Sungguh Rugi Orang yang Mengada-adakan Kebohongan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 60-62

0
620

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 60-62. Dialog antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir’aun, bagaimana Fir’aun bersikap sombong serta bersandar dengan kekuatannya. Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kebohongan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

فَتَوَلَّى فِرْعَوْنُ فَجَمَعَ كَيْدَهُ ثُمَّ أَتَى (٦٠) قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (٦١) فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى (٦٢)

Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang kembali pada hari yang ditentukan. Musa berkata kepada mereka, “Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.” Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kebohongan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (Q.S. Thaahaa : 60-62)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fa tawallā fir‘aunu (kemudian Fir‘aun berpaling), yakni Fir‘aun kembali kepada keluarganya.

Fa jama‘a kaidahū (seraya merencanakan tipu dayanya), yakni merencanakan tipu muslihat bersama para tukang sihirnya yang berjumlah tujuh puluh dua orang.

Tsumma atā (kemudian dia pun datang) ke tempat yang telah disepakati.

Qāla lahum mūsā (berkatalah Musa kepada mereka), yakni Musa a.s. berkata kepada para tukang sihir.

Wailakum (“Celakalah kalian), yakni semoga Allah Ta‘ala menghimpitkan dunia kepada kalian.

Lā taftarū (janganlah kalian mengada-adakan), yakni janganlah kalian mereka-reka.

‘Alallāhi kadzibaη fa yus-hitakum (kebohongan terhadap Allah, sebab Dia akan menghancurkan kalian), yakni akan membinasakan kalian.

Bi ‘adzābin (dengan azab) dari sisi-Nya.

Wa qad khāba maniftarā (dan sungguh telah merugilah orang yang mengada-ada itu), yakni orang yang mereka-reka kebohongan terhadap Allah Ta‘ala.

Fa tanāza‘ū amrahum bainahum (lalu mereka berdebat tentang urusan mereka di antara mereka sendiri), yakni lalu mereka berembug bahwa jika Musa a.s. bisa mengalahkan mereka, mereka akan beriman kepadanya.

Wa asarrūn najwā (dan mereka merahasiakan percakapan tersebut) dari Fir‘aun.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Maka Fir’aun meninggalkan (tempat itu), lalu mengatur tipu dayanya[9], kemudian dia datang kembali pada hari yang ditentukan[10].

[9] Yang ia sanggupi, dan ia mengirimkan orang yang akan mengumpulkan para penyihir yang ahli di berbagai kota. Ketika itu, sihir sedang marak dan ilmu sihir disukai oleh manusia, maka terkumpullah para penyihir dalam jumlah banyak dan mereka pun hadir pada hari yang ditentukan. Pada hari itu, lapangan penuh dihadiri oleh kaum laki-laki dan wanita, para pembesar dan orang-orang terhormat, orang-orang awam, orang dewasa dan anak-anak.

[10] Setelah Fir’aun mengatur tipu dayanya, maka Fir’aun bersama pengikut-pengikutnya datang ke tempat yang ditentukan itu.

  1. [11]Musa berkata kepada mereka[12], “Celakalah kamu! Janganlah kamu mengada-adakan kebohongan terhadap Allah[13], nanti Dia membinasakan kamu dengan azab.” Dan sungguh rugi orang yang mengada-adakan kebohongan[14].

[11] Ketika mereka semua berkumpul dari berbagai negeri untuk menyaksikan pertunjukan itu, maka Nabi Musa ‘alaihis salam menasehati seperti yang disebutkan dalam ayat di atas dan menegakkan hujjah atas mereka.

[12] Yakni kepada para tukang sihir.

[13] Bisa maksudnya mengadakan sekutu bagi Allah, atau maksudnya membayangkan kepada manusia bahwa kalian dapat merubah sesuatu padahal sesungguhnya tidak, sehingga kamu sama saja berdusta terhadap Allah, atau maksudnya adalah, jangan menolong kebatilan dengan sihirmu untuk mengalahkan yang benar dan kamu sama saja berdusta terhadap Allah, sehingga Dia akan membinasakan kamu dengan azab dari sisi-Nya.

[14] Yakni harapanmu agar dapat menang dan memperoleh kedudukan di hadapan Fir’aun tidak akan kamu peroleh dan kamu pun tidak mendapatkan keselamatan dari azab Allah, sehingga kamu merugi di dunia dan akhirat.

  1. [15]Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka[16] dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).

[15] Perkataan yang hak biasanya ada bekas di hati. Oleh karena itulah, ketika Musa ‘alaihis salam mengucapkan kata-kata di atas, para pesihir menjadi bingung dan ketika itulah mereka berbisik-bisik, lalu mereka sepakat terhadap suatu tindakan, yaitu seperti yang disebutkan pada ayat selanjutnya.

[16] Tentang Musa dan Harun ‘alaihimas salam, apakah mereka di atas kebenaran atau tidak? Sebagian mereka berkata, “Ini bukanlah perkataan pesihir, tetapi perkataan seorang nabi.” Yang lain mengatakan, “Bahkan dia penyihir.” Ada pula yang berpendapat lain tentang apa yang diucapkan sebagian pesihir, wallahu a’lam.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maka Firaun meninggalkan) pergi meninggalkan tempat itu (lalu ia mengatur tipu muslihatnya) ia mulai mengumpulkan para ahli sihirnya (kemudian ia datang) bersama mereka pada waktu yang telah ditentukan itu.
  2. (Berkata Musa kepada mereka,) jumlah para ahli sihir Firaun ada tujuh puluh dua orang; setiap orang dari mereka memegang tali dan tongkat (“Celakalah kalian) maksudnya semoga Allah menimpakan kecelakaan kepada kalian (janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah) dengan menyekutukan seseorang bersama-Nya (maka Dia membinasakan kalian) ia dapat dibaca Fayushitakum dan Fayashitakum, artinya Dia akan membinasakan kalian, karena perbuatan musyrik itu (dengan siksa”) dari sisi-Nya. (Dan sesungguhnya telah kecewa) merugi (orang yang mengada-adakan kedustaan) terhadap Allah.
  3. (Maka mereka berbantah-bantahan di antara mereka tentang urusannya) yakni mengenai Nabi Musa dan saudaranya itu (dan mereka merahasiakan percakapan) mereka yang menyangkut Nabi Musa dan Nabi Harun.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. berfirman menceritakan perihal Fir’aun, bahwa setelah ia berjanji dengan Musa untuk mengadakan pertandingan di waktu dan tempat yang tertentu, Fir’aun mulai menghimpunkan semua ahli sihir dari kota-kota besar yang ada di bawah kekuasaannya. Mereka yang dihimpunnya adalah jago-jago sihir yang ada di masa itu, dan tersebutlah bahwa sihir di masa itu banyak dilakukan oleh orang-orang dan sangat laku, seperti yang diterangkan oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ ائْتُونِي بِكُلِّ سَاحِرٍ عَلِيمٍ

Fir’aun berkata (kepada pemuka kaumnya), “Datangkanlah kepadaku semua ahli sihir yang pandai.” (Yunus: 79)

Kemudian dihadapkan kepada Fir’aun (semua tukang sihir). Orang-orang berkumpul di hari yang telah dijanjikan itu yaitu hari raya mereka. Fir’aun duduk di atas singgasana kerajaannya, dan para pembesar kerajaannya duduk berbaris di sampingnya, sedangkan rakyatnya berdiri di bagian kiri dan kanannya. Musa datang dengan bertelekan pada tongkatnya bersama saudaranya, Harun. Para ahli sihir berdiri di hadapan Fir’aun dalam keadaan berbaris, sedangkan Fir’aun memberikan semangat dan  membangkitkan motivasi agar mereka melakukan pekerjaannya sebaik mungkin pada hari itu. Mereka berharap serta memohon anugerah dan hadiah dari Fir’aun, sedangkan Fir’aun menjanjikan hal itu kepada mereka (jika mereka beroleh kemenangan). Para ahli sihir itu berkata, seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:

إِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِنْ كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ * قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ لَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ

“(Apakah) sesungguhnya kami akan mendapat upah, jika kamilah yang menang?” Fir’aun menjawab, “Ya, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” (Al-A’raf: 113-114)

Adapun firman Allah Swt.:

Berkata Musa kepada mereka, “Celakalah kalian, janganlah kalian mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.” (Thaha: 61)

Maksudnya, janganlah kalian membuat ilusi terhadap orang-orang melalui perbuatan kalian, sehingga tampak di mata mereka kalian menciptakan berbagai macam hal yang tidak ada hakikatnya. Di mata mereka hal tersebut adalah makhluk, padahal kenyataannya bukanlah makhluk. Dengan demikian, berarti kalian telah mengada-adakan kedustaan terhadap Allah.

maka Dia membinasakan kalian dengan siksa. (Thaha: 61)

Yakni Allah membinasakan kalian dengan azab yang tidak meninggalkan seorang pun di antara kalian.

Dan sesungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan. Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan di antara mereka. (Thaha: 61-62)

Menurut suatu pendapat, mereka bersengketa di antara sesama mereka; sebagian dari mereka ada yang mengatakan bahwa ucapan yang dikemukakan oleh Musa ini bukanlah ucapan seorang penyihir, melainkan ucapan seorang nabi. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Musa adalah seorang tukang sihir, dan sebagian lainnya lagi mengatakan yang lainnya. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.

Firman Allah Swt.:

dan mereka merahasiakan percakapan (mereka). (Thaha: 62)

Yaitu mereka berbisik-bisik di antara sesama mereka.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaSungguh Beruntung Orang yang Menang pada Hari Ini
Artikel SelanjutnyaPerjanjian untuk Pertemuan