Menjelaskan Kebahasaan Teks Deskripsi

0
839

Pada unit sebelumnya kita telah mempelajari beberapa kaidah kebahasaan teks deskripsi. Pada unit ini kita masih terus akan mencermati teks deskripsi dilihat dari kaidah kebahasaan agar dapat menjelaskan kebahasaan teks deskripsi.

〈⇒Pengantar⇐〉⇔⇔〈⇒Menu⇐〉⇔⇔〈⇒LKPD 1.7⇐〉

Seperti yang sudah dipelajari bahwa apabila dicermati secara saksama, teks deskripsi memiliki karakteristik kebahasaan tersendiri. Dengan isinya yang menggambarkan suatu objek secara konkret dan rinci, teks itu banyak menggunakan kata khusus. Selain itu, teks deskripsi juga bersifat personal dengan kandungan emosi di dalamnya sehingga di dalam teks deskripsi mengandung kata dengan emosi kuat.

Untuk mempelajari unit ini, kita dapat membuka buku yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013 yaitu Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi Revisi Jakarta : Cetakan Ke-4 2017 mulai dari halaman 23 s.d 26.

Pada halaman tersebut disajikan beberapa kegiatan latihan di antaranya:

Baca juga: Pengertian Teks Deskripsi Menggali Makna Melalui Penjelasan Rinci

 

Penulisan Kata Berimbuhan pada Teks Deskripsi

Amati penggunaan kata yang bercetak miring pada kalimat berikut!

  • Ugi Agustono memprakarsai cinta Indonesia dengan cara menuliskan keindahannya.
  • Pantai Karimun Jawa sungguh memesona.
  • Profesinya sebagai guru semakin mengokohkan prinsipnya untuk selalu mengajarkan kebaikan kepada sesama.
  • Sambil bernyanyi kecil dia mengerjakan tugas kuliahnya.
  • Di pantai Parangtritis ini kita bisa menyaksikan kerumunan anak-anak bermain pasir.
  • Beliau selalu menunjukkan perasaanya lewat gerakan bermakna di wajahnya.
  • Dengan menggunakan kaki belakangnya pula, dia berdiri sangat tinggi seperti sedang menunjukkan bahwa dia bisa menarik perhatian kita.
  • Terumbu karang yang masih terawat menyuguhkan pemandangan alam bawah laut yang
  • Ikan beraneka warna menambah keindahan bawah laut Senggigi.
  • Dengan snorkeling maupun menyelam anda dapat menyaksikan pemandangan bawah laut yang mengagumkan.
  • Selain itu, melewati senja sambil memandang matahari terbenam di pura ini juga menjadi saat-saat paling menyenangkan.

Penggunaan awalan meN- pada kata yang bercetak miring pada kalimat tersebut diikuti kata dasar dengan huruf awal (k,p,t,s).

Apabila kita melakukan telaah penulisan kata dengan kata dasar (k, p, t, s) sesuai dengan kaidah penulisan kata dalam bahasa Indonesia, kita dapat mengomentari hal-hal seperti:

  • (meN- + prakarsai) Fonem p tidak luluh karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan pr yang merupakan kluster
  • (meN- + pesona) – huruf p luluh menjadi m karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf p.
  • mengokohkan – (meN- + kokoh + kan) – huruf p luluh menjadi ng karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf k.
  • mengerjakan – (meN- + kerja + kan) – huruf p luluh menjadi ng karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf k.
  • menyaksikan – (meN- + saksi + kan) – huruf p luluh menjadi ny karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf s.
  • menunjukkan – (meN- + tunjuk + kan) – huruf p luluh menjadi n karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf t.
  • menarik – (meN- + tarik) – huruf p luluh menjadi n karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf t.
  • menyuguhkan – (meN- + suguh + kan) – huruf p luluh menjadi ny karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf s.
  • memukau – (meN- + pukau) – huruf p luluh menjadi m karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf p.
  • menambah – (meN- + tambah) – huruf p luluh menjadi n karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf t.
  • menyelam – (meN- + selam) – huruf p luluh menjadi ny karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf s.
  • menyaksikan – (meN- + saksi + kan) – huruf p luluh menjadi ny karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf s.
  • mengagumkan – (meN- + kagum + kan) – huruf p luluh menjadi ng karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf k.
  • memandang – (meN- + pandang) – huruf p luluh menjadi m karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf p.
  • menyenangkan – (meN- + senang + kan) – huruf p luluh menjadi ny karena setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan huruf s.

Jadi prinsip penggunaan kata imbuhan meN- yang diikuti dengan kata dasar dimulai bunyi k, p, t, s dapat disimpulkan bahwa:

  • huruf k luluh menjadi ng
  • huruf p luluh menjadi m
  • huruf t luluh menjadi n
  • huruf s luluh menjadi ny
  • huruf k, p, t, s luluh jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang berawal dengan huruf k, p, t, s (misal: memengaruhi (meN- + pengaruh), memesona (meN- + pesona), mengarantina (meN- + karantina), dan sebagainya)
  • huruf k, p, t, s TIDAK luluh jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan kluster/ konsonan rangkap (misal: memprakarsai, mengkriminalkan, mengklasifikasi,)
  • huruf k, p, t, s TIDAK luluh jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata berimbuhan yang berawal dengan huruf k, p, t, s (misal: mempertaruhkan, memperluas)

Baca juga: Ciri-ciri Teks Deskripsi Berikut Penjelasannya

 

Penggunaan Kata Depan dan awalan pada Teks Deskripsi

Pada teks deskripsi, kita perlu juga mencermati penulisan kata depan dan awalan. Misalnya penggunaan di sebagai kata depan dan di- sebagai awalan.

Penulisan di, dari, ke, pada sebagai kata depan harus dipisah.

Contoh:

  • di area Monas
  • dari Karimun Jawa
  • di sela-sela
  • ke Bandung

Sedangkan penulisan di sebagai awalan harus dirangkai.

Contoh:

  • dibawa
  • dibungkus
  • dimasukkan
  • dikemas
  • dimusnahkan

Kata depan di berfungsi sebagai kata depan jika diikuti dengan kata keterangan tempat, arah, posisi/ letak. Sebagai kata depan di ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya (di pantai, di belakang, di atas, di bagian barat, di samping). Sebagai awalan di ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Dalam hal ini di berfungsi sebagai imbuhan pada kata kerja pasif.

Imbuhan atau afiksasi adalah morfem terikat yang digunakan dalam bentuk dasar untuk membentuk kata. Hasil dari proses pengimbuhan itu disebut kata berimbuhan atau kata turunan. Kata berimbuhan adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan atau (afiksasi).

Demikian, semoga ada manfaatnya.

Artikel SebelumnyaMenentukan Kebahasaan Teks Deskripsi
Artikel SelanjutnyaMenyimpulkan Kebahasaan Teks Deskripsi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini