Setelah Diutusnya Para Rasul

Kajian Tafsir Surah Al-An'aam ayat 130

0
221

Kajian Tafsir Surah Al-An’aam ayat 130. Dialog antara manusia yang menjadi pengikut setan dengan setan pada hari Kiamat, tidak diterimanya uzur dari seseorang setelah diutusnya para rasul. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ

Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuanmu pada hari ini? Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-An’aam : 130)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Yā ma‘syaral jinni wal iηsi a lam ya’tikum rusulum mingkum (wahai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepada kalian rasul-rasul dari golongan kalian), yakni Nabi Muhammad ﷺ dan seluruh rasul dari golongan manusia, serta sembilan utusan dari bangsa jin. Kesembilan utusan itu pernah datang menemui Nabi ﷺ kemudian kembali kepada bangsa jin untuk memberikan peringatan kepada bangsanya. Menurut pendapat yang lain, bangsa jin mempunyai seorang nabi yang bernama Yusuf.

Yaqush-shūna ‘alaikum (yang menceritakan kepada kalian), yakni yang membacakan kepada kalian.

Āyātī (Ayat-ayat-Ku), baik yang berupa perintah ataupun larangan.

Wa yuηdzirūnakum (dan memberi peringatan kepada kalian), yakni menakut-nakuti kalian.

Liqā-a yaumikum (tentang pertemuan hari kalian), yakni tentang azab pada hari kalian.

Hādzā, qālū (ini. Berkatalah mereka), yakni golongan jin dan manusia.

Syahidnā ‘alā aηfusinā (“Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”), yakni sesungguhnya para rasul itu telah menyampaikan risalah, tetapi kami mengingkari mereka. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman.

Wa gharrat-humul hayātud dun-yā (dan mereka telah diperdaya oleh kehidupan dunia), yakni segala keindahan dan kenikmatan yang ada di dunia.

Wa syahidū ‘alā aηfusihim (dan mereka juga menjadi saksi atas diri mereka sendiri) di akhirat kelak.

Annahum kānū kāfirīn (bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir) ketika di berada dunia.

BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-8 Lengkap 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

130.[25] Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah sudah datang kepadamu rasul-rasul dari kalanganmu sendiri, mereka menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuanmu pada hari ini?[26] Mereka menjawab, “(Ya), kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” Tetapi mereka tertipu oleh kehidupan dunia[27] dan mereka telah menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir[28].

[25] Pada hari kiamat, Allah mencela mereka (baik dari golongan jin maupun manusia) yang berpaling dari kebenaran dan menolaknya, menerangkan kesalahan mereka, sehingga mereka mengakuinya.

[26] Yang menerangkan bahwa keberuntungan terletak dalam menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, dan bahwa kerugian terletak jika melakukan sebaliknya.

[27] Oleh keindahannya, kenikmatannya, merasa tentram dan ridha dengannya, yang membuat mereka tidak beriman dan tidak beramal saleh.

[28] Sehingga tegaklah hujjah Allah terhadap mereka.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri) kalangan kamu sendiri; artinya sebagian kamu yang percaya kepada manusia atau utusan-utusan jin yang sengaja Kami biarkan mereka mendengar ucapan-ucapan para rasul Kami kemudian mereka menyampaikannya kepada kaumnya (yang menceritakan kepada kamu tentang ayat-ayat-Ku dan memperingatkan kamu tentang pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata, “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.”) bahwa sesungguhnya kami telah menerimanya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman: (Kehidupan dunia telah menipu mereka) sehingga mereka tidak mau beriman (dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.)

.

Tafsir Ibnu Katsir

Ayat ini pun termasuk kecaman Allah yang ditujukan kepada kaum yang kafir dari kalangan makhluk jin dan manusia di hari kiamat nanti, yaitu di saat Allah menanyai mereka padahal Allah lebih mengetahui, bahwa bukankah telah datang kepada mereka rasul-rasul yang menyampaikan risalah kepada mereka. Istifham atau kata tanya di sini mengandung makna taqrir.

Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepada kalian rasul-rasul dari golongan kalian sendiri. (Al-An’aam : 130)

Minkum yakni dari kalangan kalian sendiri, karena memang para rasul itu hanyalah dari golongan manusia saja, tiada satu pun dari kalangan makhluk jin yang menjadi rasul. Demikianlah menurut apa yang telah dinaskan oleh Mujahid dan Ibnu Juraij serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan para imam, baik yang Salaf maupun yang Khalaf.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa para rasul adalah dari kalangan Bani Adam, sedangkan dari kalangan jin sedikit sekali (jarang).

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ad-Dahhak ibnu Muzahim; ia menduga bahwa dari kalangan jin terdapat rasul-rasul, dan pendapatnya itu berlandaskan pada dalil ayat ini. Pendapat tersebut masih perlu dipertimbangkan, mengingat apa yang dikatakannya itu masih bersifat ihtimal (hipotesis) dan makna ayat tidak jelas menunjukkan pengertian itu. Perihalnya, hanya Allah yang lebih mengetahui sama dengan makna yang terkandung di dalam firman-Nya:

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ. بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ  إِلَى أَنْ قَالَ: يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 19-21) sampai firman-Nya: Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Ar-Rahman: 22)

Kita maklumi bahwa mutiara dan marjan hanyalah dihasilkan dari air yang asin (laut), bukan air yang manis (tawar); hal ini jelas dan gamblang. Jawaban atau sanggahan ini diketengahkan oleh Ibnu Jarir sendiri.

Dalil yang menyatakan bahwa para rasul itu hanyalah dari kalangan manusia ialah firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala yang mengatakan:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ  إِلَى أَنْ قَالَ: رُسُلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi sesudahnya. (An-Nisa: 163) sampai dengan firman-Nya: (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. (An-Nisa: 165)

Dan pada firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala tentang Nabi Ibrahim, yaitu:

وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ

Dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya. (Al-‘Ankabut: 27)

Disebutkan bahwa kenabian dan Al-Kitab hanya terbatas pada keturunan Ibrahim ‘alaihis salam sesudah Ibrahim ‘alaihis salam tiada. Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa kenabian ada di kalangan makhluk jin sebelum Ibrahim Al-Khalil, lalu kenabian terputus dari mereka (jenis jin) dengan diutus-Nya Nabi Ibrahim.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berfirman dalam ayat lainnya, yaitu:

وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنَ الْمُرْسَلِينَ إِلا إِنَّهُمْ لَيَأْكُلُونَ الطَّعَامَ وَيَمْشُونَ فِي الأسْوَاقِ

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu. melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 20)

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى

Kami tidak mengutus sebelum kamu. melainkan orang-orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk kota. (Yusuf: 109)

Dimaklumi bahwa jin merupakan yang diikutkan kepada manusia dalam bab ini, seperti yang disebutkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala ketika menceritakan perihal mereka:

وَإِذْ صَرَفْنَا إِلَيْكَ نَفَرًا مِنَ الْجِنِّ يَسْتَمِعُونَ الْقُرْآنَ فَلَمَّا حَضَرُوهُ قَالُوا أَنْصِتُوا فَلَمَّا قُضِيَ وَلَّوْا إِلَى قَوْمِهِمْ مُنْذِرِينَ. قَالُوا يَا قَوْمَنَا إِنَّا سَمِعْنَا كِتَابًا أُنزلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ وَإِلَى طَرِيقٍ مُسْتَقِيمٍ * يَا قَوْمَنَا أَجِيبُوا دَاعِيَ اللَّهِ وَآمِنُوا بِهِ يَغْفِرْ لَكُمْ مِنْ ذُنُوبِكُمْ وَيُجِرْكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ * وَمَنْ لَا يُجِبْ دَاعِيَ اللَّهِ فَلَيْسَ بِمُعْجِزٍ فِي الأرْضِ وَلَيْسَ لَهُ مِنْ دُونِهِ أَولِيَاءُ أُولَئِكَ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ

Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan{nya), lalu mereka berkata, “Diamlah kalian (untuk mendengarkannya).” Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, “Hai kaum kami. sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur’an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada¬Nya. niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan melepaskan kalian dari azab yang pedih. Dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah, maka dia tidak dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata “(Al-Ahqaf: 29-32)

Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan lain-lainnya disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ membacakan surat Ar-Rahman kepada mereka (kaum jin), yang antara lain terdapat firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلانِ * فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepada kalian, hai manusia dan jin. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 31-32)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berfirman dalam surat berikut ini:

Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepada kalian rasul-rasul dari golongan kalian sendiri, yang menyampaikan kepada kalian ayat-ayat-Kudan memberi peringatan kepada kalian terhadap pertemuan dengan hari ini? Mereka berkata, “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.” (Al-An’aam : 130)

Artinya, kami mengakui bahwa para rasul itu telah menyampaikan kepada kami risalah dari-Mu; mereka telah memberikan peringatan kepada kami terhadap pertemuan dengan-Mu dan bahwa hari ini merupakan hari yang pasti terjadi.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Kehidupan dunia telah menipu mereka. (Al-An’aam : 130)

Yakni mereka telah menyia-nyiakan hidup mereka di dunia dan mereka menjadi binasa karena mendustakan rasul-rasul serta tidak percaya kepada mukjizat-mukjizat karena kehidupan duniawi, kesenangan, dan perhiasannya telah memperdayakan mereka.

BACA JUGA Kajian Tafsir ayat berikutnya .... 

Dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri. (Al-An’aam : 130)

Yaitu di hari kiamat kelak.

Bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir. (Al-An’aam : 130)

Maksudnya, mereka kafir ketika di dunia, ingkar terhadap apa yang disampaikan oleh para rasul kepada mereka

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaTidak Akan Membinasakan Suatu Negeri Secara Zalim
Artikel SelanjutnyaBerteman dengan Sesamanya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini