Sifat Orang-orang yang Menolong Agama Allah

Kajian Tafsir Surah Al-Maa'idah ayat 54

0
253

Kajian Tafsir Surah Al-Maa’idah ayat 54. Sifat orang-orang yang menolong agama Allah yang berhak diberikan wala’ dan pembelaan. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki. Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Maa’idah : 54)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Yā ayyuhal ladzīna āmanū (wahai orang-orang yang beriman) dari kabilah Asad, Ghathafan serta beberapa orang dari kabilah Kandah dan Marar.

May yartadda mingkum ‘aη dīnihī (siapa pun di antara kalian yang murtad dari agamanya) sesudah wafatnya Nabi ﷺ.

Fa saufa ya’tillāhu bi qaumin (maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum), yakni penduduk Yaman.

Yuhibbuhum (yang Dia mencintai mereka), yakni Allah mencintai mereka.

Wa yuhibbūnahū (dan mereka pun mencintai-Nya), yakni mereka mencintai Allah.

Adzillatin (yang bersikap lemah lembut), yakni bersikap penyayang dan pengasih.

‘Alal mu’minīna (terhadap kaum mukminin), yakni bersama kaum mukminin.

A‘izzatin (yang bersikap keras), yakni bersikap tegas.

‘Alal kāfirīna yujāhidūna fī sabīlillāhi (terhadap orang-orang kafir. Mereka juga berjihad di Jalan Allah), yakni bersikap lemah lembut dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Ta‘ala.

Wa lā yakhāfūna laumata lā-im, dzālika (dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah), yakni yang telah Aku terangkan itu, baik tentang kecintaan, perintah, dan lain sebagainya adalah ….

Fadl-lullāhi (Karunia Allah), yakni anugerah Allah Ta‘ala.

Yu’tīhi may yasyā’ (Dia memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya), yakni siapa saja yang layak mendapatkannya.

Wallāhu wāsi‘un (dan Allah Maha Luas), yakni Maha Dermawan dalam Pemberian-Nya.

‘Alīm (lagi Maha Mengetahui) orang-orang yang layak diberi.

Ayat selanjutnya diturunkan berhubungan dengan ‘Abdullah bin Salam dan teman-temannya: Asad dan Usaid, atau Tsa‘labah bin Qais dan lain-lain, ketika mereka dijauhi oleh orang-orang Yahudi.

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-6 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya[22], maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka[23] dan mereka pun mencintai-Nya[24], dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir[25], yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela[26]. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki[27]. Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui[28].

[22] Di dalamnya terdapat pemberitahuan Allah terhadap sesuatu yang mungkin terjadi, sebagaimana murtadnya orang-orang yang sudah masuk Islam setelah Nabi Muhammad ﷺ wafat sehingga mereka diperangi oleh Abu Bakar Ash Shiddiq. Sebelum terjadi perbuatan itu (murtad), Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengingatkan dalam ayat ini agar mereka jangan sampai kembali kafir. Di samping itu, yang demikian tidaklah merugikan Allah sedikit pun, bahkan Allah akan mendatangkan pengganti mereka, yaitu orang-orang yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah.

[23] Sesungguhnya cinta Allah kepada hamba merupakan nikmat yang paling besar dan keutamaan yang paling utama yang Allah berikan kepada hamba. Jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah akan memudahkan semua sebab baginya, memudahkan yang susah, memberinya taufik untuk mengerjakan kebaikan dan meninggalkan kemungkaran dan menjadikan manusia cinta kepadanya.

Faedah: Seseorang apabila ingin dicintai Allah harus mengikuti Rasulullah ﷺ baik zahir maupun batin, baik dalam ucapan maupun perbuatan dan dalam semua keadaannya (lihat Ali Imran: 31). Di antara contoh sebab agar dicintai Allah adalah membaca Al-Qur’an dengan mentadabburi dan memahami maknanya, mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunnah setelah amalan wajib, selalu berdzikr kepada Allah, mendahulukan apa yang dicintai Allah apabila dihadapkan dua hal yang dicintainya, mempelajari nama Allah dan sifat-Nya, memperhatikan nikmat Allah baik yang nampak maupun tersembunyi serta memperhatikan pemberian-Nya kepada kita agar membantu kita bersyukur, pasrah kepada Allah dan menampakkan sikap butuh kepada-Nya, qiyamullail di sepertiga malam terakhir dengan disudahi istighfar dan taubat, duduk bersama orang-orang shalih yang cinta karena Allah serta mengambil nasehat dari mereka dan menjauhi sebab yang menghalangi hati dari mengingat Allah.

[24] Ada yang mengatakan, bahwa mereka ini adalah Abu Bakar Ash Shiddiq dan kawan-kawannya ketika memerangi orang-orang yang murtad. Ada pula yang mengatakan, bahwa mereka ini adalah kaum Abu Musa Al Asy’ariy. Demikian pula orang yang mencintai Allah dan memiliki sifat-sifat di atas.

[25] Berdasarkan ayat ini, bersikap lemah lembut kepada kaum mukmin dan bersikap keras kepada orang-orang kafir termasuk amalan yang mendekatkan diri kepada Allah. Namun demikian, sikap keras terhadap orang-orang kafir tidaklah menghalangi kita untuk mendakwahi mereka dengan cara yang baik.

[26] Mereka lebih mendahulukan ridha Tuhan mereka, takut celaan-Nya daripada celaan orang yang mencela. Hal ini menunjukkan kuatnya pendirian dan tekad mereka. Adapun orang yang lemah hatinya, maka lemah pula pendiriannya, semangatnya mengendor ketika dicela, pendiriannya lemah ketika dicela dan tekadnya menciut. Hal ini mewnunjukkan bahwa dalam hati mereka terdapat peribadatan kepada selain Allah sesuai keadaan hatinya yang memperhatikan perasaan makhluk, menunjukkan sikap mereka mendahulukan keridhaan manusia dan takut celaan mereka. Oleh karena itu, seorang hamba belum lepas dari peribadatan kepada selain Allah, sampai ia tidak takut celaan orang yang mencela dalam menjalankan agama Allah.

[27] Yakni semua sifat mulia tersebut merupakan karunia Allah kepada mereka agar mereka tidak ujub terhadap diri mereka dan agar mereka mensyukuri nikmat tersebut.

[28] Siapa yang layak memperoleh karunia tersebut.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Hai orang-orang yang beriman! Siapa yang murtad) yartadda pakai idgam atau tidak; artinya murtad atau berbalik (di antara kamu dari agamanya) artinya berbalik kafir; ini merupakan pemberitahuan dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala tentang berita gaib yang akan terjadi yang telah terlebih dahulu diketahui-Nya. Buktinya setelah Nabi Muhammad ﷺ wafat segolongan umat keluar dari agama Islam (maka Allah akan mendatangkan) sebagai ganti mereka (suatu kaum yang dicintai oleh Allah dan mereka pun mencintai-Nya) sabda Nabi ﷺ, Mereka itu ialah kaum orang ini, sambil menunjuk kepada Abu Musa Al-Asyari; riwayat Hakim dalam sahihnya (bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin dan bersikap keras) atau tegas (terhadap orang-orang kafir. Mereka berjihad di jalan Allah dan tidak takut akan celaan orang yang suka mencela) dalam hal itu sebagaimana takutnya orang-orang munafik akan celaan orang-orang kafir. (Demikian itu) yakni sifat-sifat yang disebutkan tadi (adalah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas) karunia-Nya (lagi Maha Mengetahui) akan yang patut menerimanya. Ayat ini turun ketika Ibnu Salam mengadu kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah! Kaum kami telah mengucilkan kami!

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman menceritakan tentang kekuasaan-Nya Yang Maha Besar, bahwa barang siapa yang memalingkan diri tidak mau menolong agama Allah dan menegakkan syariat-Nya, sesungguhnya Allah akan menggantikannya dengan kaum yang lebih baik daripadanya, lebih keras pertahanannya serta lebih lurus jalannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-firman-Nya berikut ini:

وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ

Dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian (ini). (Muhammad: 38)

إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ أَيُّهَا النَّاسُ وَيَأْتِ بِآخَرِينَ

Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kalian, wahai manusia; dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai pengganti kalian). (An-Nisa: 133)

إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ. وَمَا ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ بِعَزِيزٍ

Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kalian dan mengganti (kalian) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah. (Ibrahim: 19-20)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ

Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya. (Al-Maa’idah: 54)

Yakni meninggalkan perkara yang hak dan kembali kepada kebatilan. Muhammad ibnu Ka’b mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan para pemimpin orang-orang Quraisy. Menurut Al-Hasan Al-Basri, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang murtad yang baru kelihatan kemurtadannya di masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar.

فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al-Maa’idah: 54)

Al-Hasan Al-Basri menyebutkan bahwa demi Allah, yang dimaksud adalah Abu Bakar dan sahabat-sahabatnya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim.

Bersambung: Allah Mencintai Mereka dan Mereka Pun Mencintai-Nya 

Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, ia pernah mendengar Abu Bakar ibnu Ayyasy berkata sehubungan dengan firman-Nya: maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya. (Al-Maa’idah: 54); Mereka adalah penduduk Qadisiyah. Sedangkan menurut Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid, mereka adalah suatu kaum dari negeri Saba.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Artikel SebelumnyaAllah Mencintai Mereka dan Mereka Pun Mencintai-Nya
Artikel SelanjutnyaOrang-orang yang Hatinya Berpenyakit

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini