Rusaknya ‘Aqidah Ahli Kitab

Kajian Tafsir Surah At-Taubah ayat 30

0
282

Kajian Tafsir Surah At-Taubah ayat 30. Rusaknya ‘aqidah Ahli Kitab karena menisbatkan anak kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala, dan bahwa Dia bersih dari sekutu dan serupa dengan makhluk-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (٣٠)

Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putera Allah.” Dan orang-orang Nasrani berkata, “Al Masih putera Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling? (Q.S. At-Taubah : 30)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa qālatil yahūdu (dan orang-orang Yahudi berkata), yakni orang-orang Yahudi penduduk Medinah.

‘Uzairunibnullāhi wa qālatin nashāra (“Uzair adalah putra Allah,” dan orang Nasrani berkata), yakni orang-orang Nasrani penduduk Najran.

Al-masīhubnullāh, dzālika qauluhum bi afwāhihim (“Almasih adalah putra Allah.” Itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka), yakni dengan lisan-lisan mereka. Yudlāhi-ūna (mereka meniru), yakni menyerupai.

Qaulal ladzīna kafarū ming qabl (perkataan orang-orang kafir sebelumnya), yakni sebelum mereka, yaitu penduduk Mekah, sebab orang-orang Mekah juga mengatakan bahwa lata, ‘uzza, dan manat adalah putri-putri Allah. Seperti itu pulalah orang-orang Yahudi mengatakan bahwa ‘Uzair adalah putra Allah dan orang Nasrani mengatakan bahwa Almasih adalah putra Allah. Sebagian kaum Nasrani mengatakan bahwa Almasih adalah sekutu Allah; sebagian lagi mengatakan bahwa Almasih adalah Allah; dan sebagian yang lain menyatakan bahwa Almasih adalah yang ketiga dari yang tiga.

Qātalahumullāhu annā yu’fakūn (Allah melaknat mereka, bagaimana mereka bisa dipalingkan?), yakni dari mana mereka bisa berdusta seperti itu.

BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-10 lengkap

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

30.[21] Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putera Allah.”[22] Dan orang-orang Nasrani berkata, “Al Masih putera Allah.” Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka[23]. Mereka meniru ucapan orang-orang kafir yang terdahulu[24]. Allah melaknat mereka; bagaimana mereka sampai berpaling[25]?

[21] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala memerintahkan memerangi Ahli Kitab, Allah menyebutkan di antara perkataan mereka yang kotor yang mendorong kaum mukmin yang memiliki kecemburuan kepada Allah dan kepada agama mereka untuk memerangi mereka dan mengerahkan tenaga semampunya dala memerangi mereka.

[22] Ucapan ini meskipun tidak diucapkan oleh semua orang-orang Yahudi, namun diucapkan oleh sebagian mereka yang menunjukkan bahwa di dalam orang-orang Yahudi terdapat kekotoran dan keburukan yang membuat mereka berani berkata seperti ini dan mencacatkan keagungan Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Ada yang berpendapat, bahwa sesbab mereka mengatakan Uzair putera Allah adalah karena ketika Allah memberikan kekuasaan kepada raja-raja untuk menguasa Bani Israil dan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya, serta mereka bunuh para pemikul Taurat, lalu mereka menemukan ‘Uzair yang hapal kitab itu atau sebagian besarnya, lalu ia mengimla (mendikte)kan melalui hapalannya, dan orang-orang menyalinnya, maka mereka pun mengatakan kata-kata keji itu, Maha Suci Allah dari perkataan yang keji itu.

[23] Tanpa berdasar sama sekali.

[24] Yakni bertaqlid dengan mereka atau bertaqlid dengan orang-orang musyrik yang mengatakan bahwa para malaikat adalah puteri Allah, hati mereka sama sehingga ucapannya pun tidak jauh beda.

[25] Yakni bagaimana mereka bisa dipalingkan dari kebenaran padahal keterangan dan buktinya jelas. Sungguh aneh, mengapa umat yang besar bisa sepakat terhadap suatu perkataan yang jelas batilnya berdasarkan akal pikiran jika mereka mau berpikir. Sudah barang tentu, ada sebab yang membuat mereka berkata seperti itu, yaitu karena mereka menjadikan ulama mereka dan ahli ibadah mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah sebagaimana diterangkan dalam ayat selanjutnya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Orang-orang Yahudi berkata, “Uzair itu putra Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Almasih itu) yakni Nabi Isa (adalah putra Allah.” Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka tanpa ada sandaran dalil yang mendukung perkataannya itu, bahkan (mereka meniru-niru) perkataan mereka itu meniru (perkataan orang-orang kafir yang terdahulu) dari kalangan nenek moyang mereka, karena menuruti tradisi mereka. (Semoga mereka dilaknat) dikutuk (oleh Allah, bagaimana) mengapa (mereka sampai berpaling) maksudnya bagaimana mereka sampai berani berpaling dari kebenaran, padahal dalilnya sudah jelas dan gamblang.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah menganjurkan kepada kaum mukmin untuk memerangi orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka telah mengucapkan perkataan yang sangat keji itu dan membuat kedustaan terhadap Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Orang-orang Yahudi mengatakan bahwa sesungguhnya Uzair itu adalah putra Allah. Mahatinggi Allah Subhaanahu wa Ta’aala  dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

As-Saddi dan lain-lainnya menuturkan bahwa kekeliruan yang terjadi di kalangan mereka dalam hal tersebut bermula di saat kaum Amaliqah mengalahkan kaum Bani Israil, lalu kaum Amaliqah membunuh ulama mereka dan menahan para pemimpin mereka. Uzair selamat dan ia menangisi nasib kaum Bani Israil dan lenyapnya ilmu dari mereka, sehingga bulu matanya rontok.

Pada suatu hari ia melewati sebuah padang sahara, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang sedang menangis di sebuah kuburan seraya berkata, “Aduhai pemberi makan, aduhai pemberi pakaian.” Maka Uzair berkata kepada wanita itu, “Celakalah kamu, siapakah yang memberimu makan sebelum orang yang telah mati ini?” Wanita menjawab, “Allah” Uzair berkata, “Sesungguhnya Allah Maha Hidup. Tidak akan mati

Wanita itu balik bertanya, “Hai Uzair, siapakah yang mengajar ulama sebelum Bani Israil?” Uzair menjawab.”Allah.” Wanita itu balik bertanya, “Maka mengapa engkau tangisi kepergian mereka?”

Uzair sadar bahwa hal ini merupakan nasihat bagi dirinya. Kemudian dikatakan kepada Uzair, “Pergilah kamu ke sungai anu lalu mandilah padanya serta shalatlah dua rakaat. Maka sesungguhnya kamu akan bersua dengan seseorang yang sudah tua di sana, dan makanan apa saja yang diberikannya kepadamu, makanlah makanan itu.”

Uzair berangkat dan melakukan semua yang diperintahkan kepadanya. Tiba-tiba ia bersua dengan seseorang yang sudah tua, lalu orang tua itu berkata kepadanya, “Bukalah mulutmu!”‘ Maka Uzair membuka mulutnya, dan orang tua itu memasukkan sesuatu yang bentuknya seperti bara api yang besar sebanyak tiga kali ke dalam mulut Uzair. Sesudah itu Uzair kembali dalam keadaan sebagai orang yang paling alim mengenai isi kitab Taurat.

Uzair berkata (kepada kaumnya), “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa Taurat.” Mereka menjawab,’ “Hai Uzair, engkau bukanlah seorang pendusta.” Lalu Uzair mengambil sebuah pena dan mengikatkannya ke salah satu jari tangannya, kemudian mulai menulis seluruh isi kitab Taurat dengan pena itu. Setelah orang-orang Bani Israil pulang dari peperangan melawan musuhnya, para ulama mereka ikut pulang pula, lalu mereka diberi tahu perihal Uzair. Maka mereka mengeluarkan salinan kitab Taurat yang mereka simpan di bukit, lalu menyamakannya dengan hasil tulisan Uzair. Ternyata mereka menjumpai apa yang ditulis oleh Uzair benar, sama dengan salinan Taurat yang ada pada mereka. Maka sebagian orang-orang yang bodoh dari kalangan Bani Israil mengatakan, “Sesungguhnya dia mampu berbuat demikian tiada lain karena dia putra Allah.”

Adapun mengenai kesesatan orang-orang Nasrani mengenai Al-Masih sudah jelas. Karena itulah maka Allah membantah kedustaan kedua golongan itu melalui firman-Nya:

Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. (At-Taubah: 30)

Artinya tidak ada sandarannya bagi mereka dalam apa yang mereka dakwakan itu kecuali hanya semata-mata buat-buatan dan kebohongan mereka sendiri.

Mereka meniru-niru. (At-Taubah: 30)

Yakni menjiplak.

Perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. (At-Taubah: 30)

Yaitu umat-umat sebelum mereka yang sesat. Akhirnya mereka sesat seperti umat-umat terdahulu yang sesat.

Dilaknati Allah-lah mereka. (At-Taubah: 30)

Menurut Ibnu Abbas, makna ayat ini ialah ‘semoga Allah melaknati mereka’.

BACA JUGA Kajian ayat berikutnya ....

bagaimana mereka sampai berpaling? (At-Taubah: 30)

Maksudnya, bagaimana mereka sampai sesat dari jalan yang benar, padahal jalan yang hak sudah jelas; dan mengapa mereka bisa cenderung kepada yang batil?

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaDia Bersih dari Sekutu
Artikel SelanjutnyaOrang-orang Kafir yang Melakukan Permusuhan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini