Al-Baqarah Ayat 156, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah Ayat 156

0
76

Surah Al-Baqarah ayat 156 menyampaikan tentang sikap orang-orang yang beriman ketika dihadapkan pada cobaan atau musibah. Mereka mengungkapkan keyakinan dalam takdir Allah dengan mengucapkan, “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn.” 

Ungkapan ini menunjukkan kesadaran akan ketergantungan mutlak pada Allah serta kepatuhan dalam menerima ketentuan-Nya. Dengan mengucapkan kalimat ini, mencari kekuatan dan ketenangan di dalam iman ketika dihadapkan pada ujian hidup.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 156

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 156 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Alladzīna idzā ashābathum mushībah ([yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah).

Qālū innā lillāhi (mereka mengucapkan, sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah).

Wa innā ilaihi rāji‘ūn (dan hanya kepada-Nya kami kembali).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 156

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 156 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

([yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah) seperti yang telah disebutkan di atas.

(mereka mengucapkan, sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah), yakni kami adalah hamba-hamba Allah Ta‘ala.

(dan hanya kepada-Nya kami kembali) sesudah mati. Karena kalau kami tidak rela atas ketentuan-Nya, niscaya Dia pun tidak akan meridai amal-amal kami.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah[10], mereka berkata, Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya Kami adalah milik Allah[11] dan kepada-Nya-lah Kami kembali[12]).

[10] Musibah adalah semua yang membuat hati, badan atau kedua-duanya terasa sakit atau pedih.

[11] Maksudnya: kita milik Allah, di bawah pengaturan dan tindakan-Nya, Dia berbuat kepada milik-Nya apa yang Dia kehendaki, kita tidak memiliki apa-apa terhadap jiwa dan harta sedikit pun. Oleh karena itu, jika Dia menimpakan ujian kepada kita, maka sesungguhnya itu merupakan tindakan dari Yang Maha Penyayang kepada milik-Nya, maka tidak boleh diprotes. Bahkan termasuk sempurnanya pengabdian seorang hamba adalah dia merasakan bahwa musibah yang menimpanya berasal dari Pemilik dirinya, Tuhan yang Maha Bijaksana yang lebih sayang kepada dirinya daripada sayangnya seorang hamba kepada dirinya sendiri. Oleh karena itu, sikap yang harus dilakukan adalah ridha, bersyukur karena diatur oleh-Nya kepada hal yang lebih baik bagi dirinya meskipun ia tidak menyadari.

[12] Di samping kita sebagai milik-Nya, kita juga akan kembali kepada-Nya pada hari kiamat, lalu masing-masing akan diberi balasan sesuai amalnya. Jika kita bersabar dan mengharap pahala dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala, maka kita akan mendapatkan pahala secara penuh di sisi-Nya, sedangkan jika kita berkeluh kesah, maka tidak ada yang kita peroleh selain keluh kesah, musibah dan hilangnya pahala. Memahaminya seorang hamba bahwa dirinya adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya merupakan sebab terkuat untuk memperoleh kesabaran.

.

Tafsir Jalalain

(Yaitu orang-orang yang apabila mereka ditimpa musibah) bencana atau malapetaka.

(mereka mengucapkan, ‘Innaa lillaahi’) artinya sesungguhnya kita ini milik Allah; maksudnya menjadi milik dan hamba-Nya yang dapat diperlakukan-Nya sekehendak-Nya.

(‘wa innaa ilaihi raaji`uun’) artinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita akan kembali, yakni ke akhirat, di sana kita akan diberi-Nya balasan.

Dalam sebuah hadis disebutkan, Barang siapa yang istirja`/mengucapkan ‘innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun’ ketika mendapat musibah, maka ia diberi pahala oleh Allah dan diiringi-Nya dengan kebaikan. Juga diberitakan bahwa pada suatu ketika lampu Nabi ﷺ padam, maka beliau pun mengucapkan istirja`, lalu kata Aisyah, Bukankah ini hanya sebuah lampu! Jawabnya, Setiap yang mengecewakan (hati) orang mukmin itu berarti musibah. Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam kumpulan hadis-hadis mursalnya.

Lihat: Al-Quran Juz 2: Merenungkan Kedalaman Surah Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah menerangkan bahwa orang-orang yang sabar yang mendapat pahala dari Allah ialah mereka yang disebutkan di dalam firman berikut:

(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. (Al-Baqarah: 156)

Yakni mereka menghibur dirinya dengan mengucapkan kalimat tersebut manakala mereka tertimpa musibah, dan mereka yakin bahwa diri mereka adalah milik Allah. Dia memberlakukan terhadap hamba-hamba-Nya menurut apa yang Dia kehendaki. Mereka meyakini bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala di sisi-Nya seberat biji sawi pun kelak di hari kiamat. Maka ucapan ini menanamkan di dalam hati mereka suatu pengakuan yang menyatakan bahwa diri mereka adalah hamba-hamba-Nya dan mereka pasti akan kembali kepada-Nya di hari akhirat nanti.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 157 bersama kami di kecilnyaaku.com.

Artikel SebelumnyaSurah Al-Baqarah Ayat 157, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan
Artikel SelanjutnyaAl-Baqarah Ayat 155, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan