Sikap Mereka Terhadap Al-Qur’an dan Balasannya

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-A'la ayat 10-13

0
884

Kajian Tafsir:  Surah Al-A’la ayat 10-13: Sikap kaum mukmin dan orang-orang kafir terhadap Al-Qur’an dan balasan untuk mereka.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَى -١٠- وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى -١١- الَّذِي يَصْلَى النَّارَ الْكُبْرَى -١٢- ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى -١٣

Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Q.S. Al-A’la : 10-13)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Sa yadz-dzakkaru (akan menerima peringatan itu), yakni akan menerima nasihat Al-Qur’an dan Allah Ta‘ala.

May yakh-syā (orang yang takut) kepada Allah Ta‘ala. Dialah Muslim

Wa yatajannabuhā (dan akan menjauhinya), yakni akan menjauh dan pindah dari nasihat Al-Qur’an dan Allah Ta‘ala.

Al-asyqā (orang yang sangat celaka), yakni orang yang celaka menurut Ilmu Allah Ta‘ala.

Alladzī yash-lan nāra (yaitu orang yang akan masuk ke dalam neraka), yakni yang akan masuk ke dalam neraka, di akhirat.

Al-kubrā (yang sangat besar), tak ada satu azab pun yang lebih besar daripada azab neraka.

Tsumma lā yamūtu fīhā (kemudian di dalamnya ia tidak akan mati), yakni di dalam neraka itu ia tidak akan mati, hingga (ia dapat) beristirahat.

Wa lā yahyā (dan tidak pula hidup), yakni kehidupan yang berguna baginya.


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz ‘Amma (Juz ke-30)


Tafsir Jalalain

  1. (Akan mendapat peringatan) dan pelajaran dari peringatan itu (orang yang takut) kepada Allah swt. sebagaimana yang disebutkan dalam ayat yang lain yaitu, firman-Nya, “Maka beri peringatanlah dengan Al-Qur’an orang yang takut kepada ancaman-Ku.” (Q.S. Qaaf, 45)
  2. (Akan menjauhinya) yakni peringatan itu akan ditinggalkan dan diabaikan begitu saja (orang yang celaka) yakni orang yang kafir.
  3. (Yaitu orang yang akan memasuki api yang besar) yaitu api neraka; dan api dunia dinamakan api kecil.
  4. (Kemudian dia tidak mati di dalamnya) hingga ia dapat beristirahat (dan tidak pula hidup) dengan kehidupan yang menyenangkan.

.

Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. [16]Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran[17],

[16] Setelah diberikan peringatan, maka manusia terbagi menjadi dua; orang yang mau menerima peringatan itu dan orang yang tidak menerima. Orang yang menerima peringatan itu adalah orang yang takut kepada Allah, karena takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan mengetahui bahwa Dia akan memberikan balasan terhadap amalnya membuat seorang hamba berhenti melakukan maksiat dan berusaha menjalankan kebaikan. Sedangkan orang yang tidak menerima peringatan itu adalah orang yang celaka seperti halnya orang kafir sebagaimana diterangkan pada ayat selanjutnya.

[17] Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala, “Maka berilah peringatan dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.” (Terj. Qaaf: 45)

  1. dan orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.
  2. (yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka).
  3. selanjutnya dia di sana tidak mati[18] dan tidak (pula) hidup[19].

[18] Sehingga dapat beristirahat. Sampai-sampai mereka berharap agar dimatikan saja, namun harapan mereka tidak diberikan.

[19] Dengan nikmat.

 .

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran. (Al-A’la: 10)

Yaitu yang mau menerima sebagai pelajaran dari apa yang engkau sampaikan, hai Muhammad, adalah orang yang hatinya takut kepada Allah dan meyakini bahwa dia pasti akan menghadap dan berdua dengan-Nya.

orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. (Al-A’la: 11-13)

Yakni tidak dapat mati sehingga ia terhenti dari siksaannya, dan tidak pula hidup dengan kehidupan yang memberi manfaat baginya. Bahkan kehidupannya itu merupakan penderitaan dan mudarat baginya, karena dengan kehidupannya yang kekal ia selalu menderita pedihnya siksaan dan berbagai macam pembalasan yang ditimpakan kepadanya secara abadi dan kekal.

Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu ‘Adiy dari Sulaiman yakni At-Tamimi dari Abu Nadrah dari Abu Sa’id yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا لَا يَمُوتُونَ وَلَا يَحْيَوْنَ، وَأَمَّا أُنَاسٌ يُرِيدُ اللَّهُ بِهِمُ الرَّحْمَةَ فَيُمِيتُهُمْ فِي النَّارِ فَيَدْخُلُ عَلَيْهِمُ الشُّفَعَاءُ فَيَأْخُذُ الرَّجُلُ أَنْصَارَهُ فَيُنْبِتَهُمْ-أَوْ قَالَ: يَنْبُتُونَ-فِي نَهَرِ الْحَيَاءِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَاةِ-أَوْ قَالَ: الْحَيَوَانِ-أَوْ قَالَ: نَهَرِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ-نَبَاتَ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ”. قَالَ: وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “أَمَا تَرَوْنَ الشَّجَرَةَ تَكُونُ خَضْرَاءَ، ثُمَّ تَكُونُ صَفْرَاءَ أَوْ قَالَ: تَكُونُ صَفْرَاءَ ثُمَّ تَكُونُ خَضْرَاءَ؟ “. قَالَ: فَقَالَ بَعْضُهُمْ: كَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ

Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya, maka mereka tidak mati dan tidak (pula) hidup. Dan orang-orang yang dikehendaki oleh Allah mendapatkan rahmat (Nya) maka Allah mematikan mereka di dalam neraka, dan orang-orang yang telah diberi izin untuk memberi syafaat masuk menemui mereka, kemudian seseorang dari para pemberi syafaat itu mengambil segolongan besar manusia lalu dia menumbuhkan mereka dengan memasukkan mereka ke dalam sungai kehidupan, atau ke dalam sungai yang ada di dalam surga, hingga mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh banjir tumbuh (di tepian sungai). Dan perawi melanjutkan bahwa Rasulullah bersabda pula:  Pernahkah kalian melihat proses tumbuhnya pohon, pada awal mulanya hijau, kemudian menguning, kemudian hijau kembali? Perawi melanjutkan, bahwa sebagian di antara mereka mengatakan bahwa Nabi menceritakan demikian seakan-akan beliau pernah berada di daerah pedalaman.

Imam Ahmad mengatakan pula bahwa telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Yazid dari Abu Nadrah dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. yang telah mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

أَمَّا أَهْلُ النَّارِ الَّذِينَ هُمْ أَهْلُهَا، فَإِنَّهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَلَكِنْ أُنَاسٌ-أَوْ كَمَا قَالَ-تُصِيبُهُمُ النَّارُ بِذُنُوبِهِمْ-أَوْ قَالَ: بِخَطَايَاهُمْ-فَيُمِيتُهُمْ إِمَاتَةً، حَتَّى إِذَا صَارُوا فَحْمًا أُذِنَ فِي الشَّفَاعَةِ، فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ، فَنَبَتُوا عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، فَيُقَالُ: يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ، اقْبِضُوا عَلَيْهِمْ. فَيَنْبُتُونَ نَبَاتَ الْحَبَّةِ تَكُونُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ. قَالَ: فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ حِينَئِذٍ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ بِالْبَادِيَةِ

Adapun ahli neraka yang menjadi penghuni tetapnya maka sesungguhnya mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Berbeda halnya dengan orang-orang yang dikenai oleh api neraka karena dosa-dosa atau karena kesalahan-kesalahan mereka; maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya, hingga manakala mereka telah berubah menjadi arang, diberilah izin untuk mendapatkan syafaat. Kemudian didatangkanlah mereka serombongan demi serombongan, lain dimasukkanlah mereka ke dalam sungai-sungai yang ada di dalam surga. Kemudian dikatakan, “Hai ahli surga, sambutlah mereka!”, maka mereka tumbuh (hidup) kembali sebagaimana biji-bijian yang dibawa oleh arus banjir tumbuh. Perawi melanjutkan bahwa seorang lelaki dari kalangan kaum yang hadir saat itu mengatakan, bahwa seakan-akan Rasulullah pernah tinggal di daerah pedalaman.

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui hadis Bisyr ibnul Mufaddal dan Syu’bah, yang keduanya dari Abu Salamah alias Sa’id ibnu Yazid dengan teks yang semisal.

Imam Ahmad telah meriwayatkan pula melalui Yazid dari Sa’id ibnu Iyas Al-Jariri dari AbuNadrah dari Abu Sa’id dari Nabi ﷺ yang telah bersabda:

إِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ لَا يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ لَا يَمُوتُونَ فِيهَا وَلَا يَحْيَوْنَ، وَإِنَّ أَهْلَ النَّارِ الَّذِينَ يُرِيدُ اللَّهُ إِخْرَاجَهُمْ يُمِيتُهُمْ فِيهَا إِمَاتَةً، حَتَّى يَصِيرُوا فَحْمًا، ثُمَّ يَخْرُجُونَ ضَبَائِرَ فَيُلْقَوْنَ عَلَى أَنْهَارِ الْجَنَّةِ، أَوْ: يُرَشُّ عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الحبَّة فِي حَمِيلِ السَّيْلِ

Sesungguhnya ahli neraka yang tidak akan dikeluarkan oleh Allah, mereka tidak mati di dalamnya dan tidak pula hidup. Dan sesungguhnya ahli neraka yang dikehendaki oleh Allah untuk dikeluarkan, maka Allah mematikan mereka dengan sebenarnya hingga tubuh mereka hangus menjadi arang. Kemudian dikeluarkanlah mereka (dari neraka) rombongan demi rombongan, lalu dilemparkan ke dalam sungai surga dan mereka disirami dengan air dari sungai surga, maka mereka tumbuh (hidup) kembali bagaikan biji-bijian yang dibawa arus banjir tumbuh.

Dan sesungguhnya Allah Swt. telah memberitakan perihal ahli neraka melalui firman-Nya:

وَنادَوْا يَا مالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنا رَبُّكَ قالَ إِنَّكُمْ ماكِثُونَ

Mereka berseru, “Hai Malik, biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab, “Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).” Az-Zukhruf: 77)

Dan firman Allah Swt.:

لَا يُقْضى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلا يُخَفَّفُ عَنْهُمْ مِنْ عَذابِها

Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya. (Fathir: 36)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaBeruntunglah Orang yang Membersihkan Diri
Artikel SelanjutnyaPenjagaan Terhadap Al-Qur’anul Karim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini