Perjanjian untuk Pertemuan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 57-59

0
642

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 57-59. Dialog antara Nabi Musa ‘alaihis salam dengan Fir’aun, dan bagaimana Fir’aun bersikap sombong serta bersandar dengan kekuatannya. Buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قَالَ أَجِئْتَنَا لِتُخْرِجَنَا مِنْ أَرْضِنَا بِسِحْرِكَ يَا مُوسَى (٥٧) فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى (٥٨) قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى (٥٩)

Fir’aun berkata, “Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami dengan sihirmu, wahai Musa? Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu, maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) engkau, di suatu tempat yang terbuka.” Musa berkata, “(Perjanjian) waktu untuk (pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya dan hendaklah orang-orang dikumpulkan pada pagi hari (duha).” (Q.S. Thaahaa : 57-59)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qāla (Fir‘aun berkata) kepada Musa a.s.

A ji’tanā li tukhrijanā min ardlinā (“Apakah kamu mendatangi kami untuk mengusir kami dari negeri kami), yakni dari negeri Mesir.

Bi sihrika yā mūsā (dengan sihirmu, hai Musa”).

Fa lana’tiyannaka bi sihrim mitslihī (dan kami pun sungguh-sungguh akan mendatangkan pula kepadamu sihir yang sepertinya), yakni seperti sihir yang kamu bawakan kepada kami.

Faj‘al bainanā wa bainaka (oleh karena itu, adakanlah antara kami dan kamu), hai Musa!

Mau‘idan (suatu kesepakatan), yakni suatu waktu tertentu.

Lā nukh-lifuhū nahnu (yang kami tidak akan menyalahinya), yakni yang tidak akan kami lewatkan.

Wa lā aηta makānaη suwā (dan tidak juga kamu, di suatu tempat yang pertengahan”), bukan di tempat ini. Menurut satu pendapat, suwā adalah suatu tempat yang adil dan pertengahan bagi kita.

Qāla (dia berkata), yakni Musa a.s.

Mau‘idukum (“Kesepakatan dengan kalian), yakni waktu yang kita sepakati.

Yaumuz zīnati (adalah pada hari perayaan), yakni pada hari pasar. Menurut satu pendapat, pada hari raya. Dan ada pula yang berpendapat, pada hari Nairuz (tahun baru Persia).

Wa ay yuhsyaran nāsu (dan hendaklah orang-orang dikumpulkan), yakni orang-orang dari berbagai kota.

Dluhā (pada waktu dluha”), yakni pada waktu matahari mulai naik.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Fir’aun berkata, “Apakah engkau datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami[3] dengan sihirmu, wahai Musa[4]?

[3] Yaitu Mesir, sehingga kerajaan beralih untukmu.

[4] Ucapan Fir’aun ini adalah untuk mengelabui rakyatnya, agar ia mendapat dukungan kuat dari mereka sehingga Musa dimusuhi dan dibenci oleh semua rakyatnya.

  1. Maka kami pun pasti akan mendatangkan sihir semacam itu kepadamu[5], maka buatlah suatu perjanjian untuk pertemuan antara kami dan engkau yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) engkau, di suatu tempat yang terbuka.”

[5] Untuk menandinginya.

  1. Musa berkata, “(Perjanjian) waktu untuk (pertemuan kami dengan kamu itu) ialah pada hari raya[6] dan hendaklah orang-orang[7] dikumpulkan pada pagi hari (duha)[8].”

[6] Di mana ketika itu mereka berhias dan berkumpul serta berlibur dari kesibukan mereka.

[7] Yakni penduduk Mesir.

[8] Untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Berkata Firaun, “Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami) yakni dari negeri Mesir, kemudian kamu menjadi raja padanya (dengan sihirmu, hai Musa?”)
  2. (“Dan kami pun pasti akan mendatangkan pula kepadamu sihir semacam itu) yang akan melawannya (maka buatlah suatu waktu antara kami dan kamu) untuk pertemuan itu (yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak pula kamu, di suatu tempat) lafal Makaanan ini dinashabkan dengan mencabut huruf Jarnya, maksudnya, di tempat (yang pertengahan”) lafal Suwan dapat pula dibaca Siwan, artinya, tempat yang letaknya pertengahan, dari arah mana saja didatangi oleh kedua pihak jaraknya sama.
  3. (Berkatalah ia) Nabi Musa, (“Waktu untuk pertemuan kami dengan kalian itu adalah hari raya) yakni hari raya Firaun dan kaumnya, yang pada hari itu mereka berhias diri dan berkumpul-kumpul (dan hendaklah dikumpulkan manusia) semua penduduk negeri Mesir dikumpulkan (pada waktu matahari naik sepenggalah”) untuk menyaksikan apa yang akan terjadi.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. menceritakan perihal Fir’aun ketika ia menyaksikan tanda yang besar, yaitu mukjizat yang ditampakkan oleh Nabi Musa kepadanya. Tongkat dilemparkan oleh Nabi Musa, maka jadilah tongkat itu ular yang sangat besar; lalu Nabi Musa memasukkan tangannya ke dalam ketiaknya, maka setelah dikeluarkan tangannya memancarkan sinar yang putih bukan karena penyakit. Fir’aun berkata kepada Musa, “Ini adalah sihir yang kamu buat untuk menyihir kami dan menguasai orang-orang agar mereka mengikutimu, lalu engkau melawan kami bersama mereka; hal itu tidak akan terjadi. Sesungguhnya kami pun mempunyai ahli sihir yang pandai bersihir seperti kamu, maka janganlah kamu merasa besar diri dengan apa yang kamu miliki.”

maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu. (Thaha: 58)

Yakni suatu hari untuk pertemuan kami dan kamu, lalu kita lakukan pertandingan antara ilmu yang kamu miliki dan ilmu yang kami miliki, yakni ilmu sihir, di tempat yang tertentu dan dalam waktu yang tertentu. Maka saat itu juga Musa menjawab tantangan tersebut, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kalian itu ialah di hari raya. (Thaha: 59)

Yaitu hari raya mereka dan hari libur mereka, dimaksudkan agar semua orang dapat menyaksikan kekuasaan Allah atas apa yang dikehendaki-Nya melalui mukjizat nabi, dan kalahnya ilmu sihir menghadapi mukjizat nabi. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata:

dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik. (Thaha: 59)

Yakni semua manusia dikumpulkan di waktu duha agar segala sesuatunya tampak jelas dan gamblang. Demikian pula halnya semua perkara para nabi, berciri khas jelas dan gamblang, tiada yang tersembunyi dan tiada pula propaganda palsu. Karena itulah Nabi Musa a.s. berkata kepada mereka bahwa hendaknya waktu pertandingan itu diadakan di waktu siang hari, tepatnya waktu matahari sepenggalahan naik, bukan malam hari.

Ibnu Abbas mengatakan, hari raya itu adalah hari Asyura.

As-Saddi, Qatadah, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa hari itu adalah hari raya mereka.

Menurut Sa’id ibnu Jubair, hari itu adalah hari pasaran mereka.

Semua pendapat yang dikemukakan pada hakikatnya tidak bertentangan.

Menurut pendapat kami, pada hari yang sama Allah membinasakan Fir’aun beserta bala tentaranya, seperti yang telah disebutkan di dalam hadis sahih.

Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa Fir’aun berkata, “Hai Musa, buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu agar kami dapat membuat persiapan terlebih dahulu.” Musa menjawab,”Saya tidak diperintahkan untuk itu, melainkan diperintahkan untuk menantang¬mu secara langsung. Jika kamu tidak mau keluar, maka sayalah yang akan masuk kepadamu.” Maka Allah menurunkan wahyu kepada Musa yang isinya mengatakan, “Buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kamu dan dia, dan katakanlah kepadanya bahwa silakan dia menentukannya sendiri.” Kemudian Fir’aun berkata, “Berilah tempo empat puluh hari,” maka Musa menyetujuinya.

Mujahid dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan (letaknya). (Thaha: 58) Yang dimaksud dengan suwa ialah tempat yang pertengahan.

As-Saddi mengatakan tempat yang sebanding untuk tujuan itu.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di suatu tempat yang pertengahan letak(nya). (Thaha: 58) Yakni tempat yang datar tiada penghalangnya sehingga semua orang dapat menyaksikannya, tiada sebagian dari mereka terhalang penglihatannya oleh sebagian yang lain atau oleh penghalang lainnya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaSungguh Rugi Orang yang Mengada-adakan Kebohongan
Artikel SelanjutnyaAllah Memperlihatkan kepada Fir’aun Tanda-tanda Kekuasaan-Nya