Surah Al-Baqarah Ayat 210, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 210

0
53

Surah Al-Baqarah ayat 210 menggambarkan hari Kiamat. Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan Allah dalam naungan awan bersama malaikat untuk melakukan perhitungan, sedangkan segala perkara sudah diputuskan.

Ayat ini menegaskan bahwa pada hari Kiamat, semua urusan akan dikembalikan kepada Allah untuk diadili.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

هَلْ يَنْظُرُوْنَ اِلَّآ اَنْ يَّأْتِيَهُمُ اللّٰهُ فِيْ ظُلَلٍ مِّنَ الْغَمَامِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ وَقُضِيَ الْاَمْرُ ۗ وَاِلَى اللّٰهِ تُرْجَعُ الْاُمُوْرُ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 210

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 210 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Hal yaηzhurūna (tiada yang mereka nanti-nantikan [pada hari kiamat]).

Illā ay ya’tiyahumullāhu (selain datangnya [azab] Allah).

Fī zhulalim minal ghamāmi wal malā-ikatu (dalam naungan awan dan malaikat).

Wa qudliyal amr (dan diputuskanlah segala perkara).

Wa ilallāhi turja‘ul umūr (dan hanya kepada Allah segala perkara dikembalikan).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 210

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 210 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(tiada yang mereka nanti-nantikan [pada hari kiamat]), yakni adakah yang ditunggu-tunggu penduduk Mekah.

(selain datangnya [azab] Allah) yang akan datang tanpa penjelasan, bagaimana kejadiannya pada hari kiamat nanti.

(dalam naungan awan dan malaikat). Penggalan ayat ini dapat pula dibaca bolak-balik .

(dan diputuskanlah segala perkara). Ahli surga dimasukkan ke dalam surga dan ahli neraka dimasukkan ke dalam neraka.

(dan hanya kepada Allah segala perkara dikembalikan), yakni kesudahan segala perkara di akhirat.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

Tidak ada yang mereka tunggu-tungggu kecuali datangnya Allah dan Malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, ketika itu perkara diputuskan[16]. Dan kepada Allah-lah segala perkara dikembalikan.

[16] Yakni tidak ada yang ditunggu-tunggu oleh para pembuat kerusakan di muka bumi yang mengikuti langkah-langkah setan selain hari pembalasan terhadap amal, di mana hari itu penuh dengan kedahsyatan dan hal-hal yang menegangkan. Ketika itu, Allah Subhaanahu wa Ta’aala melipat langit-langit dan bumi, bintang-bintang jatuh berserakan, matahari dan bulan digulung, para malaikat yang mulia turun lalu mengepung semua makhluk, kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aala turun dalam naungan awan untuk memutuskan perkara hamba-hamba-Nya dengan keputusan yang adil. Lalu disiapkan timbangan, dibuka catatan amal, diputihkan muka orang-orang yang berbahagia dan dihitamkan muka orang-orang yang celaka serta dibedakan antara orang-orang yang baik dengan orang-orang yang buruk. Semuanya dibalas sesuai amal yang dikerjakan, saat itulah orang yang zhalim menggigit jari-jemarinya setelah mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Ayat di atas dan semisalnya adalah dalil bagi Ahlussunnah wal Jama’ah yang menetapkan sifat ikhtiyariyyah (pilihan) bagi Allah Subhaanahu wa Ta’aala, seperti istiwa’ (bersemayam), turun, datang dan sifat-sifat lainnya yang diberitakan oleh Allah Ta’ala atau diberitakan oleh Rasul-Nya ﷺ. Ahlussunnah menetapkan semua itu sesuai dengan kebesaran Allah dan keagungan-Nya tanpa menyerupakan sifat itu dengan sifat makhluk atau pun menta’wilnya.

.

Tafsir Jalalain

(Tiadalah), maksudnya tidaklah.

(yang mereka tunggu-tunggu) buat memasukinya secara keseluruhan itu.

(melainkan datangnya Allah kepada mereka) maksudnya siksa Allah seperti pada firman-Nya atau datang amru rabbika artinya siksa Tuhanmu.

(dalam naungan) ‘zhulal’ jamak dari ‘zhillah’, artinya naungan.

(awan dan malaikat dan diputuskanlah perkataan-Nya) hingga tamatlah riwayat mereka.

(Dan kepada Allah dikembalikan segala urusan) ada yang menyatakan dalam bentuk pasif, ada pula aktif, yakni di akhirat untuk menerima pembalasan dari-Nya.

Lihat: Al-Quran Juz 2: Merenungkan Kedalaman Surah Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengancam orang-orang kafir melalui Nabi Muhammad ﷺ Untuk itu Dia berfirman: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan dan malaikat. (Al-Baqarah: 210) Yakni pada hari kiamat nanti di saat diputuskan semua perkara seluruh umat manusia dari awal sampai akhirnya, lalu setiap orang yang beramal mendapat balasan yang setimpal dari amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik pula; jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula. Karena itulah dalam ayat berikutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan. (Al-Baqarah: 210)

Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:

كَلَّا إِذا دُكَّتِ الْأَرْضُ دَكًّا دَكًّا. وَجاءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّا. وَجِيءَ يَوْمَئِذٍ بِجَهَنَّمَ يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرى

Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi diguncangkan berturut-turut, dan datanglah Tuhanmu, sedangkan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. (Al-Fajr: 21-23)

Dan firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمُ الْمَلائِكَةُ أَوْ يَأْتِيَ رَبُّكَ أَوْ يَأْتِيَ بَعْضُ آياتِ رَبِّكَ

Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu, atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. (Al-An’am: 158), hingga akhir ayat.

Imam Abu Ja’far ibnu Jarir dalam bab ini menuturkan sebuah hadits mengenai As-sur (sangkakala) yang cukup panjang mulai dari permulaannya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah ﷺ Hadits ini cukup terkenal dan diketengahkan oleh banyak pemilik kitab musnad dan lain-lainnya. Antara lain di dalamnya disebutkan seperti berikut:

Bahwa umat manusia di saat mengalami kesusahan di padang mahsyar, mereka meminta syafaat kepada Tuhannya melalui para nabi seorang demi seorang, mulai dari Nabi Adam sampai nabi-nabi yang sesudahnya. Tetapi nabi-nabi itu mengelakkan dirinya dari memohon syafaat tersebut, hingga sampailah mereka kepada Nabi Muhammad ﷺ Ketika mereka datang kepadanya, maka beliau ﷺ bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya yang dapat memohonkan syafaat. Lalu Nabi ﷺ berangkat dan bersujud kepada Allah di bawah Arasy, dan beliau meminta syafaat dari sisi Allah agar Dia berkenan datang untuk memutuskan peradilan di antara semua hamba-Nya. Maka Allah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat. Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah langit dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih mereka seraya mengucapkan, Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan. Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan para malaikat dan roh. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan kami Yang Mahatinggi. Mahasuci Tuhan yang memiliki kekuasaan dan keagungan. Mahasuci Allah selama-lamanya.

Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih dalam bab ini mengetengahkan banyak hadits yang di dalamnya terkandung hal-hal yang aneh. Antara lain ialah apa yang diriwayatkannya melalui hadits Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Maisarah, dari Masruq, dari Ibnu Mas’ud, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda:

يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ

Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan. Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ata ibnu Miqdam, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir ibnu Sulaiman, bahwa ia pernah mendengar Abdul Jalil Al-Qaisi menceritakan asar berikut dari Abdullah ibnu Amr sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan. (Al-Baqarah: 210) Di saat awan itu turun, sedangkan jarak antara awan dan penciptanya itu tujuh puluh ribu hijab (tirai). Di antara tirai itu ada cahaya kegelapan dan air, kemudian di dalam kegelapan itu air mengeluarkan suara gelegar yang dapat mengejutkan hati.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, ayahku telah menceritakan kepa

da kami, Muhammad ibnul Wazir Ad-Dimasyqi telah menceritakan kepada kami, Al-Walid telah menceritakan kepada kami, bahwa aku bertanya kepada Zahir ibnu Muhammad mengenai firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala berikut: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada had kiamat) melainkan datangnya (siksa) Allah dalam naungan awan. (Al-Baqarah: 210) Naungan awan ini tersusun dari batu-batu yaqut dan bertahtakan berbagai mutiara dan zabarjad.

Ibnu Abu Nujaih mengatakan dari Mujahid sehubungan dengan makna zulalin minal gamam. Yang dimaksud dengan awan dalam ayat ini bukan sembarang awan. Awan ini belum pernah terlihat oleh seorang pun kecuali oleh Bani Israil ketika mereka tersesat di padang pasir.

Abu Ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah sehubungan dengan makna firman-Nya: Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan kedatangan Allah dalam naungan awan dan malaikat. (Al-Baqarah: 210)

Yakni para malaikat datang dengan bernaungkan awan, sedangkan Allah Subhaanahu wa Ta’aala datang dengan cara yang Dia kehendaki. Pengertian ini menurut salah satu qiraah lainnya disebutkan seperti berikut:

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ وَالْمَلَائِكَةُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ

Tiada yang mereka nanti-nantikan (pada hari kiamat) melainkan datangnya Allah dan para malaikat dalam naungan awan.

Perihalnya sama dengan makna yang terdapat di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

وَيَوْمَ تَشَقَّقُ السَّماءُ بِالْغَمامِ وَنُزِّلَ الْمَلائِكَةُ تَنْزِيلًا

Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang. (Al-Furqan: 25)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 211 bersama kami di kecilnyaaku.com.

 

Artikel SebelumnyaSurah Al-Baqarah Ayat 211, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan
Artikel SelanjutnyaSurah Al-Baqarah Ayat 209, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan