Semoga Puasa Kita Dapat Menghasilkan Hati yang Lurus

0
985

Semoga puasa kita dapat menghasilkan hati yang lurus. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya hati anak Adam berada di antara jari-jari Ar-Rahman seperti satu hati. Dia membolak-balikkannya sebagaimana Dia kehendaki.” Lalu beliau berdoa, “Ya Allah, wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, palingkanlah hati kami di atas keta’atan kepada-Mu.” (HR. Muslim)

Hati yang dalam bahasa Arab disebut dengan Qalbu adalah salah satu organ tubuh yang memiliki rasa ruhaniyah yang halus yang berkaitan dengan hati jasmani dan merupakan hakikat diri manusia. Dengan hati, maka seorang hamba akan mampu mengenal Allah, mengetahui apa-apa yang ada di sisi Allah. Hati lah yang dapat merasakan kedekatan dengan-Nya dan yang berjalan menuju Allah. Dengan hati seseorang dapat beribadah karena Allah.

Hati merupakan penentu sifat seseorang. Baik buruknya seseorang berasal dari dalam hatinya. Nabi bersabda,

أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا وَإِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ, أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Ketahuilah, sesungguhnya setiap penguasa memiliki daerah terlarang. Ketahuilah, sesungguhnya daerah terlarang Allah di bumi-Nya adalah perkara-perkara yang diharamkan oleh-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka seluruh tubuh akan baik. Apabila dia rusak, maka seluruh tubuh akan rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman,

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَارَ وَالأفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl : 78)

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al-Hajj : 46)

Bulan puasa merupakan kesempatan yang baik untuk meluruskan hati. Mencuci berbagai macam kotoran dan penyakit yang ada di hati. Karena bukanlah inti dari puasa hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum. Tetapi hati pun ikut berpuasa.

Semoga puasa yang kita tunaikan dapat menghasilkan hati yang lurus, hati yang lembut, santun, penuh kasih sayang, hati yang teguh dan kokoh dalam memegang kebenaran, hati yang senantiasa bertaubat dan banyak beristighfar, banyak bertawakal, membiasakan bersikap sabar, sering membaca dan mendengarkan Al Qur’an, hati yang selalu terpanggil untuk mempelajari ilmu agama terutama ilmu akidah, hati yang senang berteman dengan orang-orang shaleh dan taat beribadah serta berakhlak mulia, hati yang selalu merenungkan ayat-ayat Allah dan bermahabbah kepada-Nya dengan diiringi ikhlas dan khusu’.

Terbebas dari hati yang pendendam, hasad, iri dan dengki, takabur dan riya, bakhil atau kikir, al-gahflu (lalai), keluh kesah, gundah dan perasaan cemas yang berlebihan, putus asa dan kekecewaan yang berlebihan, buta terhadap kebenaran, keras membatu tidak mampu ditembus oleh nasihat-nasehat agama, kemunafikkan, cemas dan takut, terkunci dari menerima kebenaran, suka mengikuti sesuatu yang samar-samar, dan terbebas dari rasa bimbang terhadap kebenaran serta mudah terfitnah oleh rayuan setan.

Hati yang lurus dan bersih adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat yang menyimpang dari perintah dan larangan Allah Subhaanahu wa Ta’ala, berpaling dari setiap syubhat yang melawan kabar dari-Nya sehingga hati tersebut selamat dari penghambaan terhadap selain Allah Subhaanahu wa Ta’ala.

Hati yang lurus yang berbuah ridha Allah Subhaanahu wa Ta’ala dengan memperoleh kebahagiaan di dunia, kelegaan dan ketenangan. Dan di akhirat berbuah yang paling baik dengan harga yang terbaik. Dalam sebuah riwayat, Zaid bin Aslam mengatakan,

دُخِلَ عَلَى أَبِي دُجَاَنَةَ رضي الله عنه وَهُوَ مَرِيضٌ – وَكَانَ وَجْهُهُ يَتَهَلَّلُ – فَقِيلَ لَهُ: مَا لِوَجْهِكَ يَتَهَلَّلُ؟ فَقَالَ: مَا مِنْ عَمَلِي شَيْءٌ أَوْثَقُ عِنْدِي مِنَ اثْنَتَيْنِ : كُنْتُ لَا أَتَكَلَّمُ فِيمَا لَا يَعْنِينِي ، وَالْأُخْرَى فَكَانَ قَلْبِي لِلْمُسْلِمِينَ سَلِيمَا

Saya masuk ke rumahnya Abu Dujanah radhiallahu’anhu ketika ia sedang sakit (namun ketika itu wajanya penuh rasa bahagia). Ada yang bertanya kepadanya, “Mengapa wajah anda begitu gembira?” Abu Dujana berkata, “Tidak ada amalanku yang aku andalkan melainkan dua amalan: sejak dahulu aku tidak pernah berkata-kata yang tidak bermanfaat dan yang kedua, hatiku bersih (lurus) terhadap sesama Muslim.”

Diantara hal yang menunjukkan sempurnanya keimanan orang yang berpuasa adalah ketawadhu’an serta ketinggian akhlak berupa hati yang lurus terhadap sesama saudara semuslim. Tidak ada kebencian atau kedengkian atau dendam dalam hati. Tidak ada ghibah, atau fitnah yang keluar dari lisan. Bahkan tidak ada dalam hati kecuali kecintaan, kebaikan, kasih sayang, kelembutan dan kedermawanan. Dan tidak keluar dari lisan kecuali kata-kata yang bermanfaat. Allah puji dan Allah sucikan mereka yang memiliki hati yang lurus dalam firman-Nya,

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa, “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Hasyr: 10).

Lurusnya hati dan lisan adalah ciri yang paling jelas dan bukti paling nyata yang menunjukkan sempurnanya puasa seseorang. Dan dahulu para salaf, mereka menganggap orang yang paling utama di kalangan mereka adalah orang yang paling lurus hati dan lisannya. Iyas bin Mu’awiyah bin Qurrah mengatakan,

كان أفضلهم عندهم – أي السلف – أسلمَهم صدوراً وأقلهم غيبة

Orang yang paling utama di antara mereka (salaf) adalah yang paling lurus hatinya dan yang paling sedikit ghibah-nya” (HR. Ath Thabrani)

Sufyan bin Dinar mengatakan,

قلت لأبي بشير – وكان من أصحاب علي – : أخبرني عن أعمال من كان قبلنا ، قال : كانوا يعملون يسيراً ويؤجرون كثيراً ، قال قلت : ولم ذلك ؟ قال : لسلامة صدورهم

Aku berkata kepada Abu Basyir (ia adalah salah satu murid Ali bin Abi Thalib), “Kabarkan kepada saya amalan apa yang biasa diamalkan orang-orang sebelum kita (para salaf)?”Ia berkata, “Mereka beramal sedikit namun mendapatkan banyak pahala.: Aku bertanya, “Bagaimana bisa begitu?” Ia berkata, “Karena lurusnya hati mereka.” (HR.Ibnus Sirri)

Wallahu a’lam.

Semoga dengan hati yang lurus, Allah Subhaanahu wa Ta’ala menerima ibadah shaum kita. Amin.


BACA JUGA: Hal-hal Tentang Ibadah Puasa


رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

والسلام علىكم ورحمة الله و بركاته

 

Artikel SebelumnyaHikmah Melaksanakan Ibadah Puasa
Artikel SelanjutnyaHukum Puasa Ramadhan dan Dalil-Dalilnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini