Hal yang Menimpa Kaum Muslimin dalam Perang Uhud

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 153

0
260

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 153. Menerangkan tentang hal yang menimpa kaum muslimin dalam perang Uhud, sebab-sebab kekalahan umat Islam dalam perang Uhud, dan Allah Ta‘ala mengungkap keberpalingan mereka dari Nabi ﷺ, yang ternyata karena takut oleh musuh. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ فَأَثَابَكُمْ غَمًّا بِغَمٍّ لِكَيْلا تَحْزَنُوا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا مَا أَصَابَكُمْ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan, agar kamu tidak bersedih hati lagi terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu. Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Ali Imran : 153)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Idz tush‘idūna ([ingatlah] ketika kalian lari), yakni ketika kalian menjauhkan diri di muka bumi. Menurut satu pendapat, ketika kalian naik ke gunung setelah kekalahan itu.

Wa lā talwūna ‘alā ahadin (dan tidak menoleh kepada seseorang pun), yakni tidak melirik kepada Nabi Muhammad ﷺ dan tidak pula berhenti untuk menemuinya.

War rasūlu (sementara rasul), yakni Nabi Muhammad ﷺ.

Yad‘ūkum fī ukhrākum (yang berada di antara kawan-kawan kalian yang lain memanggil kalian), yakni dari belakang kalian, Wahai segenap kaum mukminin, aku Rasulullah! kembalilah! Namun, kalian tidak mau berhenti.

Fa atsābakum ghammam bi ghammin (karenanya Allah menimpakan kepada kalian kesedihan atas kesedihan), yakni Allah Ta‘ala menambahkan kesulitan kepada kalian dengan naiknya Khalid bin al-Walid ke atas bukit di tengah kesusahan yang telah terjadi, berupa terbunuh dan kekalahan.

Li kailā tahzanū ‘alā mā fātakum (untuk [memberi pelajaran kepada] kalian agar jangan bersedih hati atas apa yang luput dari kalian), berupa ghanimah.

Wa lā mā ashābakum (dan atas apa yang menimpa kalian), yakni agar kalian tidak berduka atas pembunuhan dan luka-luka yang menimpa kalian.

Wallāhu khabīrum bimā ta‘malūn (Allah Maha Mengetahui segala apa yang kalian lakukan) pada saat berjihad dan menghadapi kekalahan itu. Selanjutnya Allah Ta‘ala berfirman menyebutkan karunia (yang Dia berikan) kepada mereka.

.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. (Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada siapa pun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu[9], karena itu Allah menimpakan kepadamu kesedihan demi kesedihan[10], agar kamu tidak bersedih hati[11] lagi terhadap apa yang luput dari kamu[12] dan terhadap apa yang menimpamu[13]. Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[9] Rasulullah ﷺ bersama beberapa orang sahabat berada dekat dengan musuh dan memanggil para sahabat yang lari, Kemarilah wahai hamba-hamba Allah!

[10] Kesedihan kaum muslimin disebabkan mereka tidak menaati perintah Rasul yang mengakibatkan kekalahan bagi mereka. Kesedihan tersebut adalah tidak memperoleh kemenangan, tidak memperoleh ghanimah, mengalami kekalahan dan kesedihan mendengar suara bahwa Nabi Muhammad ﷺ mati terbunuh, padahal tidak.

[11] Allah menjadikan semua itu baik bagi mereka. Firman-Nya  agar kamu tidak bersedih hati lagi terhadap apa yang luput dari kamu dan terhadap apa yang menimpamu bisa juga maksudnya agar kalian terlatih untuk bersabar dan segala beban dan kesulitan menjadi ringan.

[12] Seperti harta rampasan perang.

[13] Seperti terbunuh dan mengalami kekalahan.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Ingatlah ketika kamu melarikan diri) dalam peperangan itu (dan tidak menoleh kepada seorang pun, sedang Rasul memanggil kamu dari belakangmu) seraya bersabda, Mari ke sini hai hamba-hamba Allah, marilah datang kepadaku! (Karena itu Allah menimpakan padamu kesedihan di atas kesedihan) yang kamu timpakan kepada Rasulullah dengan melanggar perintahnya. Ada pula yang mengatakan ‘ba’ itu berarti ‘`alaa’ hingga maknanya ialah ‘berlipat ganda’, yaitu kesedihan di balik kesedihan karena luputnya harta rampasan (supaya kamu tidak) berkaitan dengan Allah ‘memaafkan’ atau menimpakan pada kalian (berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu) yakni harta rampasan (begitu pula terhadap apa yang telah menimpamu) berupa pembunuhannya dan kekalahan (Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.)

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلى أَحَدٍ

(Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153)

Yakni kalian berpaling dari mereka (musuh kalian) ketika kalian terpaksa naik ke atas bukit, lari dari musuh kalian.

Al-Hasan dan Qatadah membacanya tas’aduna, yakni ketika kalian naik ke bukit.

وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ

Dan tidak menoleh kepada seseorang pun. (Ali Imran: 153),

Yaitu sedangkan kalian tidak menoleh kepada seorang pun karena dalam keadaan kalut, takut, dan ngeri.

وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ

Sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali Imran: 153)

Artinya, kalian telah meninggalkan beliau di belakang kalian, sedangkan beliau berseru memanggil kalian agar jangan lari dari musuh, dan memerintahkan kalian agar kembali dan berperang menghadapi musuh.

قَالَ السُّدِّي: لَمَّا شَدّ الْمُشْرِكُونَ عَلَى الْمُسْلِمِينَ بِأُحُدٍ فَهَزَمُوهُمْ، دَخَلَ بَعْضُهُمُ الْمَدِينَةَ، وَانْطَلَقَ بَعْضُهُمْ فَوْقَ الْجَبَلِ إِلَى الصَّخْرَةِ فَقَامُوا عَلَيْهَا، وَجَعَلَ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو النَّاسَ: إليَّ عِبَادَ اللهِ، إليَّ عِبَادَ اللَّهِ. فَذَكَرَ اللَّهُ صُعُودَهُمْ عَلَى الْجَبَلِ، ثُمَّ ذَكَرَ دُعَاء النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِيَّاهُمْ فَقَالَ: إِذْ تُصْعِدُونَ وَلا تَلْوُونَ عَلَى أَحَدٍ وَالرَّسُولُ يَدْعُوكُمْ فِي أُخْرَاكُمْ

As-Saddi mengatakan, ketika tekanan pasukan kaum musyrik bertambah berat atas pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud dan pasukan kaum musyrik dapat memukul mundur pasukan kaum muslim, maka sebagian di antara pasukan kaum muslim ada yang lari masuk ke Madinah, sedangkan sebagian yang lain ada yang lari naik ke bukit dan berdiri di atas batu besar. Sedangkan Rasulullah ﷺ menyeru mereka melalui sabdanya, Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah. Kemarilah kepadaku, hai hamba-hamba Allah! Allah Subhaanahu wa Ta’aala menceritakan perihal naiknya mereka ke atas bukit, lalu menceritakan pula perihal seruan Nabi ﷺ yang ditujukan kepada mereka melalui firman-Nya: (Ingatlah) ketika kalian lari dan tidak menoleh kepada seseorang pun, sedangkan Rasul yang berada di belakang kalian memanggil kalian. (Ali Imran: 153)

Hal yang sama dikatakan pula oleh Ibnu Abbas, Qatadah, Ar-Rab’i, dan Ibnu Zaid.

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-4

Abdullah ibnuz Zaba’ri menceritakan perihal kekalahan pasukan kaum muslim dalam Perang Uhud melalui qasidahnya, saat itu ia masih musyrik dan belum masuk Islam. Dalam permulaan qasidahnya itu ia mengatakan:

يَا  غُرَابَ الْبَيْنِ أَسْمَعْتَ فَقُلْ … إِنَّمَا تَنْطِقُ شَيْئًا قَدْ فُعِلْ

إِنَّ لِلْخَيْرِ وَلِلشَّرِّ مَدًى … وَكِلَا ذَلِكَ وَجْهٌ وَقَبَلْ

Wahai burung gagak pertanda perpisahan, apakah engkau mendengar? Katakanlah, sesungguhnya engkau hanya mengatakan sesuatu yang telah terjadi. Sesungguhnya bagi kebaikan dan keburukan itu ada masanya, masing-masing dari keduanya mempunyai bagian muka dan bagian belakangnya).

Sampai ia mengatakan dalam qasidahnya:

لَيْتَ أَشْيَاخِي بِبَدْرٍ شَهِدُوا … جَزَعَ الْخَزْرَجِ مِنْ وَقْعِ الْأَسَلْ

حِينَ حَكَّتْ بِقُبَاءٍ بَرْكَهَا … وَاسْتَحَرَّ الْقَتْلُ فِي عَبْدِ الْأَشَلْ

ثُمَّ خَفُّوا عِنْدَ ذَاكُمْ رُقَّصَا … رَقَصَ الْحَفَّانِ يَعْلُو فِي الْجَبَلْ

فَقَتَلْنَا الضِّعْفَ مِنْ أَشْرَافِهِمْ … وَعَدَلْنَا مَيْلَ بَدْرٍ فَاعْتَدَلْ

Bersambung: Pasukan Pemanah

Aduhai, sekiranya pemimpin-pemimpinku (yang mati) di Badar menyaksikan rintihan orang-orang Khazraj karena tusukan tombak. Yaitu ketika mereka mengistirahatkan unta kendaraannya di Quba, dan pembunuhan banyak yang terjadi di kalangan Bani Abdul Asyal. Kemudian saat itulah mereka lari terbirit-birit bagaikan larinya anak burung unta menaiki bukit. Kami dapat membunuh banyak orang dari kalangan pemimpin mereka, maka tertebuslah kekalahan kami dalam Perang Badar, hingga keadaan menjadi seimbang.

Al-hifan artinya anak burung unta. Saat itu Nabi ﷺ terkucil bersama dua belas orang dari kalangan sahabat-sahabatnya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaPasukan Pemanah
Artikel SelanjutnyaUjian-Nya dalam Peristiwa Perang Uhud

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini