Surah Al-Baqarah Ayat 218, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 218

0
50

Surah Al-Baqarah ayat 218 menyoroti pentingnya iman, hijrah (migrasi), dan jihad di jalan Allah dalam kehidupan seorang mukmin.

Ayat ini menggambarkan bahwa orang-orang yang memiliki iman yang kuat, serta mereka yang melakukan hijrah dan berjihad dalam rangka menegakkan kebenaran, mereka semua berharap atas rahmat Allah. Allah dinyatakan sebagai Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Allah. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 218

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 218 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Innal ladzīna āmanū (sesungguhnya orang-orang yang beriman).

Wal ladzīna hājarū (dan orang-orang yang berhijrah).

Wa jāhadū fī sabīlillāhi (dan berjihad di Jalan Allah).

Ulā-ika yarjūna rahmatallāh (mereka itu mengharapkan rahmat Allah).

Wallāhu ghafūrun (dan Allah Maha Pengampun).

Rahīm (lagi Maha Penyayang)

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 218

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 218 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

Diturunkan ayat yang berhubungan dengan ‘Abdullah bin Jahsy dan teman-temannya. Allah Ta‘ala berfirman:

(sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya.

(dan orang-orang yang berhijrah) dari Mekah ke Medinah.

(dan berjihad di Jalan Allah) dengan jalan membunuh ‘Amr bin al-Hadlrami yang kafir.

(mereka itu mengharapkan rahmat Allah), yakni mereka akan meraih surga Allah Ta‘ala.

(dan Allah Maha Pengampun) lantaran kebaikan yang mereka lakukan.

(lagi Maha Penyayang) kepada mereka, manakala tidak menghukum mereka.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

[27] Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah[28], mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah[29], dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

[27] Ketika sariyyah mengira bahwa jika mereka dihapuskan dari dosa, namun mereka tidak memperoleh pahala, maka turunlah ayat ini sebagai kabar gembira bagi mereka..

[28] Iman, hijrah dan jihad merupakan tanda kebahagiaan, awalnya iman, dilanjutkan dengan hijrah kemudian jihad. Hal ini menunjukkan peningkatan yang besar pada diri seseorang. Ketiganya merupakan amal shalih yang sangat utama, oleh karena itu keburukan yang terjadi pada diri orangnya masih bisa dikalahkan oleh ketiga amalan ini.

Adapun iman, maka kita tidak perlu menanyakan lagi tentang keutamaannya, bukankah ia merupakan pemisah antara orang-orang yang bahagia dengan orang-orang yang celaka. Dengan iman, amal baik seorang hamba akan diterima.

Adapun hijrah, seseorang rela meninggalkan apa saja yang dicintainya karena mengharap ridha Allah, ia rela meninggalkan tanah air, harta, keluarga dan kawan-kawannya karena hendak mendekatkan diri kepada Allah dan membela agama-Nya.

Sedangkan jihad, seseorang mengerahkan segala kemampuannya untuk memerangi musuh, berusaha sekuat tenaga untuk menegakkan agama Allah dan menghancurkan agama setan. Jihad merupakan puncak amalan, balasan untuknya adalah balasan yang paling baik. Ia merupakan sebab utama memperluas wilayah Islam, merendahkan para penyembah patung dan dapat mengamankan kaum muslimin baik diri, harta maupun keluarga mereka dan tanah airnya.

[29] Yakni karunia Allah dan pahala-Nya. Dalam ayat ini terdapat dalil bahwa sikap raja’ (berharap) tidaklah dilakukan kecuali setelah mengerjakan sebab-sebab memperoleh keberuntungan. Adapun rajaa’ yang diiringi sikap malas dan tidak mengerjakan sebab, maka hal ini merupakan kelemahan dan ghurur (tipuan).

Hal itu menunjukkan lemahnya semangat yang ada pada diri sesesorang dan lemah akalnya. Tidak bedanya dengan orang orang yang ingin punya anak, tetapi tidak menikah atau menginginkan hasil dari tanahnya, namun tanahnya tidak ditaburi benih dan tidak disirami.

Pada kata-kata  mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah terdapat isyarat bahwa jika seorang hamba mengerjakan amalan apa pun bentuknya, jangan sampai bersandar dan bergantung kepada amalan itu, bahkan hendaknya ia mengharapkan rahmat Tuhannya, ia mengharap agar amalnya diterima, diampuni dosa-dosanya dan aib-aibnya ditutupi.

.

Tafsir Jalalain

(Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah) meninggalkan kampung halaman mereka, (dan berjihad di jalan Allah), yakni untuk meninggikan agama-Nya, (mereka itu mengharapkan rahmat Allah), artinya pahala-Nya, (dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang beriman.

Lihat: Al-Quran Juz 2: Merenungkan Kedalaman Surah Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa ketika Al-Qur’an menurunkan keterangan ini, maka legalah hati kaum muslim, dan kini mereka merasa terbebas dari apa yang selama ini mengungkung hati mereka. Akhirnya Rasulullah ﷺ menerima ganimah kafilah itu berikut kedua tawanannya.

Selanjutnya orang-orang Quraisy mengirimkan sejumlah harta kepada Nabi ﷺ untuk menebus Usman ibnu Abdullah dan Al-Hakam ibnu Kaisan. Tetapi Rasulullah ﷺ menjawab: Kami tidak mau menerima tebusan kedua orang ini dari kalian sebelum kedua sahabat kami datang (dengan selamat). Yang dimaksud dengan kedua sahabat itu adalah Sa’d ibnu Abu Waqqas dan Atabah ibnu Gazwan.

Selanjutnya Nabi ﷺ bersabda: Karena sesungguhnya kami merasa khawatir kalian berbuat apa-apa terhadap kedua sahabatku itu. Jika kalian membunuh keduanya, maka kami akan membunuh kedua teman kalian ini. Ternyata Sa’d dan Atabah datang dengan selamat, maka Rasulullah ﷺ baru mau menerima tebusan kedua tawanan itu dari mereka.

Adapun Al-Hakam ibnu Kaisan, ia masuk Islam dan berbuat baik dalam masa Islamnya. Ia berada di dekat Rasulullah ﷺ hingga gugur sebagai syahid dalam Perang Bi-r Ma’unah. Sedangkan Usman ibnu Abdullah bergabung di Mekah dan mati dalam keadaan kafir di Mekah.

Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa setelah Abdullah ibnu Jahsy dan kawan-kawannya merasa lega dari apa yang selama itu mengungkungnya berkat adanya keterangan dari Al-Qur’an yang baru diturunkan, maka mereka merasa kehausan akan pahala, lalu mereka berkata, Wahai Rasulullah, apakah engkau menginginkan agar kami maju berperang lagi, karena kami menginginkan perolehan. pahala orang-orang yang berjihad?

Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 218) Akhirnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala memenuhi keinginan mereka dengan pemenuhan yang mernuaskan.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa hadits mengenai hal ini dari Az-Zuhri dan Yazid ibnu Rauman, dari Urwah. Yunus ibnu Bukair meriwayatkan hal yang hampir sama konteksnya dengan hadits ini, dari Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Rauman, dari Urwah ibnuz Zubair. Musa ibnu Uqbah telah meriwayatkan pula hal yang semisal dari Az-Zuhri sendiri.

Syu’aib ibnu Abu Hamzah meriwayatkannya dari Az-Zuhri, dari Urwah ibnuz Zubair hal yang semisal dengan hadits ini, tetapi di dalamnya disebutkan bahwa Ibnul Hadrami merupakan korban pertama dalam perang yang terjadi antara kaum muslim dan kaum musyrik.

Kemudian sejumlah orang kafir Quraisy sebagai utusan mereka, memacu kendaraannya menuju Madinah, hingga tibalah mereka di hadapan Rasulullah ﷺ, lalu mereka berkata, Apakah dihalalkan melakukan peperangan dalam bulan Haram? Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menurunkan firman-Nya: Mereka bertanya kepadamu tentang berperang dalam bulan Haram. (Al-Baqarah: 217), hingga akhir ayat.

Hal ini telah diteliti oleh Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitab Dalailun Nubuwwah-nya.

Kemudian Ibnu Hisyam mengatakan dari Ziyad, dari Ibnu Ishaq, bahwa salah seorang keluarga Ibnu Jahsy menceritakan bahwa harta fai’ dibagi-bagikan di antara keluarganya, empat perlimanya diberikan kepada orang-orang yang terlibat dalam perang tersebut, sedangkan yang seperlimanya dikhususkan buat Allah dan Rasul-Nya. Maka ketentuan tersebut tetap berlaku seperti apa yang telah dilakukan oleh Abdullah ibnu Jahsy terhadap kafilah tersebut.

Ibnu Hisyam mengatakan bahwa kafilah tersebut merupakan harta ganimah yang mula-mula didapat oleh kaum muslim, dan Amr ibnul Hadrami adalah orang yang mula-mula terbunuh oleh kaum muslim, sedangkan Usman ibnu Abdullah serta Al-Hakam ibnu Kaisan merupakan orang yang mula-mula ditawan oleh kaum muslim.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah peristiwa perang yang dialami oleh Abdullah ibnu Jahsy tersebut, sahabat Abu Bakar mengucapan syair berikut.

Tetapi menurut pendapat lain, yang mengatakannya justru Abdullah ibnu Jahsy sendiri. Yaitu ketika orang-orang Quraisy mengatakan, Sesungguhnya Muhammad dan sahabat-sahabatnya telah menghalalkan bulan Haram. Maka mereka mengalirkan darah padanya, merampas harta, dan menahan orang-orang.

Ibnu Hisyam mengatakan bahwa bait-bait berikut adalah mihk Abdullah ibnu Jahsy sendiri, yaitu:

تَعُدُّونَ قَتْلًا فِي الْحَرَامِ عَظِيمَةً … وَأَعْظَمُ مِنْهُ لَوْ يَرَى الرُّشْدَ رَاشِدُ

صُدُودُكُمُ عَمَّا يَقُولُ مُحَمَّدٌ … وَكُفْرٌ بِهِ وَاللَّهُ رَاءٍ وَشَاهِدُ

وَإِخْرَاجُكُمْ مِنْ مَسْجِدِ اللَّهِ أَهْلَهُ … لِئَلَّا يُرَى لِلَّهِ فِي الْبَيْتِ سَاجِدُ

فَإِنَّا وَإِنْ عَيَّرْتُمُونَا بِقَتْلِهِ … وَأَرْجَفَ بِالْإِسْلَامِ بَاغٍ وَحَاسِدُ

سَقَيْنَا مِنَ ابْنِ الْحَضْرَمِيِّ رِمَاحَنَا … بِنَخْلَةَ لَمَّا أَوْقَدَ الْحَرْبَ وَاقِدُ

دَمًا وَابْنُ عَبْدِ اللَّهِ عُثْمَانُ بَيْنَنَا … يُنَازِعُهُ غلّ من القدّ عائد

Kalian menganggap pembunuhan dalam bulan Haram merupakan dosa besar, padahal ada yang lebih besar lagi dosanya daripada itu sekiranya orang yang berakal mau menggunakan pikirannya.

Yaitu kalian telah menghalang-halangi apa yang dikatakan oleh Muhammad dan ingkar kepadanya, Allah melihat dan menyaksikan hal itu.

Dan kalian telah mengusir penduduk Masjidil Haram dari tempat tinggalnya agar tidak terlihat lagi di rumah-Nya orang yang bersujud (kepada-Nya).

Dan sesungguhnya kami sekalipun kalian mencela kami karena telah membunuhnya (Ibnul Hadrami) hanyalah untuk menghajar orang yang kelewat batas dan orang yang dengki terhadap Islam.

Kami telah membasahi tombak kami dengan darah Ibnul Hadrami di Nakhlah, yaitu ketika Waqid menyalakan peperangan.

Dan Ibnu Abdullah yaitu Usman berada di antara kami dalam keadaan terbelenggu oleh rantai akan dikembalikan.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 219 bersama kami di kecilnyaaku.com.

Artikel SebelumnyaAl-Baqarah Ayat 219, Hukum Tentang Khamr dan Judi
Artikel SelanjutnyaAl-Baqarah Ayat 217, Fitnah Lebih Kejam daripada Pembunuhan