Al-Baqarah Ayat 102, Setan-setan yang Mengajarkan Sihir

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 102

0
49

Surah Al-Baqarah Ayat 102 menyoroti perilaku setan-setan yang mengajarkan sihir kepada manusia, yang merupakan bentuk kekufuran. Juga menyebut tentang apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَاتَّبَعُوْا مَا تَتْلُوا الشَّيٰطِيْنُ عَلٰى مُلْكِ سُلَيْمٰنَ ۚ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمٰنُ وَلٰكِنَّ الشَّيٰطِيْنَ كَفَرُوْا يُعَلِّمُوْنَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآ اُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوْتَ وَمَارُوْتَ ۗ وَمَا يُعَلِّمٰنِ مِنْ اَحَدٍ حَتّٰى يَقُوْلَآ اِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۗ فَيَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُوْنَ بِهٖ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهٖ ۗ وَمَا هُمْ بِضَاۤرِّيْنَ بِهٖ مِنْ اَحَدٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗ وَيَتَعَلَّمُوْنَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ ۗ وَلَقَدْ عَلِمُوْا لَمَنِ اشْتَرٰىهُ مَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۗ وَلَبِئْسَ مَاشَرَوْا بِهٖٓ اَنْفُسَهُمْ ۗ لَوْ كَانُوْا يَعْلَمُوْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 102

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 102 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

… Wa lākinnasy syayāthīna kafarū (justru setan-setan itulah yang kufur).

Yu‘allimūnan nāsa (mereka mengajarkan kepada manusia).

As-sihra (sihir).

wa mā uηzila ‘alal malakaini (dan apa-apa yang diturunkan kepada dua malaikat).

Bi bābīla (di negeri Babilonia).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 102

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 102 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(justru setan-setan itulah yang kufur), yakni merekalah yang menulis sihir.

(mereka mengajarkan kepada manusia), yakni setan-setan mengajarkan kepada manusia. Menurut pendapat yang lain, orang-orang Yahudi mengajarkan kepada manusia.

(sihir)

(dan apa-apa yang diturunkan kepada dua malaikat). Padahal tidaklah diturunkan sihir dan sulap kepada dua malaikat itu. Menurut pendapat yang lain, setan-setan itu mengajarkan apa yang dibisikkan oleh kedua malaikat.

(di negeri Babilonia).

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul  Insan

… tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia[5] dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat[6] di negeri Babil

[5] Karena tujuan yang diinginkan setan adalah agar manusia tersesat dan jauh dari agama, di antara caranya adalah dengan menyodorkan ilmu sihir, akhirnya banyak di kalangan orang-orang Yahudi yang mempelajarinya.

[6] Orang-orang Yahudi juga mempelajari sihir dari dua malaikat bernama Harut dan Marut di negeri Babil di Irak, padahal ia merupakan cobaan dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Bahkan kedua malaikat itu tidaklah mengajarkan sihir kepada seorang pun kecuali setelah memberinya nasehat dan mengingatkannya untuk tidak mempelajari sihir serta mengatakan, Janganlah kamu kafir akibat mempelajri sihir dan menta’ati setan. Namun mereka malah mempelajarinya.

.

Tafsir Jalalain

(hanya) ada yang membaca ‘lakinna’ dan ada yang membaca ‘lakin.’

(setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia). Kalimat ini menjadi hal bagi kata ganti yang terdapat pada ‘kafaruu’.

(dan) mengajarkan pula kepada mereka.

(apa yang diturunkan kepada dua malaikat) artinya ilmu sihir yang diilhamkan kepada mereka. Ada pula yang membaca ‘al-malikain’ dengan lam berbaris bawah sehingga berarti dua orang raja, yaitu yang berada.

(di Babilon) suatu negeri di tanah subur Irak.

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan, Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagirnu). Sebab itu, janganlah kamu kafir. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. (Al-Baqarah: 102)

Para ulama berbeda pendapat sehubungan dengan takwil ayat ini. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa huruf ma adalah nafiyah, yakni huruf ma yang terdapat di dalam firman-Nya, Wa ma unzila ‘alal malakaini.

Al-Qurtubi mengatakan bahwa ma adalah nafiyah, is di-‘ataf-kan kepada firman-Nya, Wa ma kafara Sulaimanu. Selanjutnya dalam ayat berikut disebutkan:

Hanya setan-setan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat. (Al-Baqarah: 102)

Karena dahulu orang-orang Yahudi’menduga bahwa ilmu sihir tersebut diturunkan oleh Malaikat Jibril dan Mikail. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala membantah kedustaan mereka itu melalui firman-Nya:

Yaitu Harut dan Marut. (Al-Baqarah: 102)

Kedudukan kedua lafaz ini menjadi badal dari lafaz syayatin. Selanjutnya Al-Qurtubi mengatakan, hal seperti ini dinilai sah, mengingat adakalanya jamak itu disebut dengan lafaz yang menunjukkan pengertian dua, seperti pengertian yang terkandung di dalam firmanNya:

Jika yang meninggal itu mempunyai beberapa orang saudara. (An-Nisa: 11)

Atau karena keduanya mempunyai banyak pengikut, atau keduanya diprioritaskan dalam sebutan di antara mereka karena keduanya sangat jahat. Bentuk kalimat secara lengkap menurut Al-Qurtubi ialah seperti berikut: Mereka mengajarkan sihir kepada manusia di Babil, yakni Harut dan Marut. Kemudian Al-Qurtubi mengatakan, Takwil inilah yang menurut pendapatku merupakan takwil yang paling utama dan paling sahih pada ayat ini, sedangkan yang lainnya tidak perlu diperhatikan lagi.

Ibnu Jarir meriwayatkan berikut sanadnya melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas, sehubungan dengan tafsir firman-Nya:

Dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil. (Al-Baqarah: 102), hingga akhir ayat.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak menurunkan sihir.

Menurut riwayat lain berikut sanadnya Ibnu Jarir mengemukakan pula melalui Ar-Rabi’ ibnu Anas sehubungan dengan takwil ayat ini, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan ilmu sihir kepada keduanya.

Selanjutnya Ibnu Jarir mengatakan bahwa takwil ayat ini seperti berikut: Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman, yaitu berupa ilmu sihir, padahal Sulaiman tidak mengerjakan sihir dan Allah pun tidak pernah menurunkan ilmu sihir kepada dua malaikat, hanya setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan ilmu sihir pada manusia di Babil, yakni Harut dan Marut.

Dengan demikian, berarti lafaz bibabila haruta wa maruta termasuk lafaz yang diakhirkan, tetapi maknanya didahulukan.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa seandainya ada seseorang bertanya, Apakah alasan yang membolehkan taqdim (pendahuluan) tersebut? Sebagai jawabannya ialah dikemukakan bahwa takwil ayat seperti berikut: Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman, yakni berupa ilmu sihir, padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan tidak pula Allah menurunkan ilmu sihir kepada dua malaikat, hanya setan-setanlah yang kafir. Mereka mengajarkan ilmu sihir kepada manusia di Babil, yaitu Harut dan Marut. Lafaz malakaini dimaksudkan adalah Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail, karena para ahli sihir orang-orang Yahudi menurut berita yang tersiar di kalangan mereka menduga bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah menurunkan ilmu sihir melalui lisan Jibril dan Mikail yang disampaikan kepada Sulaiman ibnu Dawud. Maka Allah mendustakan tuduhan yang mereka lancarkan itu, dan memberitahukan kepada Nabi-Nya (Nabi Muhammad ﷺ) bahwa Jibril dan Mikail sama sekali tidak (pernah menurunkan ilmu sihir. Dan Allah Subhaanahu wa Ta’aala membersihkan diri Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dari tuduhan mempraktikkan sihir yang mereka lancarkan itu. Sekaligus Allah memberitahukan kepada mereka (orang-orang Yahudi) bahwa sihir itu merupakan perbuatan setan-setan. Setan-setanlah yang mengajarkannya kepada manusia di Babil. Orang-orang yang mengajarkan sihir kepada mereka adalah dua orang lelaki, salah seorangnya bemama Harut, sedangkan yang lain adalah Marut.

Berdasarkan takwil ini berarti Harut dan Marut adalah nama manusia, sekaligus sebagai bantahan terhadap apa yang mereka tuduhkan terhadap kedua malaikat (Jibril dan Mikail). Demikianlah nukilan dari Ibnu Jarir secara harfiah.

Sesungguhnya Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa ia pernah menceritakan riwayat berikut dari Ubaidillah ibnu Musa yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Marzuq, dari Atiyyah sehubungan dengan tafsir firman-Nya,

Wa ma unzila ‘alal malakaini, bahwa Allah sama sekali tidak menurunkan ilmu sihir kepada Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Al-Facjl ibnu Syaian, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Ya’la (yakni Ibnu Asad), telah menceritakan kepada kami Bakr (yakni Ibnu Mus’ab), telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Abu Ja’far, bahwa Abdur Rahman ibnu Abza selalu membaca ayat berikut dengan bacaan:

Wa ma unzila ‘alal malakaini Dawuda wa Sulaimana.

Abul Aliyah mengatakan bahwa Allah tidak menurunkan ilmu sihir kepada keduanya (Dawud dan Sulaiman). Keduanya mengajarkan kepada iman dan memperingatkan terhadap kekufuran, sedangkan sihir termasuk perbuatan kafir. Keduanya selalu melarang perbuatan kufur dengan larangan yang sangat keras. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Kemudian Ibnu Jarir melanjutkan kata-katanya sehubungan dengan bantahannya terhadap pendapat Al-Qurtubi tddi, bahwa huruf ma dalam ayat ini bermakna lalu ia membahasnya dengan pembahasan yang panjang lebar. la menduga bahwa Harut dan Marut adalah dua malaikat yang diturunkan ke bumi oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala Allah mengizinkan keduanya untuk mengajarkan ilmu sihir sebagai cobaan buat hamba-hamba-Nya, sekaligus sebagai ujian, sesudah Allah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya melalui lisan rasul-rasul-Nya bahwa melakukan sihir itu merupakan perbuatan terlarang.

Ibnu Jarir menduga pula bahwa Harut dan Marut dalam mengajarkan ilmu sihir tersebut dianggap sebagai malaikat yang taat, mengingat keduanya dalam rangka melaksanakan perintah Allah. Pendapat yang ditempuh oleh Ibnu Jarir ini sangat garib.

Tetapi ada pendapat yang lebih garib lagi dari itu, yaitu pendapat orang yang mengatakan bahwa Harut dan Marut adalah dua kabilah dari kalangan makhluk jin, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hazm.

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan berikut sanadnya melalui AdDahhak ibnu Muzahim, bahwa ia pernah membacakan wama unzila ‘alal malakaini, lalu ia mengatakan bahwa keduanya adalah dua orang kafir dari kalangan penduduk negeri Babil. Alasan yang dipegang oleh orang-orang yang berpendapat demikian ialah bahwa alinzal di sini bermakna menciptakan, bukan menurunkan; seperti pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala lainnya, yaitu:

Dia ciptakan bagi kalian delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. (Az-Zumar: 6)

Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat. (AI-Hadfd: 25)

Dan Dia menciptakan untuk kalian rezeki dari langit. (Al-Mumin: 13)

Di dalam sebuah hadis disebutkan seperti berikut:

Tidak sekali-kali Allah menciptakan penyakit melainkan Dia menciptakan pula obat penawarnya.

Sebagaimana dikatakan dalam suatu pepatah, Allah menciptakan kebaikan dan keburukan.

Al-Qurtubi meriwayatkan melalui Ibnu Abbas, Ibnu Abza, dan Al-Hasan Al-Basri, bahwa mereka membaca ayat ini seperti berikut: Wama unzila ‘alal malikaini, dengan huruf lam yang di-kasrah-kan. Ibnu Abza mengatakan, yang dimaksud dengan al-malikaini adalah Dawud dan Sulaiman. Imam Qurtubi mengatakan bahwa dengan bacaan ini berarti huruf ma adalah nafiyah.

Ulama lainnya berpendapat mewaqafkan pada firman-Nya, Yu’allimunan nasas sihra, sedangkan huruf ma adalah nafiyah.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Halaman:     3     5        8

 

Artikel SebelumnyaAyat 102 Surah Al-Baqarah, Tentang Harut dan Marut
Artikel SelanjutnyaSetan-setan pada Masa Kerajaan Sulaiman