Teguran Musa ‘Alaihis Salam kepada Harun ‘Alaihis Salam

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 92-94

0
503

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 92-94. Pengkhianatan Bani Israil, penyembahan mereka kepada patung anak sapi, penjelasan bahwa setiap pemimpin bertanggung jawab terhadap orang yang dipimpinnya, dan teguran Musa ‘alaihis salam kepada Harun ‘alaihis salam. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قَالَ يَا هَارُونُ مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا (٩٢) أَلا تَتَّبِعَنِ أَفَعَصَيْتَ أَمْرِي (٩٣) قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلا بِرَأْسِي إِنِّي خَشِيتُ أَنْ تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ قَوْلِي (٩٤)

Dia (Musa) berkata, “Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat, (sehingga) engkau tidak mengikuti aku? Apakah engkau telah (sengaja) melanggar perintahku?” Dia (Harun) menjawab, “Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku), “Engkau telah memecah belah antara bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku.” (Q.S. Thaahaa : 92-94)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qāla (Musa berkata) kepada Harun a.s.

Yā hārūnu mā mana‘aka idz ra-aitahum dlallū (“Hai Harun, apa yang menghalangimu ketika kamu melihat mereka telah tersesat) dari jalan (yang benar).

Allā tattabi‘ān ([hingga] kamu tidak mengikuti aku), yakni mengapa kamu tidak mengikuti pesanku dan tidak memerangi mereka.

A fa ‘ashaita (apakah kamu telah membangkang), yakni apakah kamu mengabaikan.

Amrī (perintahku”), yakni pesanku.

Qāla (dia berkata), yakni Harun a.s. berkata kepada Musa a.s.

Yab naumma (“Hai putra ibuku). Harun a.s. menyebut ibunya agar Musa a.s. bersikap baik dan menjadi sayang kepadanya.

Lā ta’khudz bi lihyatī wa lā bi ra’sī (janganlah kamu memegang janggutku dan jangan pula kepalaku), yakni jangan pula rambut kepalaku.

Innī khasyītu (sesungguhnya aku khawatir), yakni aku takut.

Aη taqūla farraqta baina banī isrā-īla (bahwa kamu akan mengatakan, ‘Kamu telah memecah belah di antara Bani Israil) dengan membunuh (mereka).

Wa lam tarqub qaulī (dan kamu tidak memperhatikan ucapanku), yakni tidak menunggu kedatanganku, dan oleh karena itulah aku (Harun a.s.) tidak memerangi mereka. Sesudah itu Musa a.s. menemui Samiri.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dia (Musa) berkata[32], “Wahai Harun! Apa yang menghalangimu ketika engkau melihat mereka telah sesat,

[32] Setelah kembali.

  1. (sehingga) engkau tidak mengikuti aku? Apakah engkau telah (sengaja) melanggar perintahku[33]?

[33] Yaitu perintah Musa ‘alaihis salam kepadanya, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (lihat Al A’raaf: 142).

  1. Dia (Harun) menjawab, “Wahai putra ibuku! Janganlah engkau pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku[34]. Aku sungguh khawatir engkau akan berkata (kepadaku)[35], “Engkau telah memecah belah antara bani Israil dan engkau tidak memelihara amanatku[36].

[34] Musa ‘alaihis salam memegang janggut Harun dengan tangan kirinya, dan memegang rambut kepalanya dengan tangan kanannya karena marah.

[35] Yakni engkau telah memerintahkan kepadaku agar aku menggantikanmu memimpin bani Israil. Jika aku mengikuti(menyusul)mu, tentu aku meninggalkan perintahmu untuk tetap bersama bani Israil.

[36] Karena meninggalkan mereka, sehingga mereka tidak memiliki pemimpin, di mana hal itu dapat memecah belah mereka. Maka Musa menyesal terhadap tindakannya kepada saudaranya, padahal saudaranya tidak patut dicela, ia pun berdoa, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (Lihat Al A’raaf: 151) setelah itu Nabi Musa ‘alaihis salam mendatangi Samiri.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Berkata Musa) setelah ia kembali kepada mereka, (“Hai Harun! Apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka sesat,) ketika mereka menyembah patung anak lembu itu.
  2. (Sehingga kamu tidak mengikuti aku?) huruf Laa di sini Zaidah. (Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?”) disebabkan kamu tinggal diam di antara orang-orang yang menyembah selain Allah swt.
  3. (Berkatalah) Harun (“Hai putra ibuku!) dapat dibaca Ummi dan Umma maksudnya ibuku, Nabi Harun sengaja menyebut nama ini untuk mengharapkan belas kasihan dari Nabi Musa (Janganlah kamu pegang janggutku) Nabi Musa memegang janggut Nabi Harun dengan tangan kirinya (dan jangan pula kepalaku) Nabi Musa memegang rambut kepala Nabi Harun dengan tangan kanannya sebagai pelampiasan kemarahannya (sesungguhnya aku khawatir) seandainya aku mengikutimu, maka pastilah akan mengikutiku pula segolongan orang-orang yang menyembah anak lembu itu (bahwa kamu akan berkata kepadaku, ‘Kamu telah memecah belah antara Bani Israel) lalu kamu marah kepadaku (dan kamu tidak menunggu) (perintahku”) di dalam mengambil sikap.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menceritakan tentang keadaan Musa a.s. ketika kembali kepada kaumnya dan ia melihat perkara besar yang dilakukan oleh mereka. Maka saat itu juga hati Musa penuh dengan kemarahan, lalu ia melemparkan luh-luh Ilahi yang ada di tangannya, dan memegang kepala saudaranya seraya menariknya untuk mendekat. Dalam surat Al-A’raf telah kami ceritakan kisah ini secara rinci. Telah kami kemukakan pula pada pembahasan itu sebuah hadis yang mengatakan:

لَيْسَ الْخَبَرُ كَالْمُعَايَنَةِ

Berita itu tidaklah seperti kenyataan.

Kemudian Musa mulai mencela Harun, saudaranya. Untuk itu ia mengatakan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

Apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? (Thaha: 92-93)

Yaitu ceritakanlah kejadian ini kepadaku sejak semulanya.

Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku? (Thaha: 93)

Yakni terhadap apa yang telah aku pesankan kepadamu sebelumnya, yaitu apa yang telah disebutkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

اخْلُفْنِي فِي قَوْمِي وَأَصْلِحْ وَلا تَتَّبِعْ سَبِيلَ الْمُفْسِدِينَ

Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan. (Al-A’raf: 142)

Harun menjawab, seperti yang disebutkan firman-Nya:

Hai putra ibuku. (Thaha: 94)

Harun meminta belas kasihan kepada Musa dengan menyebut nama ibunya, padahal Musa adalah saudara sekandungnya, karena dengan menyebut panggilan seperti ini kesannya lebih lembut dan lebih kasih sayang.

Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku, dan jangan (pula) kepalaku. (Thaha: 94)

Kalimat ini merupakan alasan yang dikemukakan Harun kepada Musa untuk menceritakan tentang keterlambatannya sehingga ia tidak dapat menyusul Musa. Maka Harun menceritakan kepadanya tentang perkara besar yang terjadi di kalangan kaumnya.

sesungguhnya aku khawatir. (Thaha: 94)

untuk mengikutimu; lalu bila kuceritakan kepadamu peristiwa ini, maka kamu berkata kepadaku, “Mengapa engkau tinggalkan mereka sendirian dan kamu memecah belah di antara mereka.”

dan kamu tidak memelihara amanatku. (Thaha: 94)

Yakni kamu tidak dapat memelihara apa yang telah kuperintahkan kepadamu saat aku mengangkatmu sebagai penggantiku untuk memimpin mereka. Ibnu Abbas mengatakan bahwa Harun adalah orang yang segan dan taat kepada Musa.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaHardikan Musa ‘Alaihis Salam Terhadap Samiri
Artikel SelanjutnyaJangan Menyembah Patung Anak Lembu