Beranda Mengenal Allah Nabi dan Rasul Surah Al-Baqarah Ayat 34, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Surah Al-Baqarah Ayat 34, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 34

0
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir

Surah Al-Baqarah ayat 34 mengingatkan tentang perintah Allah kepada para malaikat untuk sujud kepada Adam. Meskipun para malaikat patuh, Iblis menolak karena kesombongan.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 34

Mari kita simak surah Al-Baqarah ayat 34 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Wa idz qulnā (dan ingatlah ketika Kami berfirman).

Lil malā-ikatisjudū li ādama (kepada para malaikat, bersujudlah kalian kepada Adam).

Fa sajadū illā iblīs, (maka mereka pun sujud kecuali iblis).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 34

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 34 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(dan ingatlah ketika Kami berfirman), yakni dan sungguh Kami telah berfirman.

(kepada para malaikat, bersujudlah kalian kepada Adam), yakni sujud penghormatan.

(maka mereka pun sujud kecuali iblis).

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah[13] kamu kepada Adam! Maka mereka pun sujud kecuali Iblis.

[13] Sebagai pemuliaan Allah kepada Adam ‘alaihis salam. Sujud di sini adalah sujud penghormatan kepada Adam, bukan sebagai sujud memperhambakan diri, karena sujud memperhambakan diri itu hanyalah semata-mata kepada Allah Ta’ala.

.

Tafsir Jalalain

(Dan) ingatlah!

(Ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kalian kepada Adam!) Maksudnya sujud sebagai penghormatan dengan cara membungkukkan badan.

(maka mereka pun sujud, kecuali Iblis) yakni nenek moyang bangsa jin yang ada di antara para malaikat, …

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Hal ini merupakan penghormatan yang besar dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala buat Adam dan dapat dilimpahkan kepada keturunannya, yaitu ketika Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan bahwa Dia telah memerintahkan kepada para malaikat untuk bersujud menghormati Adam. Kenyataan ini diperkuat pula oleh banyak hadis yang menunjukkan bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Antara lain ialah hadis mengenai syafaat yang telah disebutkan di atas dan hadis yang mengisahkan Nabi Musa ‘alaihis salam, yaitu:

Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku Adam yang telah mengeluarkan diri kami dan dirinya sendiri dari surga. Ketika Musa telah bersua dengannya, Musa berkata, Engkaukah Adam yang telah diciptakan oleh Allah dengan tangan kekuasaan-Nya dan Dia meniupkan sebagian dari roh-Nya kepadamu dan memerintahkan kepada para malaikat-Nya untuk bersujud kepadamu?

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Ugman ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Imarah, dari Abu Rauq, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang menceritakan hal berikut.

Pada awalnya iblis itu merupakan suatu golongan dari kalangan para malaikat, mereka dikenal dengan sebutan jin. Iblis diciptakan dari api yang sangat panas, yakni jin yang berada di antara para malaikat, nama aslinya adalah Al-Harits; pada mulanya is ditugaskan sebagai salah seorang penjaga surga. Tetapi malaikat semuanya diciptakan dari nur yang berbeda dengan golongan iblis tadi.

Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa jin yang disebut di dalam Al-Qur’an diciptakan dari nyala api, yakni dari lidah api yang paling ujungnya bila menyala. Sedangkan manusia diciptakan dari tanah liat. Makhluk yang mula-mula menghuni bumi adalah jin, lalu mereka membuat kerusakan, mengalirkan darah, dan sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain. Maka Allah mengirimkan kepada mereka iblis bersama sejumlah pasukan dari para malaikat. Mereka yang diutus melakukan tugas ini dari kalangan makhluk yang dikenal dengan nama jin. Iblis bersama para pengikutnya dapat menumpas makhluk jin hingga mengejar mereka sampai ke pulau-pulau di berbagai lautan dan ke puncak-puncak bukit.

Setelah iblis dapat melakukan tugas tersebut, akhimya dia merasa tinggi diri, dan mengatakan, Aku telah melakukan sesuatu hal yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun. Allah mengetahui hal itu yang tersimpan di balik hati iblis, sedangkan para malaikat yang bersamanya tidak mengetahui hal itu. Lalu Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada para malaikat yang pernah diutus-Nya bersama iblis, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi itu. Maka para malaikat menjawab-Nya, Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, seperti kerusakan yang pernah dilakukan oleh makhluk jin dan banyaknya darah mengalir karena perbuatan mereka?

Padahal sesungguhnya kami diutus untuk menumpas mereka.

Kemudian Allah berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui, Yakni ‘Aku mengetahui apa yang tersimpan di hati iblis hal-hal yang tidak kalian ketahui, yaitu sifat takabur dan tinggi diri’.

Lalu Allah memerintahkan agar dihadapkan kepada-Nya tanah liat untuk menciptakan Adam, kemudian tanah itu dihadapkan kepada-Nya. Maka Allah menciptakan Adam dari tanah liat, yakni tanah liat yang baik, berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk dan berbau tidak enak. Sesungguhnya pada mulanya dari tanah, kemudian menjadi tanah liat yang diberi bentuk; Allah menciptakan Adam dari tanah liat itu dengan tangan kekuasaan-Nya sendiri.

Adam didiamkan tergeletak selama empat puluh malam berupa jasad, sedangkan iblis selama itu selalu mendatanginya dan memukulnya dengan kaki, maka tubuh Adam mengeluarkan suara (seperti suara tembikar yang dipukul). Hal inilah yang disebut di dalam firman-Nya:

Dari tanah kering seperti tembikar. (Ar-Rahman: 14)

Yakni berbentuk sesuatu yang berongga dan tidak berisi. Kemudian iblis memasuki mulutnya dan keluar dari duburnya, lalu masuk dari dubur dan ke luar dari mulutnya. Selanjutnya iblis mengatakan, Kamu bukanlah sesuatu untuk dibunyikan dan karena apakah kamu diciptakan. Seandainya aku menguasaimu, niscaya aku dapat membinasakanmu; dan seandainya kamu dapat menguasaiku, niscaya aku akan membangkang terhadapmu.

Ketika Allah meniupkan ke dalam tubuhnya sebagian dari roh-Nya hal ini dilakukan mulai dari bagian kepalanya, maka tidak sekalikali sesuatu dari tiupan itu mengalir dalam tubuhnya melainkan berubah menjadi daging dan darah. Ketika tiupan sampai pada bagian pusar, maka Adam memandang ke arah tubuhnya dan ia merasa kagum dengan apa yang ia lihat pada tubuhnya. Lalu Adam bangkit berdiri akan tetapi tidak mampu. Hal inilah yang dimaksud oleh firman-Nya:

Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.(Al-Anbiyaa:37)

Maksudnya terburu-buru, tidak mempunyai kesabaran dalam menghadapi kesukaran dan juga kedukaan.

Setelah peniupan roh ke dalam tubuhnya telah selesai, maka Adam bersin, lalu mengucapkan alhamdu lillahi rabbil’alamina (segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam) melalui ilham dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala, maka Allah berfirman menjawabnya, Semoga Allah mengasihani kamu, hai Adam.

Kemudian Allah berfirman kepada para malaikat yang bersama dengan iblis tadi secara khusus, bukan seluruh malaikat yang berada di langit, Sujudlah kalian kepada Adam! Maka mereka semuanya sujud, kecuali iblis; ia membangkang dan takabur karena di dalam dirinya telah muncul sifat takabur dan tinggi diri.

Iblis berkata, Aku tidak mau sujud karena aku lebih baik daripada dia dan lebih tua serta asalku lebih kuat. Engkau telah menciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah liat. Sesungguhnya api lebih kuat daripada tanah liat. Setelah iblis menolak sujud kepada Adam, maka Allah menjauhkannya dari seluruh kebaikan dan menjadikannya setan yang terkutuk sebagai hukuman atas kedurhakaannya.

Kemudian Allah mengajarkan kepada Adam nama-nama seluruh benda, yaitu nama-nama yang dikenal oleh manusia, misalnya manusia, binatang, bumi, dataran rendah, laut, gunung, keledai, serta lainlainnya yang serupa dari kalangan makhluk hidup dan selainnya. Kemudian Allah mengemukakan nama-nama tersebut kepada para malaikat yang tadinya bersama iblis, yakni mereka yang diciptakan dari api yang sangat panas, lalu Allah berfirman kepada mereka:

Sebutkanlah kepadaku nama benda-benda itu. (Al-Baqarah: 31)

Maksudnya, jelaskanlah kepadaku nama semua benda itu. Dalam firma selanjutnya disebutkan:

Jika kalian memang orang-orang yang benar. (Al-Baqarah: 31)

Yakni jika memang kalian mengetahui mengapa Aku menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Ketika para malaikat mengetahui bahwa Allah murka terhadap mereka karena mereka berani mengatakan hal yang gaib padahal tiada yang mengetahui perkara gaib selain Allah semata dan mereka tidak mempunyai pengetahuan mengenainya, lalu mereka berkata:

Maha Suci Engkau. (Al-Baqarah: 32)

Kalimat ini mengandung makna menyucikan Allah, bahwa tiada seorang pun yang mengetahui hal yang gaib kecuali hanya Dia semata. Dalam kalimat selanjutnya para malaikat mengatakan, Kami bertobat kepada-Mu.

Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. (Al-Baqarah: 32)

Kalimat ini mengandung makna kebersihan diri mereka dari pengetahuan mengenai hal yang gaib, tiada yang kami ketahui melainkan apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami seperti apa yang telah Engkau ajarkan kepada Adam. Kemudian Allah berfirman kepada Adam:

Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini. (Al-Baqarah: 33)

Allah memerintahkan kepada Adam agar menyebut nama semua benda itu. Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman, Bukankuh sudah Kukatakan kepada kalian. (Al-Baqarah: 33)

Hai para malaikat yang khusus. bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi. (Al-Baqarah: 33) sedangkan selain Aku tiada yang mengetahuinya. Aku mengetahui semua yang kalian lahirkan dan mengetahui semua yang kalian sembunyikan, Aku mengetahui rahasia seperti Aku mengetahui hal yang terang-terangan. Makna yang dimaksud ialah bahwa Allah mengetahui apa yang disembunyikan oleh iblis di dalam hatinya, yaitu perasaan takabur dan tinggi hati.

Pendapat ini garib (aneh), di dalamnya terdapat berbagai hal yang masih perlu dipertimbangkan, bila dibahas memerlukan keterangan yang cukup panjang. Penyandaran kepada Ibnu Abbas ini diriwayatkan oleh sebuah kitab tafsir yang cukup terkenal.

As-Sa’di di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud, dan dari sejumlah sahabat Nabi Saw; ketika Allah telah rampung dari menciptakan apa yang Dia sukai, lalu Dia berkuasa di ‘Arasy. Kemudian Allah menjadikan iblis sebagai raja di langit dunia. Dia berasal dari suatu jenis malaikat yang dikenal dengan sebutan jin; sesungguhnya iblis dinamakan `jin’ karena ia menjabat sebagai penjaga surga. Dengan demikian, di samping sebagai raja di langit dunia, ia pun sekaligus sebagai penjaga surga. Hal ini membuatnya merasa besar kepala, lalu dia mengatakan, Tidak sekali-kali Allah memberiku tugas ini melainkan karena aku mempunyai kelebihan di atas para malaikat.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, Sujudlah kalian kepada Adam! (Al-Baqarah: 34)

Karena taat kepada Allah, maka dilakukan sujud kepada Adam. Allah memuliakan Adam dengan memerintahkan para malaikat-Nya bersujud kepadanya.

Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud ini merupakan penghormatan dan salam serta memuliakan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Dan ia menaikkan kedua ibu bapaknya ke alas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan Yusuf berkata, Wahai ayahku, inilah takbir mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan. (Yusuf: 100)

Di masa lalu hal ini memang diperbolehkan di kalangan umat-umat terdahulu, tetapi dalam agama kita hal ini telah di-mansukh. Mu’ai mengatakan hadis berikut:

Ketika aku tiba di negeri Syam, kulihat mereka sujud kepada uskup-uskup dan ulamanya. Maka engkau, wahai Rasulullah, adalah orang yang lebih berhak untuk disujudi. Lalu Rasul ﷺ bersabda, Tidak, seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan kepada wanita agar sujud kepada suaminya, karena besarnya hak suami atas dirinya.

Pendapat ini dinilai rajih oleh Ar-Razi. Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud tersebut hanya ditujukan kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, sedangkan Adam sebagai kiblat (arah)nya, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:

Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir. (Al-Isra: 78)

Akan tetapi, pengertian kias ini masih perlu dipertimbangkan, dan yang paling kuat adalah pendapat pertama tadi, yaitu yang mengatakan bahwa sujud kepada Adam sebagai penghormatan dan salam serta memuliakannya. Hal ini termasuk taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala karena Allah memerintahkannya.

Pendapat ini dinilai kuat oleh Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya, sedangkan dua pendapat lainnya dinilainya lemah, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa Adam dianggap sebagai kiblatnya, mengingat hal ini tidak menggambarkan sebagai suatu kehormatan. Pendapat yang kedua ialah yang mengatakan bahwa sujud tersebut berupa tunduk, bukan membungkukkan badan dan meletakkan dahi di tanah; tetapi pendapat ini pun dinilai lemah oleh Ar-Razi. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah: 34)

Musuh Allah alias iblis dengki terhadap Adam ‘alaihis salam karena kehormatan yang telah diberikan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala kepada Adam, dan ia berkata, Aku berasal dari api, sedangkan dia dari tanah. Hal tersebut merupakan permulaan dosa besar, yaitu takabur iblis musuh Allah karena tidak mau sujud kepada Adam ‘alaihis salam.

Menurut kami, di dalam sebuah hadis sahih telah disebutkan:

Tidak dapat masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat takabur sekalipun seberat biji sawi.

Di dalam hati iblis terdapat sifat takabur, kekufuran, dan keingkaran yang mengakibatkan dirinya terusir dan dijauhkan dari rahmat Allah dan dari sisi-Nya. Sebagian ahli i’rab mengartikan firman-Nya, Wakana minal kafirin, maksudnya `jadilah dia (iblis) termasuk golongan orang-orang yang kafir karena menolak untuk bersujud’. Perihalnya sama dengan firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala lainnya, yaitu:

Maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (Huud: 43)

Yang menyebabkan kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 35)

Seorang penyair mengatakan:

Di padang yang tandus, sedangkan unta kendaraan itu seakan-akan seperti burung gala yang kembali menjadi anak yang baru ditetaskan dari telurnya.

Menurut Ibnu Faurak, bentuk lengkap dari ayat tersebut ialah bahwa iblis itu menurut ilmu Allah tergolong ke dalam orang-orang yang kafir. Pendapat ini dinilai kuat oleh Al-Qurtubi. Dalam pembahasannya

Al-Qurtubi menyebutkan suatu masalah; dia mengatakan bahwa ulama kita mengatakan, Orang yang ditampakkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala beberapa karamah dan hal-hal yang bertentangan dengan hukum alam melalui tangannya, hal tersebut bukan merupakan bukti yang menunjukkan kewaliannya. Pendapatnya ini berbeda dengan pendapat sebagian orang dari kalangan ahli sufi dan golongan Rafidah. Kemudian Al-Qurtubi mengemukakan alasan yang memperkuat pendapatnya itu, Kami tidak dapat memastikan terhadap orang yang dapat melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum alam, bahwa dia dapat memenuhi Allah melalui imannya. Orang yang bersangkutan sendiri tidak dapat memastikan bagi dirinya akan hal tersebut. Dengan kata lain, predikat kewalian masih belum dapat dipastikan hanya karena perkara tersebut.

Menurut pendapat kami memang ada sebagian ulama yang menyimpulkan bahwa hal yang khariq (bertentangan dengan hukum alam) itu adakalanya keluar dari orang yang bukan wali, bahkan keluar dari orang yang berpredikat pendurhaka, juga orang kafir. Sebagai dalilnya ialah sebuah hadis yang menyatakan perihal Ibnu Sayyad, dia mengatakan dukh (kabut) ketika Rasulullah ﷺ menyembunyikan sesuatu masalah terhadapnya, yakni firman-Nya:

Maka tunggulah hari, ketika langit membawa kabut yang nyata. (Ad-Dukhaan: 10)

Juga melalui hal-hal yang dilakukannya, yaitu bahwa tubuhnya (Ibnu Sayyad) menjadi membesar hingga memenuhi jalan bila sedang marah, hingga Abdullah ibnu Umar memukulnya. Juga banyak hadis yang menceritakan perihal Dajjal yang banyak melakukan hal-hal yang khariq. Antara lain dia memerintahkan kepada langit untuk menurunkan hujan, maka langit pun segera menurunkan hujan; dan bila ia memerintahkan kepada bumi untuk mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, maka bumi pun segera mengeluarkan tumbuh-tumbuhan. Hal khariq lainnya yang dapat dilakukan oleh Dajjal ialah perbendaharaan bumi selalu mengikutinya bagaikan laron. Disebut pula bahwa Dajjal membunuh seorang pemuda, kemudian menghidupkannya kembali, masih banyak hal lain dari perkara-perkara yang ajaib dilakukan oleh Dajjal.

Yunus ibnu Abdul A’la As-Sadfi pernah bercerita kepada Imam Syafii, bahwa Al-Laits ibnu Sa’d pernah mengatakan, Apabila kalian melihat seorang lelaki berjalan di atas air dan terbang di udara, maka janganlah kalian teperdaya sebelum kalian mengemukakan perkaranya ke dalam penilaian Al-Qur’an dan sunnah. Imam Syafii mengatakan bahwa Al-Laits rahimahullah memakai kata qasr dalam ungkapannya, yaitu: Bahkan apabila kalian melihat seorang lelaki dapat berjalan di atas air dan terbang di udara, janganlah kalian teperdaya oleh sikapnya itu sebelum kalian mengemukakan perkaranya ke dalam penilaian Al-Qur’an dan sunnah.

Ar-Razi dan lain-lainnya meriwayatkan pendapat kalangan para ulama sehubungan dengan masalah berikut, yaitu: Apakah yang diperintahkan sujud kepada Adam hanya khusus malaikat yang ada di bumi, ataukah umum mencakup semua malaikat, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit? Masing-masing dari kedua pendapat tersebut didukung oleh segolongan ulama yang menyetujui pendapatnya.

Akan tetapi, makna lahiriah ayat menunjukkan pengertian umum, karena di dalamnya disebutkan:

Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama, kecuali iblis. (Al-Hijr: 30-31)

Alasan-alasan yang telah dikemukakan dalam pembahasan ini memperkuat pengertian yang menunjukkan makna umum (mencakup semua malaikat).

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Halaman:     2

 

Exit mobile version