Beranda Mengenal Allah Nabi dan Rasul Surah Al-Baqarah Ayat 30, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Surah Al-Baqarah Ayat 30, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 30

0
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir
Juz 1: Surah Al-Fatihah & Al-Baqarah Ayat 1-141, Latin, Arti, dan Tafsir: Ibnu Abbas, Hidayatul Insan, Jalalain, Ibnu Katsir

Surah Al-Baqarah ayat 30 mengisahkan saat Allah berfirman kepada para malaikat bahwa Dia hendak menjadikan seorang khalifah di bumi. Firman ini menegaskan rencana Allah untuk menugaskan manusia sebagai khalifah di bumi.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 30

Mari kita simak surah Al-Baqarah ayat 30 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Wa idz qāla (dan ingatlah ketika berfirman).

Rabbuka lil malā-ikati (Rabb-mu kepada para malaikat).

Innī jā‘ilun (Sesungguhnya Aku hendak menjadikan).

Fil ardli (di bumi).

Khalīfah (khalifah).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 30

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 30 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(dan ingatlah ketika berfirman), yakni sungguh telah berfirman.

(Rabb-mu kepada para malaikat) yang dulu pernah tinggal di bumi.

(Sesungguhnya Aku hendak menjadikan), yakni hendak menciptakan.

(di bumi), yakni di sebagian bumi.

(khalifah), yakni pengganti kalian.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

Ingatlah[1] ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi[2]. …

[1] Demikian pula ingatkanlah kepada yang lain.

[2] Makhluk yang akan mengelola bumi dan memberlakukan perintah-perintah Allah di sana, yaitu manusia di mana sebagiannya akan digantikan oleh yang lain.

.

Tafsir Jalalain

(Dan) ingatlah, hai Muhammad!

(Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi) yang akan mewakili Aku dalam melaksanakan hukum-hukum atau peraturan-peraturan-Ku padanya, yaitu Adam. …

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Subhaanahu wa Ta’aala menceritakan perihal anugerah-Nya kepada Bani Adam, yaitu sebagai makhluk yang mulia; mereka disebutkan di kalangan makhluk yang tertinggi yaitu para malaikat sebelum mereka diciptakan. Untuk itu, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat. (Al-Baqarah: 30)

Makna yang dimaksud ialah ‘hai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, dan ceritakanlah hal ini kepada kaummu’.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari salah seorang ahli bahasa Arab yaitu Abu Ubaidah bahwa lafaz idz dalam ayat ini merupakan huruf zaidah (tambahan), dan bentuk lengkap kalimat ialah wa qala rabbuka tanpa memakai idz.

Pendapat tersebut dibantah oleh Ibnu Jarir. Menurut Al-Qurtubi, semua ahli tafsir pun membantahnya. Hingga Az-Zujaj mengatakan bahwa pendapat tersebut merupakan suatu tindakan kurang ajar dari Abu Ubaidah.

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً

Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Al-Baqarah: 30)

Yakni suatu kaum yang sebagiannya menggantikan sebagian yang lain silih berganti, abad demi abad, dan generasi demi generasi, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:

وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ

Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi. (Al-An’am: 165)

وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ

Dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An-Naml: 62)

وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلائِكَةً فِي الأرْضِ يَخْلُفُونَ

Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai ganti kalian di muka bumi malaikat-malaikat yang turun-temurun. (Az-Zukhruf: 60)

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ

Maka datanglah sesudah mereka generasi lain. (Al-A’raf: 169)

Menurut qiraah yang syaz dibaca inni ja’ilun fil ardi khalifah (sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah-khalifah di muka bumi). Demikianlah diriwayatkan oleh Zamakhsyari dan lain-lainnya.

Al-Qurtubi menukil dari Zaid ibnu Ali, yang dimaksud dengan khalifah dalam ayat ini bukanlah Nabi Adam ‘alaihis salam saja seperti yang dikatakan oleh sejumlah ahli tafsir. Al-Qurtubi menisbatkan pendapat ini kepada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, dan semua ahli takwil. Akan tetapi, apa yang dikatakan oleh Al-Qurtubi ini masih perlu dipertimbangkan. Bahkan perselisihan dalam masalah ini banyak, menurut riwayat Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, juga oleh yang lainnya.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadanya Al-Qasim ibnul Hasan, telah menceritakan kepadaku Al-Hajjaj, dari Jarir ibnu Hazim dan Mubarak, dari Al-Hasan dan Abu Bakar, dari Al-Hasan dan Qatadah. Semua menceritakan bahwa Allah berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi. Firman Allah yang menyatakan bahwa ‘Dia akan melakukan hal tersebut’ artinya ‘Dia memberitahukan hal tersebut kepada mereka’.

As-Saddi mengatakan, Allah bermusyawarah dengan para malaikat tentang penciptaan Adam. Demikian diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim. As-Saddi mengatakan bahwa hal yang semisal diriwayatkan pula oleh Qatadah. Ungkapan ini mengandung sikap gegabah jika tidak dikembalikan kepada pengertian pemberitahuan. Ungkapan Al-Hasan serta Qatadah dalam riwayat Ibnu Jarir merupakan ungkapan yang lebih baik.

Sehubungan dengan makna firman-Nya, Fil ardi, Ibnu Abu Hatim meriwayatkan:

حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ، حَدَّثَنَا حَمَّادٌ حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ السَّائِبِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَابِطٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: دُحِيت الْأَرْضُ مِنْ مَكَّةَ، وَأَوَّلُ مَنْ طَافَ بِالْبَيْتِ الْمَلَائِكَةُ، فَقَالَ اللَّهُ: إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً، يَعْنِي مَكَّةَ

Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Salamah, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Ata ibnus Sa’ib, dari Abdur Rahman ibnu Sabit, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Bumi dihamparkan mulai dari Mekah, dan yang mula-mula melakukan tawaf di Baitullah adalah para malaikai, lalu Allah berfirman, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi, yakni Mekah.

Hadis ini berpredikat mursal, sedangkan di dalam sanadnya terdapat kelemahan, dan di dalam hadis ini terdapat madraj (kalimat yang dari luar hadis), yaitu makna yang dimaksud dengan bumi adalah Mekah. Karena sesungguhnya menurut pengertian lahiriah, yang dimaksud dengan bumi lebih umum daripada hal itu (Mekah).

Firman Allah, Khalifah, menurut As-Saddi di dalam kitab tafsirnya, dari Abu Malik dan dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud serta dari sejumlah sahabat, disebutkan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. Mereka bertanya, Wahai Tuhan kami, siapakah khalifah tersebut? Allah berfirman, Kelak dia mempunyai keturunan yang suka membuat kerusakan di muka bumi, saling mendengki, dan sebagian mereka membunuh sebagian yang lain.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa takwil ayat ini seperti berikut, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah dari-Ku yang berkedudukan menggantikan diri-Ku dalam memutuskan hukum secara adil di kalangan makhluk-Ku. Sesungguhnya khalifah itu adalah Adam dan orang-orang yang menempati kedudukannya dalam ketaatan kepada Allah dan memutuskan hukum dengan adil di kalangan makhluk-Nya. Mereka yang suka menimbulkan kerusakan dan mengalirkan darah tanpa alasan yang dibenarkan, hal itu bukan berasal dari khalifah-khalifah-Nya.

Ibnu Jarir mengatakan, sesungguhnya makna khilafah yang disebut oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala tiada lain khilafah satu generasi dari mereka atas generasi yang lainnya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa khalifah fi’liyyah diambil dari perkataan khalafa fulanun fulanan fi hazal amri; dikatakan demikian apabila Fulan pertama menggantikan Fulan yang kedua dalam hal itu sesudahnya. Pengertiannya sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:

ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلائِفَ فِي الأرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ

Kemudian Kami jadikan kalian pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat. (Yunus: 14)

Termasuk ke dalam pengertian ini dikatakan kepada sultan yang terbesar sebagai khalifah, karena dia berkedudukan menggantikan sultan yang sebelumnya dalam menjabat urusan-urusannya, maka dikatakanlah dia sebagai penggantinya.

Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa Muhammad Ibnu Ishaq mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Al-Baqarah: 30) Yang dimaksud ialah sebagai penghuni dan pembangunnya. Dengan kata lain, yang akan membangun bumi dan menghuninya adalah makhluk selain kalian (para malaikat).

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Imarah, dari Abu Rauq, dari Ad-Dahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, Sesungguhnya yang pertama kali menghuni bumi adalah makhluk jin. Lalu mereka menimbulkan kerusakan di atas bumi dan mengalirkan banyak darah serta sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain. Ibnu Abbas melanjutkan perkataannya, Setelah itu Allah mengirimkan Iblis untuk memerangi mereka. Akhirnya iblis bersama para malaikat memerangi jin, hingga mengejar mereka sampai ke pulau-pulau yang ada di berbagai laut dan sampai ke puncak-puncak gunung. Setelah itu Allah menciptakan Adam, lalu menempatkannya di bumi. Untuk itu Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: ‘

Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’ (Al-Baqarah: 30).

Sa’id ibnu Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (Al-Baqarah: 30)

Bahwa para malaikat meminta pendapat tentang penciptaan Adam. Untuk itu mereka berkata, Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di muka bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah? Mereka mengatakan demikian karena mengetahui bahwa tiada suatu perbuatan pun yang lebih dibenci oleh Allah selain dari mengalirkan darah dan membuat kerusakan di muka bumi. Lalu para malaikat berkata pula, Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui. Termasuk di antara hal yang hanya ada dalam pengetahuan Allah Subhaanahu wa Ta’aala ialah bahwa di antara khalifah tersebut terdapat para nabi, para rasul, kaum yang saleh, dan para penghuni surga.

Sa’id ibnu Qatadah mengatakan, telah sampai kepada kami, dari Ibnu Abbas radiyallahu ‘anhu, bahwa dia pernah berkata, Sesungguhnya ketika Allah Subhaanahu wa Ta’aala hendak menciptakan Adam ‘alaihis salam, para malaikat berkata, ‘Allah tidak akan menciptakan makhluk yang lebih mulia dan lebih alim di sisi-Nya daripada kami.’ Maka mereka diuji dengan penciptaan Adam. Setiap makhluk mendapat ujian, seperti langit dan bumi menerima ujian untuk taat kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, sebagaimana yang dinyatakan di dalam firman-Nya;

اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa! Keduanya menjawab, Kami datang dengan suka hati. (Fushshila:t 11)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Halaman:    2        4

 

Exit mobile version