat mengalahkan aku, aku akan mengajarkan kepadamu suatu ayat yang jika kamu katakan ketika hendak memasuki rumahmu niscaya tidak ada setan yang berani memasukinya.

Maka manusia itu berkelahi dengannya, dan ternyata dia dapat mengalahkannya.

Lalu si manusia berkata, Sesungguhnya aku menjumpaimu berbadan kurus lagi kasar, seakan-akan kedua tanganmu seperti tangan (kaki depan) anjing. Apakah memang demikian semua bentuk dan rupa kalian golongan jin, ataukah kamu hanya salah satu dari mereka?

Jin itu menjawab, Sesungguhnya aku di antara mereka adalah jin yang paling kuat. Sekarang marilah kita bertarung lagi.

Maka manusia itu bertarung dengannya dan dapat mengalahkannya.

Akhirnya jin itu berkata: Kamu baca ayat Kursi, karena sesungguhnya tidak sekali-kali seseorang membacanya bila hendak memasuki rumahnya, melainkan setan (yang ada di dalamnya) keluar seraya terkentut-kentut, seperti suara keledai.

Kemudian dikatakan kepada Ibnu Mas’ud, Apakah yang dimaksud dengan manusia tersebut adalah sahabat Umar? Ibnu Mas’ud menjawab, Siapa lagi orangnya kalau bukan Umar.

Abu Ubaid mengatakan bahwa ad-dail artinya bertubuh kurus, dan al-khaikh yang adakalanya juga dibaca al-haih artinya suara kentut.

Pada akhir kisah, ketika ditanya apakah manusia tersebut adalah sahabat Umar bin Khattab, Abdullah ibnu Mas’ud membenarkan hal tersebut. Ini menunjukkan betapa Ayat Kursi digunakan oleh para sahabat sebagai perlindungan dari gangguan makhluk gaib.

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Mari kita lanjutkan ke pembahasan berikutnya, yaitu terkait Keutamaan Membaca Ayat Kursi Setelah Shalat Fardu bersama kami di kecilnyaaku.com.

Sumber: Tafsir Ibnu Katsir

 

Artikel SebelumnyaPeran Kurikulum yang Relevan dan Adaptif dalam Masa Perubahan
Artikel SelanjutnyaKeutamaan Membaca Ayat Kursi Setelah Shalat Fardu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini