Membantah Kedustaan dan Kebohongan

Kajian Tafsir Surah Al-Maa'idah ayat 18-19

0
262

Kajian Tafsir Surah Al-Maa’idah ayat 18-19. Allah Subhaanahu wa Ta’aala membantah kedustaan dan kebohongan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani dalam pengakuannya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَقَالَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى نَحْنُ أَبْنَاءُ اللَّهِ وَأَحِبَّاؤُهُ قُلْ فَلِمَ يُعَذِّبُكُمْ بِذُنُوبِكُمْ بَلْ أَنْتُمْ بَشَرٌ مِمَّنْ خَلَقَ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ (١٨) يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٩)

Orang Yahudi dan Nasrani berkata, Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Katakanlah, Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu? (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Kepada Allah-lah semua akan kembali. (Q.S. Al-Maa’idah : 18)

Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepada kamu, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan, Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Maa’idah : 19)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa qālatil yahūdu (orang-orang Yahudi mengatakan), yakni orang-orang Yahudi penduduk Medinah.

Wan nashārā (dan Nasrani), yakni orang-orang Nasrani penduduk Najran.

Nahnu abnā-ullāhi (Kami adalah anak-anak Allah), yakni anak-anak nabi Allah.

Wa ahibbā-uh (dan kekasih-kekasih-Nya) yang senantiasa berada dalam agama-Nya. Menurut satu pendapat, mereka mengatakan, Kami senantiasa berada dalam agama Allah layaknya anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. Sedang menurut pendapat yang lain, mereka mengatakan, hubungan kami dengan Allah adalah seperti anak-anak-Nya. Kami senantiasa berada pada agama-Nya.

Qul (katakanlah), hai Muhammad kepada orang-orang Yahudi itu.

Fa lima yu‘adz-dzibukum bi dzunūbikum (Lalu mengapa Allah mengazab kalian lantaran dosa-dosa kalian?), yakni lantaran kalian menyembah patung anak sapi selama empat puluh hari. Jika kalian mengaku bahwa hubungan kalian dengan Allah seperti (hubungan Allah) dengan anak-anak-Nya, maka bagaimana mungkin seorang bapak akan menyiksa anak-anaknya dengan azab neraka?

Bal aηtum basyarun ([kalian bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya], tetapi kalian adalah manusia), yakni kalian adalah makhluk dan hamba biasa.

Mim man (di antara orang-orang yang), yakni seperti orang-orang lain yang.

Khalaq, yaghfiru li may yasyā-u (diciptakan-Nya. Dia memberi ampunan bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya), yakni bagi orang-orang yang bertobat dari agama Yahudi dan Nasrani.

Wa yu‘adz-dzibu may yasyā’, wa lillāhi mulku (dan mengazab siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan), yakni perbendaha-raan.

As-samāwāti wal ardli wa mā bainahumā (langit dan bumi serta segala apa yang ada di antara keduanya), yakni segala makhluk dan hal-hal yang mengagumkan.

Wa ilaihil mashīr (dan hanya kepada Allah-lah [semua] kembali), yakni tempat kembali orang-orang yang beriman dan orang-orang yang tidak beriman.

Yā ahlal kitābi (wahai ahli kitab), yakni wahai ahli Taurat dan Injil.

Qad jā-akum rasūlunā (sungguh telah datang kepada kalian Rasul Kami), yaitu Muhammad ﷺ.

Yubayyinu lakum (yang menjelaskan kepada kalian) segala sesuatu yang diperintahkan dan dilarang untuk kalian.

‘Alā fat-ratim minar rusuli (ketika selang waktu [pengutusan] rasul-rasul), yakni ketika terputus pengutusan para rasul.

Aη taqūlū mā jā-anā mim basyīrin (agar kalian tidak mengatakan, Tidak datang kepada kami seorang pembawa berita gembira) perihal adanya surga.

Wa lā nadzīr (dan tidak pula seorang pemberi peringatan) perihal adanya neraka.

Fa qad jā-akum (sungguh telah datang kepada kalian), yaitu Nabi Muhammad ﷺ.

Basyīrun (seorang pembawa berita gembira) perihal adanya surga.

Wa nadzīr (dan pemberi peringatan) perihal adanya neraka.

Wallāhu ‘alā kulli syai-ing qadīr (dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu), termasuk mengutus para rasul, memberi pahala kepada orang-orang yang mengikuti para rasul, dan menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak mau mengikuti para rasul.

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-6 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Orang Yahudi dan Nasrani berkata, Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.[11] Katakanlah, Mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?[12] (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang Dia ciptakan[13]. Dia mengampuni siapa yang Dia kehendaki dan menyiksa siapa yang Dia kehendaki. Dan milik Allah seluruh kerajaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya. Kepada Allah-lah semua akan kembali.

[11] Orang-orang Yahudi dan Nasrani menganggap bersih diri mereka dengan mengatakan, Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-Nya, Maha Suci Allah dari anggapan tersebut. Anak menurut bahasa mereka adalah kekasih, bukan anak dalam arti anak yang sesungguhnya, karena hal itu bukanlah madzhab mereka, kecuali madzhab mereka dalam hal Al Masih. Pada ayat di atas, Allah membantah anggapan tersebut.

[12] Yakni kalau kamu memang kekasih-kekasih-Nya, tentu Dia tidak akan menyiksamu.

[13] Berlaku kepadamu hukum-hukum adil dan ihsan.

19.[14] Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepada kamu, menjelaskan (syari’at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) rasul-rasul[15] agar kamu tidak mengatakan[16], Tidak ada yang datang kepada kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan[17]. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu[18].

[14] Dalam ayat ini, Allah mengajak Ahli Kitab untuk beriman kepada Rasul-Nya Muhammad ﷺ dan bersyukur kepada Allah yang telah mengutus Beliau ketika terjadi kekosongan rasul, di mana mereka sedang membutuhkan kedatangan rasul.

[15] Jarak terputusnya rasul antara Nabi Isa ‘alaihis salam dengan Nabi Muhammad ﷺ kira-kira 569 tahun.

[16] Ketika kamu diazab.

[17] Beliau datang dengan memberi kabar gembira berupa pahala baik segera atau nanti, memberitahukan amalan yang mendatangkan pahala itu dan sifat orang-orang yang mengamalkannya. Demikian juga memberi peringatan dengan azab atau hukuman baik segera atau nanti, memberitahukan amalan yang mendatangkan azab itu serta sifat orang-orang yang melakukannya.

[18] Di antaranya dengan menyiksa kamu jika kamu tidak mengikuti rasul yang diutus-Nya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Kata orang-orang Yahudi dan Nasrani) artinya kata masing-masing golongan itu (Kami ini anak-anak Allah) maksudnya seperti anak-anak-Nya dalam keakraban dan kedudukan, sebaliknya Dia tak ubahnya dengan bapak kami dalam kecintaan dan kasih sayang (dan kekasih-kekasih-Nya. Katakanlah) kepada mereka hai Muhammad (Kalau begitu kenapa Allah menyiksamu karena dosa-dosamu?) Maksudnya ucapanmu itu bohong, karena biasanya bapak tak mau menyiksa anaknya begitu pula seorang kekasih terhadap orang yang disayanginya (bahkan kamu hanyalah manusia biasa termasuk) golongan makhluk (yang diciptakan-Nya) di antara manusia, sama-sama menerima pahala dan memikul dosa bersama mereka (diampuni-Nya siapa yang dikehendaki-Nya) bagi-Nyalah ampunan (dan disiksa-Nya siapa yang dikehendaki-Nya) untuk disiksa tanpa suatu pun yang akan menghalangi-Nya. (Dan milik Allahlah kerajaan langit dan bumi dan segala apa yang terdapat di antara keduanya dan kepada-Nya tempat kembali).
  2. (Hai Ahli Kitab! Sesungguhnya telah datang kepadamu rasul Kami) yakni Muhammad (menjelaskan kepada kamu) syariat-syariat agama (ketika terputusnya pengiriman rasul-rasul) karena antara dia dengan Isa tak seorang pun rasul yang diutus Allah sedangkan jarak masanya ialah 569 tahun (agar) tidak (kamu katakan) jika kamu disiksa nanti (Tidak ada datang kepada kami) min sebagai tambahan (pembawa berita gembira dan tidak pula pembawa peringatan karena sesungguhnya telah dating kepadamu pembawa berita gembira maupun pembawa peringatan itu) sehingga tak ada kemaafan bagimu lagi! (Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) di antaranya menyiksamu jika kamu tidak taat dan patuh kepada-Nya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, membantah kedustaan dan kebohongan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani dalam pengakuannya, yaitu:

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan, Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. (Al-Majdah: 18)

Maksudnya, kami adalah keturunan para nabi-Nya, sedangkan mereka adalah anak-anak-Nya. Dia memperhatikan mereka, karena itu Dia mencintai kami. Telah dinukil pula dari kitab mereka bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada hamba-Nya Israil (Nabi Ya’qub), Kamu adalah anak pertama-Ku (yakni kesayangan-Ku). Lalu mereka menakwilkan kalimat ini dengan pengertian yang tidak sebenarnya dan mereka mengubahnya. Mereka dibantah oleh bukan hanya seorang dari kalangan orang-orang pandai mereka yang telah masuk Islam, bahwa kalimat ini diucapkan di kalangan mereka untuk menunjukkan makna menghormat dan memuliakan (bukan seperti yang tertulis). Sama halnya dengan apa yang telah dinukil dari kitab orang-orang Nasrani, bahwa Isa berkata kepada mereka. Sesungguhnya aku akan pergi menemui Ayahku dan Ayah kalian. Makna yang dimaksud ialah pergi untuk menemui Tuhanku dan Tuhan kalian.

Tetapi kita maklumi semua bahwa orang-orang Yahudi itu tidaklah mendakwakan buat diri mereka status anak seperti yang didakwakan oleh orang-orang Nasrani kepada Isa ‘alaihis salam Sesungguhnya yang mereka maksudkan dengan kata-kata tersebut hanyalah kehormatan dan kedudukan mereka di sisi-Nya. Karena itu, mereka mengatakan, Kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala membantah mereka:

Katakanlah, Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian? (Al-Maa’idah: 18)

Dengan kata lain, seandainya kalian seperti apa yang kalian dakwakan itu, yakni kalian adalah anak-anak-Nya dan kekasih-kekasih-Nya, mengapa Dia menyiapkan neraka Jahannam buat kalian atas kekufuran kalian dan kedustaan serta kebohongan kalian?

Salah seorang guru tasawuf pernah mengajukan pertanyaan kepada seorang ulama fiqih, Di manakah kamu jumpai di dalam Al-Qur’an bahwa seorang kekasih tidak akan menyiksa orang yang dikasihinya? Ulama fiqih diam, tidak dapat menjawab. Akhirnya guru tasawuf itu membacakan kepadanya firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala: Katakanlah, Maka mengapa Allah menyiksa kalian karena dosa-dosa kalian? (Al-Maa’idah: 18)

Apa yang dikatakan oleh guru tasawuf ini cukup baik. Apa yang dikatakannya itu mempunyai syahid yang menguatkannya, yaitu di dalam kitab Musnad Imam Ahmad.

حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ حُمَيْد، عَنْ أَنَسٍ قَالَ: مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، وَصَبِيٍّ فِي الطَّرِيقِ، فَلَمَّا رَأَتْ أُمُّهُ الْقَوْمَ خَشِيَتْ عَلَى وَلَدِهَا أَنْ يُوْطَأ، فَأَقْبَلَتْ تَسْعَى وَتَقُولُ: ابْنَيِ ابْنِي  وَسَعَتْ فَأَخَذَتْهُ، فَقَالَ الْقَوْمُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كَانَتْ هَذِهِ لِتُلْقِيَ ابْنَهَا فِي النَّارِ  قَالَ: فَخفَّضَهُم النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: لَا وَاللَّهِ مَا يُلْقِي حَبِيبَهُ فِي النَّارِ

Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Addi, dari Humaid, dari Anas yang menceritakan bahwa pada suatu hari Nabi ﷺ lewat bersama sejumlah sahabatnya, sedangkan saat itu ada anak kecil berada di tengah jalan. Ketika ibu si anak melihat kaum datang (yakni Nabi ﷺ dan para sahabatnya), maka si ibu merasa khawatir anaknya akan terinjak oleh kaum. Maka ia lari dan berkata, Anakku, anakku, lalu ia mengambil anaknya. Maka kaum bertanya, Wahai Rasulullah, ibu ini tidak akan mencampakkan anaknya ke dalam neraka. Maka Nabi ﷺ menahan mereka, lalu bersabda: Tidak, demi Allah, Dia tidak akan mencampakkan kekasih-Nya ke dalam neraka.

Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid.

Kalian bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kalian adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya. (Al-Maa’idah: 18)

Dengan kata lain, kalian sama saja dengan anak Adam lainnya; dan Dialah Yang memberikan kcputusan atas semua hamba-Nya.

Dia mengampuni bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Maa’idah: 18)

Yakni Dia Maha Mengerjakan apa yang dikehendaki-Nya, tiada akibat bagi keputusan-Nya, dan Dia Maha Cepat perhitungan-Nya.

Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi serta yang ada di antara keduanya. (Al-Maa’idah: 18)

Semuanya adalah milik Allah dan berada di bawah kekuasaan dan pengaruh-Nya.

Dan kepada Allah-lah kembali (segala sesuatu). (Al-Maa’idah: 18)

Artinya, mereka semuanya akan kembali kepada-Nya dan Dia akan memberikan keputusan hukum terhadap hamba-hamba-Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya, dan Dia Maha Adil yang selamanya tidak zalim.

Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah kedatangan Nu’-man ibnu Asa. Bahr ibnu Amr, dan Syas ibnu Addi. Lalu mereka berbicara kepadanya dan Rasulullah ﷺ berbicara kepada mereka, menyeru mereka kepada Allah dan memperingatkan mereka akan pembalasan-Nya. Mereka mengatakan, Kamu sama sekali tidak dapat membuat kami takut, hai Muhammad, karena kami adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya, sama halnya dengan perkataan orang-orang Nasrani. Allah menurunkan ayat berikut berkenaan dengan ucapan mereka itu, yakni firman-Nya: Orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan, Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. (Al-Maa’idah: 18), hingga akhir ayat.

Demikianlah menurut riwayat Imam Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir.

Keduanya telah meriwayatkan pula melalui jalur Asbat, dari As-Saddi sehubungan dengan firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala: Orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani mengatakan, Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya. (Al-Maa’idah: 18); Mengenai perkataan mereka, Kami adalah anak-anak Allah, sesungguhnya mereka mengatakan, Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada Israil (yakni Nabi Ya’qub), ‘Engkau adalah anak pertama-Ku (kekasihku)’. Maka Allah memasukkan orang-orang Yahudi ke dalam neraka, dan mereka tinggal di dalam neraka selama empat puluh hari untuk dibersihkan dan dihapuskan semua dosanya. Kemudian ada suara yang menyerukan, Keluarkanlah dari neraka semua orang yang disunat dari kalangan anak-anak Israil! Lalu mereka dikeluarkan dari neraka. Yang demikian itulah perkataan mereka, Kami tidak akan dimasukkan ke dalam neraka kecuali hanya beberapa hari yang berbi-lang.

Ayat berikutnya: Kisah Bani Israil Bersama Nabi Musa ‘Alaihis Salam 

Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kalian Rasul Kami menjelaskan (syariat Kami) kepada kalian ketika terputus pengiriman) rasul-rasul, agar kalian tidak mengatakan, Tidak ada datang kepada kami, baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan. Sesungguhnya telah datang kepada kalian pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Artikel SebelumnyaKisah Bani Israil Bersama Nabi Musa ‘Alaihis Salam
Artikel SelanjutnyaKepunyaan Allah-lah Kerajaan Langit dan Bumi

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini