Kisah Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam Meninggalkan Siti Hajar

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 127

0
65

Surah Al-Baqarah ayat 127. Tafsir Ibnu Katsir mencatat kisah ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meninggalkan Siti Hajar dan Ismail di Mekah.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Abu Amir (yakni Abdul Malik ibnu Amr), telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Nafi’, dari Kasir ibnu Kafir, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ihnu Abbas radiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah berikut.

Setelah terjadi perselisihan antara Nabi Ibrahim dan permaisurinya, ia berangkat membawa Ismail dan ibunya dengan bekal sekendi air minum. Maka ibu Ismail minum dari air kendi tersebut, lalu air susunya mengalir dan ia susukan kepada bayinya (Ismail), hingga sampailah Ibrahim di Mekah. Ia menempatkan keduanya di bawah sebuah pohon, kemudian Ibrahim kembali kepada keluarganya (di Syam). Tetapi ibu Ismail mengikutinya; hingga ketika keduanya sampai di Bukit Kida, ibu Ismail memanggil Ibrahim dari belakang, Hai Ibrahim, kepada siapa engkau menyerahkan (menitipkan) kami? Ibrahim menjawab, Kutitipkan kalian kepada Allah. Ibu Ismail menjawab, Aku rela dengan Allah.

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu ibu Ismail kembali dan minum air dari kendi itu, lalu air susunya ia berikan kepada si bayi. Setelah persediaan air habis, ia berkata, Sebaiknya aku pergi untuk melihat-lihat keadaan, barangkali aku dapat menemukan seseorang. Maka ia pergi dan naik ke Bukit Safa, lalu melayangkan pandangannya, tetapi ia tidak melihat seorang manusia pun. Setelah sampai di lembah, maka ia berlari kecil hingga sampai ke Bukit Marwah; ia lakukan hal ini berkali-kali hingga tujuh kali.

Kemudian ia berkata (kepada dirinya sendiri), Sebaiknya aku pergi untuk menengok apa yang dilakukan oleh bayiku. Lalu ia pergi dan melihat bayinya, tetapi ternyata si bayi masih tetap dalam keadaan seperti semula, seakan-akan seperti orang yang sedang menghadapi kematian. Jiwanya tidak tenang, lalu ia berkata (kepada dirinya sendiri), Sekiranya aku pergi lagi untuk melihat-lihat, barangkali saja aku dapat menemukan seorang manusia. Lalu ia pergi dan naik ke Bukit Safa; kemudian ia melayangkan pandangannya ke semua arah, tetapi ternyata ia tidak menemukan seorang manusia pun, hingga ia lakukan hal itu sebanyak tujuh kali.

Kemudian ia berkata, Sebaiknya aku pergi untuk melihat keadaan bayiku, apa yang sedang dialaminya. Tiba-tiba ia mendengar suara, lalu ia berseru, Tolong, sekiranya engkau mempunyai kebaikan. Temyata ia bersua dengan Malaikat Jibril ‘alaihis salam yang sedang menancapkan tumitnya ke tanah. Maka keluarlah air, hingga ibu Ismail kagum melihatnya, lalu ia menggalinya (dengan kedua tangannya).

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda:

Seandainya dia (ibu Ismail) membiarkannya, niscaya airnya akan keluar dengan sendirinya.

Lalu ia minum air sumur itu dan menyusukan air susunya kepada anaknya.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu lewat serombongan orang dari kabilah Jurhum di perut lembah (Mekah). Mereka terkejut melihat rombongan burung-burung yang terbang berkeliling pada sesuatu, seakan-akan mereka tidak mempercayainya. Mereka berkata, Tiada lain burung-burung ini terbang melainkan di atas air. Lalu mereka mengirimkan utusannya untuk melihat keadaan, dan temyata utusan itu benar-benar melihat adanya air. Lalu utusan itu kembali kepada rombongannya dan menceritakan apa yang telah mereka saksikan. Mereka datang kepada ibu Ismail dan berkata, Wahai ibu Ismail, sudikah engkau mengizinkan kami untuk tinggal bersama engkau?

Setelah putranya dewasa dan menikah dengan seorang wanita dari kalangan mereka, timbul di dalam hati Nabi Ibrahim suatu niat. Maka ia berkata kepada permaisurinya, Sesungguhnya aku akan menjenguk tinggalanku (di Mekah).

Ibrahim ‘alaihis salam tiba dan mengucapkan salam, lalu bertanya, Di manakah Ismail? Istri Ismail menjawab, Dia sedang pergi berburu. Ibrahim ‘alaihis salam berkata, Katakanlah kepadanya agar dia mengubah tangga pintu rumahnya. Ketika istri Ismail menceritakan hal tersebut kepada Ismail, maka Ismail berkata, Engkaulah yang dimaksud dengan tangga pintu rumah, maka kembalilah kamu kepada keluargamu.

Kemudian timbul niat lagi pada din Nabi Ibrahim, lalu ia berkata (kepada permaisurinya), Sesungguhnya aku akan menjenguk tinggalanku. Ia datang, lalu bertanya, Di manakah Ismail? Istri Ismail menjawab, Dia sedang pergi berburu. Istri Ismail berkata pula, Sudikah engkau istirahat untuk makan dan minum? Ibrahim bertanya, Apakah makanan dan minuman kalian? Ia menjawab, Makanan kami adalah daging, dan minuman kami adalah air. Ibrahim ‘alaihis salam berdoa, Ya Allah, berkatilah mereka dalam makanan dan minuman mereka.

Matra Abul Qasim (yakni Nabi ﷺ) bersabda, Itu suatu berkah berkat doa Ibrahim.

Kemudian timbul lagi niat pada diri Nabi Ibrahim, maka ia berkata kepada permaisurinya, Sesungguhnya aku akan menjenguk tinggalanku. Lalu ia datang dan menjumpai Ismail berada di dekat sumur Zamzam sedang memperbaiki anak panahnya. Ibrahim berkata, wahai Ismail, sesungguhnya Tuhanmu memerintahkan aku agar membangun rumah-Nya di tempat ini. Ismail menjawab, Taatilah Tuhanmu. Ibrahim berkata, Sesungguhnya Dia telah memerintahkan kepadaku agar engkau membantuku dalam pelaksanaannya. Ismail menjawab, Kalau demikian, aku akan melakukannya.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Ibrahim bangkit, lalu mulai membangun, sedangkan Ismail menyediakan batu-batunya. Sambil bekerja, keduanya mengatakan:

Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 127)

Ketika bangunan makin tinggi dan Nabi Ibrahim yang sudah berusia lanjut itu merasa lemah untuk mengangkat batu-batuan, maka ia berdiri di atas batu magam, sedangkan Ismail memberikan batu-batu itu kepadanya. Keduanya bekerja seraya mengucapkan doa berikut

Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami). Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 127)

Demikianlah riwayat yang diketengahkan oleh Imam Bukhari melalui dua jalur di dalam Kitabul Anbiya.

Akan tetapi, yang mengherankan ialah Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Hakim meriwayatkannya di dalam kitab Mustadrak-nya dari Abul. Abbas Al-Asam, dari Muhammad ibnu Sinan Al-Qazzaz, dari Abu Ali alias Ubaidillah ibnu Abdul Majid Al-Hanafi, dari Ibrahim ibnu Nafi’ dengan lafaz yang sama. Ia mengatakan bahwa hadis ini sahih dengan syarat Syaikhain (Bukhari dan Muslim), tetapi keduanya tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut Imam Hakim. Padahal Imam Bukhari mengetengahkannya seperti yang Anda lihat sendiri melalui hadis Ibrahim ibnu Nafi’, tetapi di dalam hadis ini seakan-akan terjadi peringkasan, mengingat di dalamnya tidak disebutkan perihal penyembelihan.

Disebutkan di dalam kitab sahih bahwa kedua tanduk domba yang disembelihnya itu digantungkan di Ka’bah. Disebutkan pula bahwa Nabi Ibrahim berkunjung kepada keluarganya di Mekah dengan memakai kendaraan buraq yang kecepatannya seperti kilatan sinar. Setelah usai dari kunjungannya, ia kembali lagi ke Baitul Maqdis. Di dalam riwayat hadis ini disebutkan nama-nama tempat yang sudah tiada, diketengahkan oleh Ibnu Abbas, dari Nabi ﷺ

Sehubungan dengan hadis ini telah disebutkan dari Amirul Muminin Ali ibnu Abu Talib hal-hal yang sebagiannya berbeda dengan apa yang telah dikemukakan di atas, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Jarir. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar dan Muhammad ibnul Manna; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muammal, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Ishaq, dari Hariah ibnu Mudarrib, dari Ali ibnu Abu Talib yang menceritakan kisah berikut:

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Ketika Ibrahim diperintahkan membangun Baitullah, ia berangkat bersama Ismail dan Hajar. Sesampainya di Mekah, ia melihat gumpalan awan berupa seperti kepala manusia di angkasa yang letaknya tepat di atas tempat Baitullah (Ka’bah), lalu awan itu berkata, Hai Ibrahim, bangunlah di bawah naunganku ini, atau awan tersebut mengatakan, Sebesar diriku, jangan lebih, jangan pula kurang.

Setelah selesai membangun, Ibrahim berangkat dan meninggalkan Ismail serta Hajar. Maka Hajar berkata kepada Ibrahim, Kepada siapakah engkau menyerahkan kami (menitipkan kami)? Ibrahim menjawab, Kepada Allah. Hajar menjawab, Berangkatlah, sesungguhnya Dia tidak akan menyia-nyiakan kami.

Ismail pun merasa sangat haus, lalu Hajar naik ke atas Bukit Safa dan memandang ke sekelilingnya, ternyata ia tidak melihat sesuatu pun (yang dapat membantunya). Ia terus berjalan hingga sampai di Bukit Marwah, tetapi ia tidak juga melihat sesuatu pun. Lalu ia kembali lagi ke Bukit Safa dan melihat-lihat lagi, tetapi ia tidak melihat sesuatu pun. Ia lakukan demikian sebanyak tujuh kali. Akhimya is berkata, Aduhai Ismail anakku, kiranya aku bakal tidak akan melihatmu lagi karena engkau akan mati. Ia datang kepada Ismail yang saat itu sedang mengamuk seraya menangis karena kehausan. Maka Hajar diseru oleh Malaikat Jibril, Siapakah kamu? Hajar menjawab, Aku Hajar, ibu dari anak Ibrahim ini. Jibril bertanya, Kepada siapakah kamu berdua diserahkan? Hajar menjawab, Dia menyerahkan kami kepada Allah. Jibril berkata, Dia menyerahkan kalian kepada Tuhan Yang Maha Mencukupi. Kemudian Jibril mengorek tanah dengan jarinya, maka keluarlah air darinya dengan berlimpah. Lalu Hajar membendung air itu, dan Jibril berkata, Biarkanlah air ini, karena sesungguhnya air ini berlimpah!

Di dalam riwayat ini disimpulkan bahwa Ibrahim membangun Baitullah sebelum meninggalkan keduanya (Hajar dan anaknya). Tetapi dapat diinterpretasikan bahwa apa yang dilakukan oleh Ibrahim hanyalah semata-mata untuk memelihara batasan-batasannya. Dengan kata lain, pada awalnya Ibrahim hanya membuat patok-patoknya saja, bukan membangunnya sampai tinggi; menunggu Ismail besar, lalu keduanya akan membangunnya bersama-sama, seperti apa yang disebutkan di dalam firman-Nya.

 

Halaman:  1    2     4   5             10

Artikel SebelumnyaRumah Ibadah Pertama yang Dibangun di Bumi
Artikel SelanjutnyaPerjalanan Hidup Nabi Ismail ‘Alaihis Salam di Mekah