Sikap Kaum Musyrik Terhadap Dakwah

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Qalam Ayat 8-11

0
1181

Kajian Tafsir: Surah Al-Qalam Ayat 8-11, Sikap kaum musyrik terhadap dakwah Rasulullah ﷺ, azab yang disiapkan Allah Subhaanahu wa Ta’aala untuk mereka, dan larangan menaati usulan mereka.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

فَلا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ (٨) وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ (٩) وَلا تُطِعْ كُلَّ حَلافٍ مَهِينٍ (١٠) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (١١)

Maka janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak, lalu mereka lunak (pula). (Q.S. Al-Qalam : 8-11)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fa lā tuthi‘i (oleh sebab itu, janganlah kamu menaati), hai Muhammad!

Al-mukadz-dzibīn (orang-orang yang mendustakan) Allah Ta‘ala, al-Kitab, dan rasul. Mereka adalah para pembesar penduduk Mekah.

Waddū (mereka menginginkan), yakni mereka mengharapkan.

Lau tudhinu fa yudhinūn (supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka pun akan bersikap lunak pula), yakni supaya kamu bersikap lembek terhadap mereka, lalu mereka pun akan bersikap lembek pula kepadamu. Ada yang berpendapat, supaya kamu menyesuaikan diri dengan mereka, lalu mereka pun akan menyesuiakan diri dengan kamu. Agar kamu menuruti kemauan mereka, dan mereka pun akan menuruti kemauan kamu.

Wa lā tuthi‘ (dan janganlah kamu mematuhi), hai Muhammad!

Kulla hallāfin (setiap orang yang banyak bersumpah) palsu terhadap Allah Ta‘ala.

Mahīn (lagi hina), yakni lemah dalam hal agama. Orang tersebut adalah Al-Walid bin Al-Mughirah al-Makhzumi.

Hammā-zin (yang banyak mencela), yakni mereka datang dan pergi untuk menghina, melaknat, dan mengumpat orang lain.

Masy-syā-im bi namīm (yang kesana kemari menebar fitnah), yakni menebar fitnah di antara orang-orang, untuk merusak hubungan di antara mereka.


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-29


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. Maka janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah)[8].

[8] Hal itu, karena mereka tidak layak diikuti, karena mereka tidaklah menyuruh kecuali yang sesuai hawa nafsu mereka, dan mereka tidak menginginkan selain kebatilan. Oleh karena itu, menaati mereka sama saja mempersiapkan dirinya kepada sesuatu yang membahayakannya, dan hal ini umum kepada setiap orang yang mendustakan dan pada setiap ketaatan yang timbul dari mendustakan, meskipun susunan ayatnya untuk sesuatu yang khusus, yaitu kaum musyrikin meminta kepada Nabi Muhammad ﷺ untuk diam tidak mencela sesembahan dan agama mereka sehingga mereka pun akan diam terhadap Beliau. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, “Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula).”

  1. Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak[9] lalu mereka bersikap lunak (pula)[10].

[9] Yakni sepakat dengan yang mereka pegang, baik dengan ucapan, perbuatan maupun dengan mendiamkan, sehingga mereka akan bersikap lunak terhadap Beliau ﷺ.

[10] Akan tetapi Beliau diperintahkan untuk menerangkan perintah Allah dan menerangkan agama-Nya.

  1. Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah[11] dan suka menghina[12],

[11] Karena tidak ada orang yang seperti itu kecuali ia sebagai pendusta, dan tidak ada yang seperti itu kecuali orang yang keadaannya hina.

[12] Mahiin bisa juga diartikan ‘hina’, yakni dirinya hina, tidak ada kemauan kepada kebaikan, bahkan keinginannya hanya tertuju kepada hawa nafsunya yang hina.

  1. suka mencela[13], yang kian ke mari menghambur fitnah[14],

[13] Yakni banyak mencela manusia baik dengan menggunjing, menghina maupun dengan lainnya.

[14] Yakni mengadu domba.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.)
  2. (Mereka menginginkan) mengharapkan (supaya) merupakan mashdariyah (kamu bersikap lunak) bersikap lembut terhadap mereka (lalu mereka bersikap lunak) pula terhadapmu; diathafkan kepada lafal tudhinu. Seandainya dijadikan sebagai jawab dari tamanni yang tersimpulkan dari lafal wadduu, maka sebelum huruf fa diperkirakan adanya lafal hum. Yakni, seandainya kamu bersikap lunak terhadap mereka, maka mereka pun akan bersikap lunak pula terhadapmu.
  3. (Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah) dengan cara yang batil (lagi hina) yakni rendah.
  4. (Yang banyak mencela) atau sering mengumpat (yang kian ke mari menghambur fitnah) yakni berjalan ke sana dan ke mari di antara orang-orang dengan maksud merusak mereka, yakni menghasut mereka.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. berfirman, bahwa sebagaimana Kami telah berikan nikmat kepadamu dan Kami berikan kepadamu syariat yang lurus dan akhlak yang agung,

Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah). Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu). (Al-Qalam: 8-9)

Menurut Ibnu Abbas, mereka menginginkan agar kamu bersikap lunak kepada mereka dan mereka akan membalasnya dengan sikap lunak pula kepadamu.

Menurut Mujahid, makna firman-Nya: Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak. (Al-Qalam: 9) Yakni agar kamu tunduk patuh kepada sembahan-sembahan mereka dan kamu tinggalkan perkara hak yang menjadi peganganmu.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. (Al-Qalam: 10)

Demikian itu karena seorang pendusta, mengingat kelemahan dan kehinaannya, dia hanya melindungi dirinya dengan sumpah-sumpah yang dusta yang justru mengotori asma-asma Allah yang mereka gunakan. Mereka dengan beraninya menggunakannya di setiap waktu dalam sumpah mereka yang bukan pada tempatnya.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna al-muhin ialah al-kazib alias pendusta.

Menurut Mujahid, artinya lemah hatinya.

Menurut Al-Hasan, makna ayat ialah setiap orang yang banyak mengutapkan sumpah sombong lagi lemah keyakinannya.

Firman Allah Swt.:

yang banyak mencela. (Al-Qalam: 11)

Menurut Ibnu Abbas dan Qatadah, artinya suka mengumpat.

yang kian kemari menghambur fitnah. (Al-Qalam: 11)

Yakni orang yang berjalan di antara manusia kian kemari menghambur fitnah dan mengadu domba di antara mereka, dan menebarkan hasutan di antara orang-orang yang sedang bersitegang (bermusuhan). Perbuatan ini dinamakan dengan sebutan al-haliqah, yakni yang mencukur habis amal kebaikan. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Mujahid, dari Tawus, dari Ibnu Abbas yang mengatakan:

مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ، وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ” الْحَدِيثَ

bahwa Rasulullah melewati dua buah kuburan, lalu bersabda:

Sesungguhnya penghuni kedua kuburan ini benar-benar sedang diazab, dan keduanya diazab bukanlah karena mengerjakan dosa besar. Salah seorangnya mempunyai kebiasaan tidak pernah bersuci sehabis buang air kecilnya, sedangkan yang lainnya mempunyai kebiasaan berjalan kian kemari menghambur hasutan (mengadu domba).

Jamaah selain keduanya telah mengetengahkan hadis ini dalam kitabnya masing-masing melalui berbagai jalur dari Mujahid dengan sanad yang sama.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepacia kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Ibrahim, dari Hammam, bahwa Huzaifah pernah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّات

Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mengadu domba.

Jamaah telah meriwayatkannya di dalam kitab masing-masing kecuali Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Ibrahim dengan sanad yang sama.

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami As-Sauri, dari Mansur, dari Ibrahim, dari Hammam, dari Huzaifah yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ يَعْنِي: نَمَّامًا

Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mangadu domba.

Juga telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Ahwal, dari AL-A’masy, telah menceritakan kepadaku Ibrahim enam puluh tahun yang silam, dari Hammam ibnul Haris yang mengatakan bahwa seorang lelaki berlalu di hadapan Huzaifah, lalu dikatakan kepada Huzaifah bahwa sesungguhnya lelaki ini suka melaporkan pembicaraan kepada para amir (penguasa). Maka Huzaifah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda;

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ

Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mangadu domba (menghasut).

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Mahdi, dari Wasil Al-Ahdab, dari Abu Wa’il yang mengatakan bahwa disampaikan kepada Huzaifah perihal seorang lelaki yang suka mengadu domba. Maka Huzaifah mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ

Tidak dapat masuk surga orang yang banyak mangadu domba.

Dan Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Ibnu Khaisam, dari Syahr ibnu Abu Hausyab, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan, bahwa Nabi ﷺ bersabda,

أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِكُمْ؟ . قَالُوا: بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: الذين إذا رُؤوا ذُكر اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ. ثُمَّ قَالَ: أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِشِرَارِكُمْ؟ الْمَشَّاءُونَ بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفْسِدُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، وَالْبَاغُونَ لِلْبُرَآءِ العَنَت

“Maukah aku beritakan kepada kalian tentang orang yang paling baik dari kalian?” Mereka menjawab, “Tentu kami mau, ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda: (Yaitu) orang-orang yang apabila terselip rasa ria, maka ia segera ingat kepada Allah Swt. Kemudian Rasulullah bersabda: Maukah aku beri tahukan kalian tentang orang yang paling buruk di antara kalian. (Yaitu) orang-orang yang suka berjalan kian kemari menghambur hasutan (mengadu domba) dan yang membuat kerusakan di antara orang-orang yang menjalin kasih sayang lagi selalu mengharapkan terjadinya masalah di kalangan orang-orang yang tidak berdosa.

Ibnu Majah meriwayatkannya dari Suwaid ibnu Sa’id, dari Yahya ibnu Sulaim, dari Ibnu Khaisam dengan sanad yang sama.

Imam Ahmad telah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdur Rahman ibnu Ganam yang menyampaikannya kepada Nabi ﷺ:

خِيَارُ عِبَادِ اللَّهِ الذين إذا رؤوا ذكر الله، وشرار عباد الله المشاؤون بِالنَّمِيمَةِ، الْمُفَرِّقُونَ بَيْنَ الْأَحِبَّةِ، الْبَاغُونَ لِلْبُرَآءِ الْعَنَتَ

Hamba-hamba Allah yang pilihan ialah orang-orang yang apabila dalam hatinya terselip rasa ria, maka ia segera ingat kepada Allah. Dan hamba-hamba Allah yang paling buruk ialah orang-orang yang berjalan ke sana kemari menebar hasutan (mengadu domba), yang memecah belah di antara orang-orang yang menjalin kasih sayang lagi selalu menginginkan terjadinya kesulitan di kalangan orang-orang yang tidak berdosa.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaYang Melampaui Batas dan Banyak Dosa
Artikel SelanjutnyaBersihnya Pribadi Rasulullah ﷺ dari Tuduhan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini