Dua Perkara yang Lebih Utama

0
2412

Bab ini memuat 30 nasihat yang terdiri atas 4 khabar/ hadits dan sisanya (26) hadits atsar. Yang dimaksud dengan khabar ialah ucapan Nabi, dan yang dimaksud dengan atsar ialah ucapan para sahabat dan tabi’in yang masing-masing mengandung 2 Butir Nasihat. Pada postingan berikut, yaitu tentang Dua Perkara yang Lebih Utama dan Dua Perintah Agar Bergaul dengan Ulama

 

Makalah 1: Dua Perkara yang Lebih Utama

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

ما رُوي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال – خَصْلتَان لاَ شَيْءَ أَفْضَلُ مِنْهُمَا

Ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih utama dari dua perkara tersebut, yaitu

الإِيْمَانُ بِاللهِ

iman kepada Allah

وَالنَفْعُ لِلْمُسْلِمِيْنَ

dan berbuat kebajikan kepada sesama muslim.

(Baik dengan ucapan atau kekuasaannya atau dengan hartanya atau dengan badannya).

Ini mengajarkan bahwa di antara hal-hal yang paling penting dalam hidup adalah memiliki iman yang teguh kepada Allah, serta berlaku baik dan membantu sesama muslim dalam berbagai cara, baik dengan perkataan, tindakan, kekayaan, atau tenaga.

 

Niat pada waktu pagi hari

مَنْ أَصْبَحَ لاَ يَنْوِي الظُلْمَ عَلَى أَحَدٍ غُفِرَ لَهُ مَا جَنَى

Barang siapa yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai niat untuk menganiaya terhadap seseorang, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Pesan ini menggarisbawahi pentingnya niat yang suci dan bebas dari niat jahat. Jika seseorang bangun di pagi hari dengan niat baik, tanpa berniat untuk berbuat zalim kepada siapapun, Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu.

وَ مَنْ أَصْبَحَيَ نُصْرَةَ المَظْلُوْمِ وَقَضَاءِ حَاجَةِ المُسْلِمِ كَانَتْ لَهُ كأَجْرِ حَجَّةٍ مَبْرُوْرَة

Dan barang siapa pada waktu pagi hari memiliki niat memberikan pertolongan kepada orang yang dianiaya atau memenuhi hajat orang islam, maka baginya mendapat pahala seperti pahala haji yang mabrur.

Pesan ini menunjukkan pentingnya niat untuk membantu orang yang teraniaya atau memenuhi kebutuhan orang Islam. Dalam hal ini, niat tersebut akan dihargai oleh Allah sebagaimana pahala haji yang mabrur.

 

Hamba yang paling dicintai dan amal yang paling utama

أَحَبُّ العِبَادِ إِلَى اللهِ تعالى أَنْفَعُ النَاسِ لِلنَّاسِ

Hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

وَأَفْضَلُ الأعْمَال إِدْخَالُ السُرُوْرِ عَلَى قَلْبِ المُؤْمِنِ، يَطْرُد عَنْهُ جُوْعًا أَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كَرْباً أَو يَقْضِىْ لَهُ دَيْنًا ْ

Dan amal yang paling utama adalah membahagiakan hati orang mukmin dengan menghilangkan laparnya, atau menghilangkan kesusahannya, atau membayarkan hutangnya.

Ini menekankan pentingnya berkontribusi positif bagi sesama. Hamba yang paling dicintai oleh Allah adalah yang berusaha memberikan manfaat kepada orang lain. Selain itu, amal yang paling utama adalah yang menyebabkan kebahagiaan bagi hati orang mukmin.

وَخَصْلَتَان لاَ شَيْءَ أَخْبَثُ مِنْهُمَا: الشِرْكُ بِالله والضُرُّ لِلْمُسْلِمِيْنَ

Dan ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih buruk dari dua tersebut yaitu syirik kepada Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaum muslimin.

Pesan ini mengingatkan tentang keburukan yang terbesar dalam hidup, yaitu menyekutukan Allah dengan sesuatu dan mendatangkan bahaya atau mudarat kepada kaum muslimin. Kedua tindakan ini dianggap sangat merugikan dan berdampak buruk.

Lihat kembali: Kumpulan Nasehat Islami Bagi Hamba Allah

 

Makalah 2: Dua Perintah Agar Bergaul dengan Ulama

قَال عَلَيْهِ السَلاَم : عَلَيْكُمْ بِمُجَالَسَةِ الْعُلَمَاءِ فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يُحْيِي الْقَلْبَ المَيِّتَ بِنُورِ الْحِكْمَةِ كَمَا يُحْيِي الأَرْضَ المَيْتَةَ بِمَاءِ المَطَرِ

Nabi ﷺ bersabda, “Hendaknya kalian duduk bersama ulama dan mendengarkan perkataan hukama’ (orang bijak), karena sesungguhnya Allah ta’ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan.”

وفى رواية الطبراني عن أبى حنيفة جَالِسُوْا الكُبَراءَ وَسَائِلُوا العُلَماءَ وَخَالِطُوا الحُكَماء

Dari riwayat Thabarani dari Abu Hanifah disebutkan: “Duduklah bersama kubara’ (ulama besar) dan bertanyalah kepada para ulama serta bergaullah dengan para hukama’ (orang bijak).”

وفى رواية جَالِسْ العُلمَاءَ وَصَاحِبْ الحُكَماَءَ وَخَالِطْ الكُبَراَء

Dalam riwayat lain dikatakan: “Duduklah bersama ulama dan bergaullah dengan para hukama’ serta akrabilah kubara’.”

Nabi Muhammad ﷺ yang memberikan petunjuk tentang pentingnya berinteraksi dengan para ulama (orang yang berpengetahuan) dan para hukama’ (orang bijak) dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang agama dan kebijaksanaan. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai makna kutipan ini:

Nabi Muhammad ﷺ mengajukan analogi antara hati yang mati dan bumi yang mati. Dia menyatakan bahwa seperti halnya hujan yang menghidupkan bumi yang gersang, hikmah (kebijaksanaan) juga memiliki kemampuan untuk menghidupkan hati yang “mati” atau terhimpit dalam ketidakpahaman dan kegelapan. Dalam konteks ini, “cahaya hikmah” mengacu pada pengetahuan dan kebijaksanaan yang diperoleh dari orang-orang bijak dan ulama.

Pesan dari makalah 2 ini adalah:

1. Menghargai Pengetahuan dan Kebijaksanaan

Pesan ini menekankan pentingnya menghargai pengetahuan dan kebijaksanaan. Berinteraksi dengan orang bijak dan ulama besar memberikan kesempatan untuk memahami pandangan yang lebih mendalam tentang agama, kehidupan, dan masalah-masalah kompleks.

2. Belajar dari Para Ulama dan Hukama’

Nabi ﷺ mendorong umatnya untuk mengambil manfaat dari ilmu dan kebijaksanaan para ulama serta mengambil nasihat dari para hukama’. Ini menunjukkan betapa berharganya berada dalam lingkungan yang berorientasi pada pengetahuan dan bijaksana.

3. Menghidupkan Hati dan Pemahaman

Analogi dengan hujan yang menghidupkan bumi yang mati menggambarkan bahwa pengetahuan dan hikmah memiliki kemampuan untuk menghidupkan kembali hati yang kurang pemahaman atau tertutup oleh ketidakpahaman. Dengan belajar dari ulama dan hukama’, seseorang dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang agama dan kehidupan.

4. Akrab dengan Para Kubara’ (Ulama Besar)

Dalam beberapa pendapat, disebutkan untuk menjadi akrab dengan ulama besar. Ini menunjukkan bahwa menjalin hubungan yang lebih dekat dengan ulama besar dapat membawa manfaat yang lebih besar dalam hal pemahaman dan pengembangan spiritual.

Dengan merujuk pada riwayat tersebut, umat Muslim diingatkan untuk terus mencari pengetahuan dan bijaksanaan, serta menjalin interaksi yang bermakna dengan para ulama dan orang bijak guna memperdalam pemahaman agama dan pengembangan pribadi.

 

Ulama Terbagi Menjadi Tiga Kelompok

أي فإنّ العلماء ثلاثة أقسام: العلماء بأحكام الله تعالى وهم أصحاب الفتوى

Pada dasarnya ulama itu terbagi menjadi tiga kelompok:

1. Ulama yang sangat menguasai dan memahami hukum-hukum Allah

Ulama seperti itu disebut dengan ash-habul fatwa, yaitu ulama yang banyak mengeluarkan fatwa.

 

والعلماء بذات الله فقط، وهم الحكماء ففى مداخلتهم تهذيب للأخلاق لأنهم أشرقت قلوبهم بمعرفة الله وأشرقت أس رارهم بأنوار جلال الله

2. Ulama yang sangat dalam kemampuan tentang ma’rifat kepada dzat Allah

Ulama seperti itu disebut dengan hukama’. Golongan ulama seperti ini senantiasa menitikberatkan pada upaya memperbaiki tingkah laku dan akhlaq, baik untuk diri sendiri maupun umatnya. Demikian itu karena hati mereka selalu tersinari dengan ma’rifatullah dan jiwa mereka selalu tersinari dengan cahaya keagungan Allah.

 

والعلماء بالقسمين وهم الكبراء فإن مخالطة أهل الله تكسب أحوالا سنية والنفع باللحظ فوق النفع باللفظ فمن نفعك لحظه نفعك لفظه ومن لا فلا

3. Ulama-ulama besar yang disebut dengan al-kubara’

Ulama seperti ini senantiasa malakukan hal-hal yang terpuji untuk kepentingan mahluk Allah, terutama ahli ibadah. Lirikannya lebih memberi manfaat daripada ucapannya. Barang siapa yang lirikannya memberi manfaat kepada Anda, maka tentu bermanfaatlah ucapannya. Begitu pula sebaliknya, barang siapa yang lirikannya tidak memberi manfaat kepada Anda, maka ucapannya pun tidak akan memberi manfaat.

وكان السهروردي يطوف فى بعض مسجد الخيف بمنى يتصفح الوجوه، فقيل له فيه، فقال: إن لله عبادا إذا نظروا إلى شخص أكسبوه سعادة فأنا أطلب ذلك

Disebutkan dalam suatu kisah bahwa Imam Suhrawardi pernah mengelilingi sebagian masjid Khaif di daerah Mina. Ia memandangi wajah para hadirin yang ada satu per satu. Ketika ditayakan tentang sikapnya itu ia menjawab, “Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat orang-orang tertentu yang jika seseorang memandang mereka, mereka dapat memberikan kebahagiaan kepadanya, dan aku sekarang sedang mencarinya.”

قال النبي صلى الله عليه وسلم: سَيَأْتي زَمَانٌ عَلى أُمَّتِي يَفِرُّوْن منَ العلماءِ والفُقَهاءِ فَيَبْتَلِيَهم اللهُ بِثَلاَثِ بَلِيَّاتٍ، أُوْلاهَا يَرْفَعُ اللهُ البركةَ من كسبهم، والثانيةُ يُسَلِّط اللهُ تعالى عليهم سلطاناً ظالما، والثالثة يخرجون من الدنيا بغير إيمانٍ

Rasulullah ﷺ bersabda, “Akan datang suatu masa kepada umatku di mana mereka lari dari para ulama dan fuqaha’, maka Allah akan menurunkan tiga macam musibah kepada mereka, yaitu: 1. Allah menghilangkan berkah dari rezeki mereka. 2. Allah menjadikan penguasa yang zhalim untuk mereka; dan 3. Allah mengeluarkan mereka dari dunia ini tanpa membawa iman.”

Lanjutkan membaca: Dua Perumpamaan Masuk Kubur

 

Artikel SebelumnyaDua Perumpamaan Masuk Kubur
Artikel SelanjutnyaMenyayangi Segenap Makhluk yang Ada di Bumi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini