Turunnya Surah Al-Maa’idah

Kajian Tafsir Surah Al-Maa'idah

0
314

Kajian Tafsir Surah Al-Maa’idah (Hidangan). Surah ke-5. 120 ayat. Madaniyyah. Berikut beberapa hadits yang berhubungan dengan turunnya surah Al-Maa’idah.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو النَّضر، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ شَيْبان، عَنْ لَيْث، عَنْ شَهر بْنِ حَوْشَب، عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ: إِنِّي لَآخِذَةٌ بزِمَام العَضْباء ناقةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ الْمَائِدَةُ كُلُّهَا، وَكَادَتْ مِنْ ثِقْلِهَا تَدُقّ عَضُد الناقةَ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah Syaiban, dari Lais, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid yang menceritakan, Sesungguhnya aku benar-benar sedang memegang tali unta Adba’ (unta kendaraan Rasulullah ) ketika diturunkan kepadanya surah Al-Maa’idah seluruhnya. Hampir saja paha unta itu patah karena beratnya wahyu (yang sedang turun kepada Nabi ).

وَرَوَى ابْنُ مَرْدُويه مِنْ حَدِيثِ صَالِحِ بنِ سُهَيْل، عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ قَالَ: حَدَّثَتْنِي أُمُّ عَمْرٍو، عَنْ عَمِّهَا؛ أَنَّهُ كَانَ فِي مَسِير مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فنزلت عَلَيْهِ سُورَةُ الْمَائِدَةِ، فاندَقَّ عُنُق الرَّاحِلَةِ مِنْ ثِقْلِهَا

Ibnu Murdawaih meriwayatkan melalui hadits Saleh ibnu Sahi, dari Asim Al-Ahwal yang menceritakan, telah menceritakan kepadanya Ummu Amr, dari pamannya, bahwa ia sedang dalam perjalanan bersama Rasulullah , lalu turunlah surah Al-Maa’idah kepada Rasulullah Maka leher unta kendaraannya menunduk, tak dapat tegak, karena beratnya surah Al-Maa’idah yang sedang diturunkan.

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-6 

وَقَالَ أَحْمَدُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة، حَدَّثَنِي حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الحُبُلي عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: أُنْزِلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُورَةُ الْمَائِدَةِ وَهُوَ رَاكِبٌ عَلَى رَاحِلَتِهِ، فَلَمْ تَسْتَطِعْ أَنْ تَحْمِلَهُ، فَنَزَلَ عَنْهَا

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Luhai’ah, telah menceritakan kepadaku Huyay ibnu Abdullah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr yang menceritakan bahwa diturunkan kepada Rasulullah surah Al-Maa’idah ketika beliau sedang berada di atas unta kendaraannya. Maka unta kendaraannya tidak mampu membawanya. Akhirnya Nabi turun dari unta kendaraannya.

Hadits ini diriwayatkan secara munfarid oleh Imam Ahmad.

وَقَدْ رَوَى التِّرْمِذِيُّ عَنْ قُتَيْبَة، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْب، عَنْ حُيَيٍّ، عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: آخِرُ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ: سُورَةُ الْمَائِدَةِ وَالْفَتْحِ، ثُمَّ قَالَ التِّرْمِذِيُّ: هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ حَسَنٌ

Imam Turmuzi meriwayatkan dari Qutaibah, dari Abdullah ibnu Wahb, dari Huyay, dari Abu Abdur Rahman, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa surah yang paling akhir diturunkan adalah Al-Maa’idah dan Al-Fath. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadits berpredikat garib hasan.

وَقَدْ رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ: آخِرُ سُورَةٍ أُنْزِلَتْ:  إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ

Imam Turmuzi meriwayatkan melalui Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa surah yang paling akhir diturunkan adalah firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. (An-Nasr 1), hingga akhir surah.

Yang dimaksud adalah surah Al-Fath atau surah An-Nasr.

Imam Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya melalui jalur Abdullah ibnu Wahb berikut sanadnya, semisal dengan riwayat Imam Turmuzi. Kemudian ia mengatakan bahwa hadits berpredikat sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.

قَالَ الْحَاكِمُ أَيْضًا: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ مُحَمَّدُ بْنُ يَعْقُوبَ، حَدَّثَنَا بَحْرُ بْنُ نَصْرٍ قَالَ: قُرئ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ وَهْب، أَخْبَرَنِي مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، عَنْ أَبِي الزَّاهِرِيَّةِ، عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْر قَالَ: حَجَجْتُ فَدَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ، فَقَالَتْ لِي: يَا جُبَيْرُ، تَقْرَأُ الْمَائِدَةَ؟ فَقُلْتُ: نَعَمْ. فَقَالَتْ: أَمَا إِنَّهَا آخِرُ سُورَةٍ نَزَلَتْ فَمَا وَجَدْتُمْ فِيهَا مِنْ حَلَالٍ فَاسْتَحِلُّوهُ، وَمَا وَجَدْتُمْ فِيهَا من حرام فحرموه

Imam Hakim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Muhammad ibnu Ya’qub, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Nasr yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Wahb telah menyebutkan kepadaku, telah menceritakan kepadanya Mu’awiyah ibnu Saleh, dari Abuz Zahiriyah, dari Jubair ibnu Nafir yang menceritakan bahwa ia pernah pergi haji, lalu masuk menemui Siti Aisyah. kemudian Siti Aisyah bertanya, Hai Jubair, apakah kamu hafal surah Al-Maa’idah? Aku menjawab, Ya. Siti Aisyah berkata, Ingatlah, sesungguhnya Al-Maa’idah itu merupakan surah yang paling akhir diturunkan. Maka apa saja perkara halal yang kamu jumpai padanya, halalkanlah; dan apa saja perkara haram yang kamu jumpai padanya, haramkanlah.

Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa asar ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.

وَرَوَاهُ الْإِمَامُ أَحْمَدُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مَهْدِيٍّ، عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ صَالِحٍ، وَزَادَ: وَسَأَلْتُهَا عَنْ خُلُق رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتِ: الْقُرْآنُ

Imam Ahmad meriwayatkannya dari Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Muawiyah ibnu Saleh; di dalamnya ditambahkan bahwa ia menanyakan kepada Siti Aisyah tentang akhlak Rasulullah ﷺ Maka Siti Aisyah menjawab bahwa akhlak beliau ﷺ adalah Al-Qur’an (yakni semua yang ada di dalam Al-Qur’an).

Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadits Ibnu Mahdi.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Na’im ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Mis’ar, telah menceritakan kepadaku Ma’an dan Auf atau salah seorang dari keduanya, bahwa seorang lelaki datang kepada Abdullah ibnu Mas’ud, lalu lelaki itu berkata, Berwasiatlah kepadaku. Maka Ibnu Mas’ud mengatakan, Jika kamu mendengar firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang mengatakan: ‘Hai orang-orang yang beriman.’ Maka dengarkanlah baik-baik oleh telingamu, karena sesungguhnya hal itu adakalanya kebaikan yang dianjurkan atau keburukan yang dilarang.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Ibrahim Dahim, telah menceritakan kepada kami Al-Walid, telah menceritakan kepada kami Al-Auza’i, dari Az-Zuhri yang mengatakan, Apabila Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: ‘Hai orang-orang yang beriman.’ Maka kerjakanlah oleh kalian, dan Nabi ﷺ termasuk di antara salah seorang dari mereka.

Telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Khaisamah yang mengatakan bahwa semua ayat di dalam Al-Qur’an yang dimulai dengan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman. Maka ungkapan ini di dalam kitab Taurat berbunyi seperti berikut, Hai orang-orang miskin.

Mengenai apa yang diriwayatkan melalui Zaid ibnu Ismail As-Sa’ig Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah (yakni Ibnu Hisyam), dari Isa ibnu Rasyid, dari Ali ibnu Bazimah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa di dalam Al-Qur’an tiada suatu ayat pun yang dimulai dengan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman. melainkan Ali adalah penghulunya, orang yang paling terhormat, dan pemimpinnya; karena para sahabat Nabi pernah ditegur oleh Al-Qur’an, kecuali Ali ibnu Abu Talib. Sesungguhnya dia tidak pernah ditegur dalam suatu ayat pun dari Al-Qur’an.

Maka asar ini berpredikat garib, lafaznya tidak dapat diterima, dan di dalam sanadnya ada hal yang masih perlu dipertimbangkan.

Sehubungan dengan atsar ini Imam Bukhari mengatakan bahwa Isa ibnu Rasyid yang ada dalam sanadnya adalah orang yang tidak dikenal dan haditsnya ditolak.

Menurut kami, dapat dikatakan pula bahwa Ali ibnu Bazimah sekalipun orangnya dinilai siqah, tetapi dia adalah orang syi’ah yang ekstrem, dan haditsnya dalam masalah yang semisal dengan hal ini dicurigai, karena itu tidak dapat diterima.

Lafaz asar (yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas) yang mengatakan, Tidak ada seorang sahabat pun melainkan pernah ditegur oleh Al-Qur’an, kecuali Ali. Sesungguhnya lafaz ini mengisyaratkan kepada pengertian suatu ayat yang memerintahkan bersedekah sebelum berbicara dengan Rasulullah ﷺ Karena sesungguhnya banyak ulama yang bukan hanya seorang saja menyebutkan bahwa tidak ada seorang sahabat pun yang tidak mengamalkannya kecuali Ali. Ayat yang dimaksud ialah firman-Nya:

أَأَشْفَقْتُمْ أَنْ تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيْ نَجْوَاكُمْ صَدَقَاتٍ فَإِذْ لَمْ تَفْعَلُوا وَتَابَ اللَّهُ

Apakah kalian takut akan (menjadi miskin) karena kalian memberikan sedekah sebelum pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kalian tiada memperbuatnya, dan Allah telah memberi tobat kepada kalian. (Al-Mujadilah: 13), hingga akhir ayat.

Penilaian makna ayat ini sebagai teguran masih perlu dipertimbangkan, mengingat ada suatu pendapat yang mengatakan bahwa perintah dalam ayat ini menunjukkan makna sunat, bukan wajib. Lagi pula hal tersebut telah di-mansukh sebelum mereka melakukannya, dan hal ini tidak ada seorang pun dari mereka yang berpendapat berbeda.

Ucapan asar yang mengatakan, Bahwasanya Ali belum pernah ditegur oleh suatu ayat pun dari Al-Qur’an, masih perlu dipertimbangkan pula. Karena sesungguhnya ayat yang ada di dalam surah Al-Anfal yang mengandung makna teguran terhadap sikap menerima tebusan (tawanan Perang Badar) mencakup semua orang yang setuju dengan penerimaan tebusan. Dalam masalah ini tidak ada seorang sahabat pun yang luput dari teguran ayat tersebut kecuali Umar ibnul Khattab radiyallahu ‘anhu. Maka dari keterangan di atas dapat disimpulkan lemahnya asar tersebut.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna. telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh, telah menjeritkan kepada kami Al-Lais. telah menceritakan kepadaku Yunus yang mengatakan, Muhammad ibnu Muslim pernah menceritakan bahwa dia pernah membaca surah Rasulullah ﷺ yang ditujukan kepada Amr ibnu Hazm (amil Najran). Surah tersebut disampaikan oleh Abu Bakar ibnu Hazm. Di dalamnya termaktub bahwa surah ini adalah penjelasan dari Allah dan Rasul-Nya: ‘Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu’ (Al-Maa’idah: 1). hingga beberapa ayat berikutnya sampai kepada firman-Nya: ‘sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya’ (Al-Maa’idah: 4)

Surah Al-Maa'idah ayat 1: Keharusan Memenuhi Janji atau ‘Akad 

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Bukair, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Abdullah ibnu Abu Bakar ibnu Muhammad ibnu Amr ibnu Hazm, dari ayahnya yang mengatakan, Inilah manuskrip surah Rasulullah ﷺ yang ada pada kami. Surah ini ditujukan kepada Amr ibnu Hazm ketika ia diangkat menjadi amil ke negeri Yaman dengan tugas mengajari agama dan sunnah kepada penduduknya serta memungut zakat mereka. Nabi ﷺ menulis sebuah surah kepadanya yang berisikan perintah dan janji. Di dalam surah ini tertulis bahwa dengan menyebut asma Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, ini adalah perintah dari Allah dan Rasul-Nya, ‘Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu (Al-Maa’idah: 1). Yaitu perjanjian dari Muhammad Rasulullah ﷺ kepada Amr ibnu Hazm, ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman sebagai amil. Nabi ﷺ memerintahkan kepadanya agar bertakwa kepada Allah dalam semua urusannya, karena sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang selalu berbuat kebaikan.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Artikel SebelumnyaKeharusan Memenuhi Janji atau ‘Akad
Artikel SelanjutnyaSupaya Tidak Sesat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini