Berbicaralah dengan Kata-kata yang Lemah Lembut

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 43-44

0
651

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 43-44. Perintah untuk menghadap Fir’aun. Berbicaralah dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى (٤٣) فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (٤٤)

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (Q.S. Thaahaa : 43-44)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Idz-habā ilā fir‘auna innahū thaghā (berangkatlah kalian kepada Fir‘aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas), yakni telah bersikap pongah, takabur, dan kufur.

Fa qūlā lahū qaulal layyinan (kemudian berbicaralah kalian kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut), yakni perkataan yang halus bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah. Menurut satu pendapat, berbicaralah kalian kepadanya dengan ungkapan-ungkapan metaforis (perumpamaan).

La‘allahū yatadzakkaru (mudah-mudahan dia ingat), yakni mengambil pelajaran.

Au yakhsyā (atau takut), yakni atau berserah diri.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas[11];

[11] Baik dalam kekafirannya (sampai mengaku sebagai tuhan), dalam kezalimannya (sampai tega menyembelih bayi yang lahir) maupun dalam permusuhannya.

  1. maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lemah lembut[12], mudah-mudahan dia sadar atau takut[13].”

[12] Yakni dengan lembut dan beradab, tidak membual (mengada-ada), tidak keras ucapannya dan tidak kasar sikapnya. Ucapan yang lembut dapat membuat orang lain menerima, sedangkan ucapan yang keras dapat membuat orang lain menjauh. Nabi Musa ‘alaihis salam kemudian mengikuti perintah Allah tersebut, dan ketika sampai kepada Fir’aun dengan lembut Musa berkata sesuai perintah Allah, “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri, dan engkau akan kuarahkan ke jalan Tuhanmu agar Engkau takut kepada-Nya?” (lihat surah An Naazi’at: 18-19) sepeti inilah cara yang perlu dilakukan da’i, yakni perkataannya tidak menunjukkan paksaan, tetapi menunjukkan pilihan dan penawaran seperti dengan kata-kata, “Maukah? Mungkin? Barang kali?” dsb. Karena hal ini lebih bisa diterima daripada perkataan yang terkesan memaksa atau mengajari, terlebih kepada orang yang lebih tua. Perhatikanlah kalimat tersebut, “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri…dst.” Kalimatnya tidak “Agar aku bersihkan dirimu?” tetapi “membersihkan diri?” yang menunjukkan biarlah ia memberihkan dirinya sendiri setelah mengingatkan sesuatu yang membuatnya berpikir. Kemudian Musa ‘alaihis salam mengajaknya kepada jalan Tuhannya yang telah mengaruniakan berbagai nikmat yang nampak maupun yang tersembunyi, di mana nikmat-nikmat itu sepatutnya disyukuri dengan mengikuti perintah-perintah-Nya. Namun ternyata Fir’aun tidak menerima nasehat yang lembut itu, maka semakin jelaslah, bahwa peringatan tidak bermanfaat baginya, sehingga pantas jika Allah menghukumnya.

[13] Kepada Allah.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas) karena ia mengaku menjadi tuhan.
  2. (Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut) untuk menyadarkannya supaya jangan mengaku menjadi tuhan (mudah-mudahan ia ingat) yakni sadar dan mau menerimanya (atau takut”) kepada Allah lalu karenanya ia mau sadar. Ungkapan ‘mudah-mudahan’ berkaitan dengan pengetahuan Nabi Musa dan Nabi Harun. Adapun menurut pengetahuan Allah, maka Dia telah mengetahui bahwa Firaun tidak akan mau sadar dari perbuatannya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. (Thaha: 43)

Yaitu membangkang, berlaku sewenang-wenang, dan melampaui batas terhadap Allah serta durhaka kepada-Nya.

maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir’aun adalah orang yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir’aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.

Seperti yang telah diterangkan oleh Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Ia mengemukakan perkataan seorang penyair seperti berikut:

يَا مَنْ يَتَحَبَّبُ إِلَى مَنْ يُعَادِيهِ فَكَيْفَ بِمَنْ يَتَوَلَّاهُ وَيُنَادِيهِ؟

Wahai orang yang bertutur lemah lembut kepada orang yang memusuhinya, maka bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak terbayangkan kelembutan tutur katanya)?

Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan pengertian ini, “Sesungguhnya aku lebih banyak memaaf dan mengampuninya daripada marah dan menghukuminya.”

Dari Ikrimah, telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yakni ucapan “Tidak ada Tuhan selain Allah”.

Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yaitu Musa diperintahkan untuk menyampaikan kepada Fir’aun kalimat berikut, “Sesungguhnya engkau mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka.”

Baqiyyah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Harun, dari seorang lelaki, dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim, dari An-Nizal ibnu Sabrah, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Bahwa yang dimaksud dengan layyinan ialah dengan kata-kata sindiran (bukan dengan kata-kata terus terang).

Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, bahwa sebutlah dia dengan julukan Abu Murrah.

Pada garis besarnya pendapat mereka menyimpulkan bahwa Musa dan Harun diperintahkan oleh Allah Swt. agar dalam dakwahnya kepada Fir’aun memakai kata-kata yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan; Dimaksudkan agar kesannya lebih mendalam dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil yang positif. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain yang mengatakan:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)

Adapun firman Allah Swt.:

mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)

Yakni barangkali saja Fir’aun sadar dari kesesatannya yang membinasakan dirinya itu, atau ia menjadi takut kepada Tuhannya, akhirnya ia mau taat kepada-Nya. Seperti yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya:

لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا

bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Al-Furqan: 62)

Orang yang mau mengambil pelajaran akan sadar dan menghindari hal-hal yang terlarang, sedangkan rasa syukur ini timbul dari rasa takut kepada Allah dan sebagai ungkapan terima kasih kepada-Nya, akhirnya ia mengerjakan ketaatan kepada-Nya.

Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44) Yakni janganlah kamu berdua mendoakan kebinasaan untuknya sebelum kamu mengemukakan alasanmu kepadanya.

Sehubungan dengan hal ini saya akan mengemukakan syair Zaid ibnu Amr ibnu Nufail yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, menyitir kata-kata Umayyah ibnu Abus Silt:

وَأَنْتَ الَّذِي مِنْ فَضْلِ مَنٍّ وَرَحْمَةٍ … بَعَثْتَ إِلَى مُوسَى رَسُولًا مُنَادِيًا …

فَقُلْتَ لَهُ يَا اذْهَبْ وهارون فادعُوَا … إلى الله فرعون الذي كان بَاغِيَا …

فَقُولَا لَهُ هَلْ أَنْتَ سَوَّيْتَ هَذِهِ … بِلَا وَتَدٍ حَتَّى اسْتَقَلَّتْ كَمَا هِيَا …

وُقُولَا له أأنت رَفَّعت هذه … بلا عمد? أرفق إِذَنْ بِكَ بَانِيَا …

وَقُولَا لَهُ آأَنْتَ سَوَّيْتَ وَسْطَهَا … مُنِيرًا إِذَا مَا جَنَّه اللَّيْلُ هَادِيَا …

وَقُولَا لَهُ مَنْ يُخْرِجُ الشَّمْسَ بُكْرَةً … فَيُصْبِحُ مَا مَسَّتْ مِنَ الْأَرْضِ ضَاحِيَا …

وَقُولَا لَهُ مَنْ يُنْبِتُ الْحَبَّ فِي الثَّرَى … فَيُصْبِحُ مِنْهُ الْبَقْلُ يَهْتَزُّ رَابِيَا …

وَيُخْرِجُ مِنْهُ حَبَّهُ فِي رُءُوسِهِ فَفِي ذَاكَ آيَاتٌ لِمَنْ كَانَ وَاعِيَا

Engkaulah yang memberikan anugerah dan rahmat kepada siapa yang Engkau kehendaki, Engkau telah mengutus Musa sebagai rasul yang menyeru (Fir’aun untuk menyembah-Mu).

Maka Engkau berfirman kepadanya, “Pergilah kamu beserta Harun, serulah Fir’aun untuk menyembah Allah, dia adalah orang yang melampaui batas.

Katakanlah olehmu berdua kepadanya, ‘Apakah engkau mampu menghamparkan bumi ini tanpa pasak sehingga ia dapat terhampar seperti sekarang?’

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, ‘Apakah kamu mampu meninggikan langit ini tanpa tiang penyangga? Kalau begitu, cobalah bangun olehmu sendiri’.

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, ‘Apakah engkau yang menciptakan bintang-bintang yang bersinar bila malam hari sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman arah? ‘

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, ‘Siapakah yang menerbitkan matahari di pagi hari, sehingga tiada suatu belahan bumi pun yang terkena sinarnya melainkan tampak dengan jelas?’

Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, “Siapakah yang menumbuhkah biji-bijian di bumi, sehingga tumbuhlah tetumbuhan dengan pesatnya, lalu dikeluarkan pula dari pucuk tetumbuhan itu biji-bijian?”

Dalam semuanya itu terkandung tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah bagi orang yang berakal.”

Berkatalah mereka berdua, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melewati batas.”

Allah berfirman.”Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir’aun)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaJanganlah Khawatir, Sesungguhnya Allah Bersama Kalian
Artikel SelanjutnyaJanganlah Lalai dalam Mengingat Allah