Jangan Menyembah Patung Anak Lembu

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 90-91

0
507

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 90-91. Larangan Nabi Harun a.s. agar jangan menyembah patung anak lembu. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَلَقَدْ قَالَ لَهُمْ هَارُونُ مِنْ قَبْلُ يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنْتُمْ بِهِ وَإِنَّ رَبَّكُمُ الرَّحْمَنُ فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي (٩٠) قَالُوا لَنْ نَبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى (٩١)

Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan (patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.” Mereka menjawab, “Kami tidak akan meninggalkannya dan tetap menyembahnya (patung anak sapi) sampai Musa kembali kepada kami.” (Q.S. Thaahaa : 90-91)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa laqad qāla lahum hārūnu ming qablu (dan sungguh sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka), yakni sebelum kedatangan Musa a.s.

Yā qaumi innamā futiηtum bihī (wahai kaumku, “Sesungguhnya kalian hanya diuji dengan patung anak sapi itu), yakni kalian tengah diuji dengan lenguhan dan penyembahan patung anak sapi itu. Ada yang berpendapat, kalian telah menyesatkan diri sendiri dengan menyembah patung anak sapi itu.

Wa inna rabbakumur rahmānu fattabi‘ūnī (dan sesungguhnya Rabb kalian adalah Yang Maha Pengasih, karena itu ikutilah aku) dalam (melaksanakan) agama-Nya.

Wa athī‘ū amrī (dan taatilah perintahku”), yakni ucapan dan pesan-pesanku.

Qālū lan nabraha ‘alaihi ‘ākifīna (mereka berkata, “Kami akan terus menyembahnya), yakni kami tidak akan pernah meninggalkan penyembahan patung anak sapi itu.

Hattā yarji‘a ilainā mūsā (sampai Musa kembali kepada kami”). Maka tatkala Musa a.s. telah kembali.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan sungguh, sebelumnya Harun telah berkata kepada mereka, “Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan (patung anak sapi) itu dan sungguh, Tuhanmu ialah (Allah) Yang Maha Pengasih, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku[31].”

[31] Dengan demikian alasan mereka tidak diterima, karena Harun telah melarang mereka dan memberitahukan, bahwa hal itu merupakan fitnah (cobaan). Namun ternyata, mereka tidak menghiraukan kata-kata Harun dan tetap menyembahnya sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

  1. Mereka menjawab, “Kami tidak akan meninggalkannya dan tetap menyembahnya (patung anak sapi) sampai Musa kembali kepada kami.”

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya) sebelum Nabi Musa kembali kepada mereka (“Hai kaumku! Sesungguhnya kalian hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Rabb kalian ialah Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku) yakni menyembah kepada-Nya (dan taatilah perintahku”) di dalam menyembah kepada-Nya.
  2. (Mereka menjawab, “Kami akan tetap) kami akan terus (menyembah patung anak lembu ini) (hingga Musa kembali kepada kami”).

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menceritakan tentang larangan Harun a.s. terhadap mereka agar jangan menyembah patung anak lembu. Harun memberitahukan pula kepada mereka bahwa hal itu adalah cobaan bagi mereka, dan sesungguhnya Tuhan mereka ialah Tuhan Yang Maha Pemurah Yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya, dan Dia mempunyai: Arasy yang agung lagi Maha Berbuat terhadap semua yang dikehendaki-Nya.

maka ikutilah aku dan taatilah perintahku. (Thaha: 90)

dalam semua yang kuperintahkan kepada kalian, dan tinggalkanlah semua yang aku larang kalian melakukannya.

Mereka menjawab, “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa kembali kepada kami.” (Thaha: 91)

Yakni kami tidak akan meninggalkan penyembahan terhadapnya hingga kami mendengar pendapat Musa tentangnya. Mereka menentang Harun dalam hal tersebut, dan mereka memusuhinya, bahkan hampir saja mereka membunuhnya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaTeguran Musa ‘Alaihis Salam kepada Harun ‘Alaihis Salam
Artikel SelanjutnyaTidak Kuasa Menolak Mudharat Maupun Mendatangkan Manfaat