Penjagaan Terhadap Al-Qur’anul Karim

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-A'la ayat 6-9

0
820

Kajian Tafsir:  Surah Al-A’la ayat 6-9. Penjagaan terhadap Al-Qur’anul Karim.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

سَنُقْرِؤُكَ فَلَا تَنسَى -٦- إِلَّا مَا شَاء اللَّهُ إِنَّهُ يَعْلَمُ الْجَهْرَ وَمَا يَخْفَى -٧- وَنُيَسِّرُكَ لِلْيُسْرَى -٨- فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَى -٩

Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa.  Kecuali jika Allah menghendaki. Sungguh, Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan yang mudah. Oleh sebab itu berikanlah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat. (Q.S. Al-A’la : 6-9)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Sa nuqri-uka (Kami akan membacakan kepadamu), yakni Kami akan mengajarkan Al-Qur’an kepadamu, hai Muhammad. Menurut yang lain, Jibril akan membacakan Al-Qur’an kepadamu.

Fa lā taηsā (sehingga kamu pun tidak akan lupa).  kecuali apa yang dikehendaki Allah. Sesungguhnya Dia mengetahui yang tampak dan yang tersembunyi.

Illā mā syā-allāh (kecuali apa yang dikehendaki Allah), dan Allah Ta‘ala benar-benar telah menghendaki agar kamu tidak lupa. Alhasil, sesudah itu Nabi Muhammad ﷺ tidak lupa sedikit pun dari Al-Qur’an.

Innahū ya‘lamul jahra (sesungguhnya Dia mengetahui yang tampak), yakni ucapan dan perbuatan yang terang-terangan.

Wa mā yakh-fā (dan yang tersembunyi), yakni rahasia tersembunyi yang tidak kamu katakan.

Wa nuyassiruka lil yusrā (dan Kami akan menuntunmu ke jalan yang paling mudah), yakni Kami akan memberimu kemudahan dalam menyampaikan risalah dan segala bentuk ketaatan.

Fa dzakkir (karena itu, sampaikanlah peringatan), yakni nasihatilah dengan Al-Qur’an dan Allah Ta‘ala.

In nafa‘atidz dzikrā (karena peringatan itu bermanfaat), yakni tiadalah nasihat Al-Qur’an dan Allah Ta‘ala akan bermanfaat kecuali bagi orang-orang yang takut kepada Allah Ta‘ala. Dan itulah orang mukmin.  Orang yang takut akan menerima peringatan,


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz ‘Amma (Juz ke-30)


Tafsir Jalalain

  1. (Kami akan membacakan kepadamu) Al-Qur’an (maka kamu tidak akan lupa) apa yang kamu bacakan itu.
  2. (Kecuali kalau Allah menghendaki) kamu melupakannya karena bacaan dan hukumnya telah dinasakh. Sesungguhnya Nabi ﷺ selalu mengeraskan suara bacaannya mengikuti bacaan malaikat Jibril karena takut lupa. Seolah-olah dikatakan kepadanya, janganlah kamu tergesa-gesa membacanya, karena sesungguhnya kamu tidak akan lupa, karena itu janganlah kamu merepotkan dirimu dengan mengeraskan suaramu sewaktu kamu membacakannya. (Sesungguhnya Dia) yakni Allah swt. (mengetahui yang terang) maksudnya perkataan dan perbuatan yang terang-terangan (dan yang tersembunyi) dari keduanya.
  3. (Dan Kami akan memudahkan kamu untuk menempuh jalan yang mudah) yakni syariat yang mudah, yaitu agama Islam.
  4. (Oleh sebab itu berikanlah peringatan) dengan Al-Qur’an (karena peringatan itu bermanfaat) maksudnya memberikan peringatan dengan hal-hal yang telah disebutkan pada firman-Nya, “Sayadzdzakkaru,” sekalipun peringatan itu tidak bermanfaat bagi sebagian di antara mereka, tetapi peringatan itu pasti bermanfaat bagi sebagian yang lainnya.

.

Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. [8]Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) sehingga engkau tidak akan lupa[9],

[8] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan beberapa kenikmatan dunia, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan asal dan sumber kenikmatan, yaitu Al-Qur’an.

[9] Yakni Kami akan menjaga wahyu yang Kami wahyukan kepadamu dan menyimpannya dalam hatimu sehingga engkau tidak akan lupa sedikit pun darinya. Ini merupakan kabar gembira yang besar dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad ﷺ, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan mengajarkan ilmu kepadanya yang tidak akan Beliau lupakan.

  1. Kecuali jika Allah menghendaki[10]. [11]Sungguh, Dia mengetahui yang terang[12] dan yang tersembunyi.

[10] Dengan membuatmu melupakannya dengan dinaskh (dihapus) baik bacaan maupun hukumnya karena hikmah-Nya yang dalam.

[11] Disebutkan dalam tafsir Al Jalaalain, “Sebelumnya Nabi ﷺ mengeraskan suaranya bersamaan suara Jibril karena takut lupa, seakan-akan dikatakan kepada Beliau, “Janganlah engkau terburu-buru dengannya, karena engkau tidak akan lupa. Oleh karena itu, jangan membebani dirimu dengan mengeraskan suara, karena sungguh, Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi.”

[12] Baik ucapan maupun perbuatan.

  1. Dan Kami akan memudahkan bagimu ke jalan yang mudah[13],

[13] Yaitu syariat Islam yang merupakan syariat yang paling mudah bagi manusia dan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Syaikh As Sa’diy berkata, “Ini juga merupakan kabar gembira yang besar, bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala akan memudahkan Rasul-Nya ﷺ kepada kemudahan dalam semua urusannya, dan Dia menjadikan syariat dan agama-Nya mudah.”

  1. oleh sebab itu berikanlah peringatan[14], karena peringatan itu bermanfaat[15],

[14] Dengan syariat Allah dan ayat-ayat-Nya.

[15] Bisa juga diartikan, “Jika peringatan itu bermanfaat.” Dengan demikian, jika tampaknya tidak bermanfaat, maka tidak perlu memberikan peringatan, terlebih apabila peringatan itu malah membuatnya bertambah melakukan keburukan. Sebagian ulama berkata, “Jika diperkirakan peringatan itu bermanfaat, maka wajib memberi peringatan. Tetapi, jika diperkirakan peringatan itu tidak bermanfaat, maka ia diberi pilihan; jika ia mau; ia memberi peringatan dan jika tidak, maka ia tidak memberi peringatan.” Syaikh Ibnu ‘Utsaimin dalam Tafsir Juz ‘Amma berkata, “Akan tetapi, bagaimana pun juga kita katakan, “Harus memberi peringatan, meskipun anda mengira bahwa peringatan itu tidak bermanfaat, karena kelak akan bermanfaat bagimu, dan kelak manusia akan mengetahui bahwa sesuatu yang engkau peringatkan, bisa wajib atau haram, dan jika engkau mendiamkan manusia, sedangkan mereka mengerjakan yang haram, maka nanti orang-orang akan berkata, “Kalau hal ini memang haram, tentu ulama akan memperingatkannya,” atau, “Kalau hal ini wajib tentu ulama akan mengingatkannya.” Oleh karena itu, harus diberi peringatan dan syariat harus disebarluaskan baik bermanfaat (bagi yang mereka) atau tidak.”

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Kami akan membacakan (Al-Qur’an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa. (Al-A’la: 6)

Hal ini merupakan berita dari Allah Swt. dan janji-Nya kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa Dia akan membacakannya kepadanya dengan bacaan yang selamanya dia tidak akan melupakannya.

kecuali kalau Allah menghendaki. (Al-A’la: 7)

Demikianlah menurut pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Qatadah mengatakan bahwa adalah Rasulullah ﷺ tidak pernah melupakan sesuatu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah.

Menurut pendapat lain, yang dimaksud dengan firman:Nya: maka kamu tidak akan lupa. (Al-A’la: 6) Ini mengandung makna talab; dan mereka menjadikan makna istisna berdasarkan pengertian ini ialah apa yang dijadikan subjek oleh nasakh. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kamu tidak akan melupakan apa yang telah Kubacakan kepadamu kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah untuk dilupakan, maka janganlah kamu membiarkannya.

Sesungguhnya Dia mengetahui yang  terang  dan  yang tersembunyi. (Al-A’la: 7)

Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya secara terang-terangan dan juga apa yang mereka sembunyikan dari ucapan dan perbuatan mereka. Tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.

Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah. (Al-A’la: 8)

Artinya, Kami akan memudahkan kamu untuk mengerjakan perbuatan dan ucapan yang baik, dan Kami akan mensyariatkan kepadamu suatu hukum yang mudah, penuh toleransi, lurus, lagi adil, tidak ada kebengkokan padanya dan tidak ada beban dan tidak pula kesulitan.

oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat. (Al-A’la: 9)

Yakni berikanlah peringatan bilamana peringatan itu bermanfaat. Maka dari sini disimpulkan etika dalam menyebarkan ilmu, yaitu hendaknya tidak diberikan bukan kepada ahlinya (tidak berminat kepadanya), sebagaimana yang dikatakan oleh Amirul Mu’minin Ali r.a., “Tidak sekali-kali engkau menceritakan suatu hadits kepada suatu kaum yang akal mereka masih belum dapat mencernanya, melainkan hal itu akan menjadi fitnah bagi kalangan sebagian dari mereka.” Ali r.a. telah berkata pula, “Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan jangkauan pengetahuan mereka, maukah kamu bila Allah dan Rasul-Nya didustakan.”

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaSikap Mereka Terhadap Al-Qur’an dan Balasannya
Artikel SelanjutnyaDalil-dalil terhadap Kekuasaan dan Keesaan Allah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini