Setan-setan pada Masa Kerajaan Sulaiman

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 102

0
58

Tafsir Ibnu Katsir mengenai Surah Al-Baqarah ayat 102 lebih lanjut menjelaskan bahwa praktik setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman yang mencuri pendengaran dari langit dan menyampaikan informasi kepada tukang-tukang tenung. Para tukang tenung kemudian menggunakan informasi tersebut untuk meramalkan hal-hal gaib kepada manusia. Praktik ini merupakan bentuk penyesatan yang terjadi pada masa kerajaan Nabi Sulaiman ‘alahis salam.

As-Saddi mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. (Al-Baqarah: 102)

Yang dimaksud dengan Mulki Sulaiman ialah di masa kerajaan Nabi Sulaiman. Tersebutlah bahwa setan-setan sering naik ke langit, lalu sampai pada suatu kedudukan yang darinya mereka dapat mencuri pendengaran. Lalu mereka mencuri sebagian dari perkataan para malaikat tentang apa yang bakal terjadi di bumi menyangkut perkara kematian, atau hal yang gaib atau suatu kejadian. Kemudian setan-setan itu menyampaikan hal tersebut kepada tukang-tukang tenung, lalu tukang-tukang tenung (juru ramal) menceritakan kepada manusia hal tersebut, dan ternyata kejadiannya mereka jumpai seperti apa yang dikatakan oleh para tukang tenung itu.

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Setelah para juru ramal percaya kepada setan-setan tersebut, maka setan-setan itu mulai berdusta kepada mereka dan memasukkan hal-hal yang lain ke dalam berita yang dibawanya; mereka menambah tujuh puluh kalimat pada setiap kalimatnya. Lalu orang-orang mencatat omongan itu ke dalam buku-buku hingga tersiarlah di kalangan Bani Israil bahwa jin mengetahui hal yang gaib.

Kemudian Nabi Sulaiman mengirimkan utusannya kepada semua orang untuk menyita buku-buku itu. Setelah terkumpul, semua buku dimasukkan ke dalam peti, lalu peti itu dikuburnya di bawah kursi singgasananya. Tiada suatu setan pun yang berani mendekat ke kursi tersebut melainkan ia pasti terbakar. Nabi Sulaiman berkata, Tidak sekali-kali aku mendengar seseorang mengatakan bahwa setan-setan itu mengetahui hal yang gaib melainkan aku pasti menebas batang lehemya (sebagai hukumannya).

Setelah Nabi Sulaiman meninggal dunia dan semua ulama yang mengetahui perihal Nabi Sulaiman telah tiada, lalu mereka diganti oleh generasi sesudahnya, maka datanglah setan dalam bentuk seorang manusia. Setan itu mendatangi segolongan kaum Bani Israil dan berkata kepada mereka, Maukah kalian aku tunjukkan kepada suatu perbendaharaan yang tidak akan habis kalian makan untuk selama-lamanya? Mereka menjawab, Tentu saja kami mau. Setan berkata, Galilah tanah di bawah kursi singgasananya.

Setan pergi bersama mereka dan memperlihatkan tempat tersebut kepada mereka, sedangkan dia sendiri berdiri di salah satu tempat yang agak jauh dari tempat tersebut. Mereka berkata, Mendekatlah kamu ke sini. Setan menjawab, Tidak, aku hanya di sini saja dekat dengan kalian. Tetapi jika kalian tidak menemukannya, kalian boleh membunuhku.

Mereka menggali tempat tersebut dan akhimya mereka menjumpai kitab-kitab itu. Ketika mereka mengeluarkannya, setan berkata kepada mereka, Sesungguhnya Sulaiman dapat menguasai dan mengatur manusia, setan-setan, dan burung-burung hanyalah melalui ilmu sihir ini. Setelah itu setan tersebut terbang dan pergi. Maka mulai tersiarlah di kalangan manusia bahwa Sulaiman adalah ahli sihir, dan orang-orang Bani Israil mengambil kitab-kitab itu. Ketika Nabi Muhammad ﷺ diutus oleh Allah, mereka mendebatnya dengan kitab-kitab tersebut, seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:

Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). (Al-Baciarah: 102)

Ar-Rabi’ ibnu Anas mengatakan, sesungguhnya orang-orang Yahudi pemah bertanya kepada Nabi Muhammad ﷺ di suatu masa mengenai hal-hal yang terkandung di dalam kitab Taurat. Tiada suatu pertanyaan pun darinya yang mereka ajukan melainkan Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan wahyu kepada beliau apa yang dijadikan senjata oleh beliau untuk membantah mereka. Setelah mereka melihat jawaban tersebut, mereka berkata, Orang ini lebih mengetahui daripada kami tentang apa yang diturunkan oleh Allah kepada kami.

Sesungguhnya mereka menanyakan kepada Nabi ﷺ tentang ilmu sihir serta mendebatnya dengan ilmu tersebut. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan firman-Nya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (me-ngerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia. (Al-Baqarah: 102)

Sesungguhnya setan-setan itu dengan sengaja membuat suatu kitab, lalu mereka mencatat ke dalamnya tentang sihir dan tenung serta halhal yang dikehendaki oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala dari hal tersebut. Lalu mereka menguburnya di bawah kursi singgasana Nabi Sulaiman, sedangkan Nabi Sulaiman sendiri tidak mengetahui hal yang gaib.

Setelah Nabi Sulaiman wafat, lalu mereka (atas petunjuk setan) mengeluarkan buku sihir itu dan memperdaya manusia dengan kitab itu. Mereka mengatakan, Kitab inilah yang dahulu disembunyikan oleh Sulaiman, is menggunakannya untuk melampiaskan dengkinya terhadap manusia.

Maka Nabi ﷺ menceritakan kisah yang sesungguhnya, dan mereka (orang-orang Yahudi itu) kembali ke tempat tinggalnya dari sisi beliau ﷺ dalam keadaan tak berdaya karena hujah mereka dipatahkan oleh wahyu Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. (A1-Baqarah: 102)

Dahulu setan-setan sering mencuri-curi pendengaran dari wahyu, maka tidak sekali-kali mereka mendengar suatu kalimat pun dari wahyu itu melainkan mereka menambahkan kepadanya dua ratus kali lipat hal yang semisal dari diri mereka sendiri. Kemudian Nabi Sulaiman ‘alaihis salam mengirimkan utusannya untuk mencatat hal tersebut. Setelah Nabi Sulaiman wafat, maka setan-setan menemukan catatan itu (yaitu ilmu sihir), lalu mereka mengajarkannya kepada manusia.

Sa’id ibnu Jubair mengatakan, dahulu Nabi Sulaiman merampas semua ilmu sihir yang ada di tangan setan, kemudian is kubur ilmu tersebut di bawah kursi singgasananya, yakni di dalam gudangnya, hingga setan-setan tidak dapat mencapainya.

Kemudian setan mendekati manusia dan berkata kepada mereka, Tahukah kalian ilmu apakah yang dipakai oleh Sulaiman untuk menundukkan setan-setan dan angin serta lain-lainnya? Mereka menyetujui pendapat setan, lalu setan berkata kepada mereka, Sesungguhnya kitab itu ada di dalam gudang rumahnya, tepatnya di bawah kursi singgasananya. Setan membujuk manusia untuk mengeluarkannya, lalu mengamalkannya.

Orang-orang Hijaz mengatakan bahwa dahulu Sulaiman mengerjakan ilmu sihir tersebut. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan kepada Nabi-Nya wahyu yang membersihkan nama Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dari sihir tersebut. Untuk itu Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). (Al-Baqarah: 102)

Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa setelah setansetan mengetahui kewafatan Nabi Sulaiman ibnu Nabi Dawud ‘alaihis salam, maka dengan sengaja mereka menulis berbagai macam ilmu sihir. Di dalamnya dicatatkan bahwa barang siapa yang ingin mencapai anu dan anu, hendaklah ia melakukan ini dan itu. Setelah semuanya terhimpun, lalu mereka mencatatkannya ke dalam sebuah buku, lalu mereka cap dengan memakai cap seperti cap Nabi Sulaiman. Mereka mencatat judulnya dengan kalimat sebagai berikut: Inilah semua yang dicatat oleh Asif ibnu Barkhia, teman dekat Nabi Sulaiman ibnu Dawud; di dalamnya terkandung perbendaharaan berbagai ilmu yang langka. Kemudian mereka mengubur buku tersebut di bawah kursi singgasana bekas Nabi Sulaiman.

Tidak lama kemudian buku tersebut digali oleh sisa-sisa Bani Israil. Setelah menemukannya, mereka berkata, Demi Allah, kerajaan Sulaiman hanyalah tegak melalui ilmu ini. Lalu mereka menyebarkan ilmu sihir di kalangan manusia, mempelajarinya, juga mengajarkannya. Maka tiada sesuatu pun dari ilmu sihir itu dimiliki oleh seseorang melainkan orang-orang Yahudi jauh lebih banyak darinya. Semoga laknat Allah menimpa mereka.

Ketika Rasulullah ﷺ menyebutkan di antara wahyu yang diturunkan kepadanya dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengenai diri Nabi Sulaiman ibnu Nabi Dawud dan menyebutnya sebagai salah seorang dari kalangan rasul-rasul Allah, maka orang-orang Yahudi yang ada di Madinah mengatakan, Tidakkah kalian heran dengan apa yang dikatakan oleh Muhammad ini. Dia menduga bahwa Sulaiman ibnu Dawud adalah seorang nabi. Demi Allah, tiada lain Sulaiman itu hanyalah seorang ahli sihir. Maka sehubungan dengan hal tersebut Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan firman-Nya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir), (A1-Baqarah: 102) hingga akhir ayat.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qasim, telah menceritakan kepada kami Husain Al-Hajjaj, dari Abu Bakar, dari Syahr ibnu Hausyab yang menceritakan bahwa ketika kerajaan Nabi Sulaiman dirampas dari tangannya, maka selama Nabi Sulaiman absen setan-setan mencatat ilmu sihir. Setan-setan tersebut mencatat bahwa barang siapa yang ingin mendapatkan anu dan anu, hendaklah ia menghadap ke arah matahari dan mengucapkan mantera ini dan itu. Barang siapa yang hendak melakukan anu dan anu, hendaklah ia membelakangi matahari dan mengucapkan mantera ini dan itu. Setansetan itu mencatat semuanya dan menamakan catatannya itu dengan suatu judul, yaitu Inilah yang telah dicatat oleh Asif ibnu Barkhia buat Raja Sulaiman ibnu Dawud, mengandung perbendaharaan-perbendaharaan rahasia ilmu yang terpendam.

Ketika Nabi Sulaiman mengetahui kitab catatan itu, maka ia menguburnya di bawah kursi singgasananya. Setelah Nabi Sulaiman meninggal dunia, iblis berdiri, lalu berkhotbah dengan mengatakan, Hai manusia, sesungguhnya Sulaiman itu bukanlah seorang nabi, melainkan seorang penyihir. Maka carilah ilmu sihirnya itu di antara barang-barang miliknya dan rumah-rumahnya. Kemudian iblis menunjukkan’ kepada mereka tempat Nabi Sulaiman mengubur kitab tersebut.

Maka mereka berkata, Demi Allah, sesungguhnya Sulaiman adalah seorang penyihir. Inilah sihirnya. Dengan sihir ini kita diperbudak, dan dengan sihir ini kita dikalahkan. Orang-orang yang beriman mengatakan, Tidak, bahkan dia adalah seorang nabi lagi mukmin.

Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ dan beliau ﷺ menceritakan perihal Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman, maka orang-orang Yahudi mengatakan, Lihatlah oleh kalian Muhammad ini, dia mencampuradukkan antara yang hak dengan yang batil. Dia menyebut Sulaiman bersama para nabi, padahal sesungguhnya Sulaiman hanyalah tukang sihir yang dapat menaiki angin. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan firman-Nya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir)…, hingga akhir ayat, (A1-Baqarah: 102).

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A’la As-San’ani, telah menceritakan kepada kami AlMu’tamir ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Imran ibnu Jarir mengatakan dari Abul Mijlaz, bahwa Nabi Sulaiman mengikat tiap-tiap ekor kuda dengan sebuah janji. Untuk itu apabila seorang lelaki memperolehnya (dalam perang), lalu Nabi Sulaiman memintanya, maka ia hams menyerahkannya. Maka orangorang menambah sajak dan sihir, lalu mereka berkata, Inilah yang diamalkan oleh Sulaiman ibnu Dawud. Maka Allah menurunkan firman-Nya:

Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia. (Al-Baqarah: 102)

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hatim, telah menceritakan kepada kami Isam ibnu Rawwad, telah menceritakan kepada kami Adam, telah menceritakan kepada kami Al-Mas’udi, dari Ziad maula Mus’ab, dari Al-Hasan sehubungan dengan tatsir firman-Nya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan. (Al-Baqarah: 102)

Bahwa sepertiganya berisikan syair, sepertiganya lagi berisikan sihir, sedangkan sepertiga yang terakhir berisikan ramalan.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Basysyar Al-Wasiti, telah menceritakan kepadaku Surur ibnul Mugirah, dari Abbad ibnu Mansur, dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. (A1-Baqarah: 102)

Artinya, orang-orang Yahudi mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan itu di masa kerajaan Nabi Sulaiman. Sebelum itu ilmu sihir memang telah ada di muka bumi ini, tetapi baru diikuti hanya pada masa kerajaan Nabi Sulaiman.

Demikianlah sekilas dari pendapat para imam terdahulu sehubungan dengan makna ayat ini. Tetapi pada garis besamya tidak samar lagi kesemuanya dapat digabungkan menjadi suatu kesimpulan, dan pada hakikatnya di antara pendapat-pendapat tersebut tidak ada pertentangan, menurut pandangan orang-orang yang mempunyai pemahaman yang mendalam.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. (Al-Baqarah: 102)

Yang dimaksud dengan mereka ialah orang-orang Yahudi yang telah diberi Al-Kitab (Taurat). Hal ini terjadi setelah mereka berpaling dari ajaran Kitabullah (Taurat) yang ada di tangan mereka dan setelah mereka menentang Rasulullah ﷺ Sesudah kesemuanya itu mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan. Yang dimaksud dengan bacaan setan ialah riwayat, berita, dan kisah yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman.

Dalam ungkapan ini fi’il tatlu ber-muta’addi dengan huruf ‘ala karena di dalamnya terkandung pengertian membaca secara dusta.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa huruf ‘ala dalam ayat ini mengandung makna sama dengan huruffi, yakni tatlu fi mulki Sulaiman, artinya: Yang dibacakan oleh setan-setan dalam kerajaan Sulaiman. Ibnu Jarir menukil pendapat ini dari Ibnu Juraij dan Ibnu Ishaq.

Menurut kami, makna tadammun (yang mengandung pengertian membaca dan berdusta) adalah lebih baik dan lebih utama.

Mengenai pendapat Al-Hasan Al-Basri yang mengatakan bahwa dahulu sebelum masa Nabi Sulaiman ibnu Nabi Dawud sihir itu telah ada, pendapat ini memang benar dan tidak diragukan lagi. Mengingat tukang-tukang sihir banyak didapat di masa Nabi Musa ‘alaihis salam, sedangkan zaman Sulaiman ibnu Dawud sesudah itu, seperti yang dijelaskan oleh firman-Nya:

Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa…, hingga akhir ayat, (Al-Baqarah: 246).

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Kemudian dalam kisah selanjutnya disebutkan melalui firman-Nya:

Dan (dalam peperangan ini) Dawud membunuh Jaluth, kemudian Allah memberikan kepadanya (Dawud) pemerintahan dan hikmah. (Al-Bagarah: 251)

Kaum Nabi Saleh yang ada sebelum Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berkata kepada Nabi mereka (yaitu Nabi Saleh), seperti yang dinyatakan oleh firman-Nya:

Sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang terkena sihir. (Asy-Syu’ara: 153)

Menurut pendapat yang masyhur, lafaz mas-hur artinya orang yang terkena sihir.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Halaman:    2        5        8

Artikel SebelumnyaAl-Baqarah Ayat 102, Setan-setan yang Mengajarkan Sihir
Artikel SelanjutnyaSurah Al-Baqarah Ayat 102, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan