Prinsip dan Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

0
1442

Pada postingan ini ada beberapa hal yang menjadi catatan saya, yaitu yang berhubungan dengan Prinsip-prinsip literasi sekolah dan strategi membangun budaya literasi sekolah.

Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah terbitan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan hal-hal berikut:

Prinsip-prinsip Literasi Sekolah

Menurut Beers (2009), praktik-praktik yang baik dalam Gerakan Literasi Sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat diprediksi

Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis saling beririsan antartahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan literasi siswa dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.

.

Program literasi yang baik bersifat berimbang

Sekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda. Oleh karena itu, strategi, teknik membaca dan jenis teks yang mereka baca perlu bervariasi dan sesuai dengan jenjang pendidikan. Program literasi yang bermakna dapat dengan cara memanfaatkan bahan bacaan kaya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.

.

Program literasi terintegrasi dengan kurikulum

Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran, sebab pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu bagi guru semua mata pelajaran.

.

Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun

Misalnya, ‘menulis surat kepada presiden’ atau ‘membaca untuk ibu’ merupakan contoh-contoh kegiatan literasi yang bermakna.

.

Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan

Kelas berbasis literasi yang kuat dapat memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga perlu membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat terasah. Siswa perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan.

.

Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaran terhadap keberagaman

Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di sekolah. Bahan bacaan untuk peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar mereka dapat terpajan pada pengalaman multikultural.

.

Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah

Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya literasi, Beers, dkk. (2009) dalam buku A Principal’s Guide to Literacy Instruction, menyampaikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi

Lingkungan fisik adalah hal pertama yang terlihat dan dapat terasakan warga sekolah. Oleh karena itu, lingkungan fisik perlu terlihat ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi sebaiknya memajang karya siswa dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru.

Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa. Selain itu, peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literasi.

.

Mengupayakan lingkungan sosial dan afektif sebagai model komunikasi dan interaksi yang literat

Pembangunan lingkungan sosial dan afektif melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat kita kembangkan dengan pengakuan atas capaian siswa sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek.

Prestasi yang dihargai bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya siswa. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi dapat mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran. Ini bisa terealisasi dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya.

Pimpinan sekolah selayaknya berperan aktif dalam menggerakkan literasi, antara lain dengan membangun budaya kolaboratif antarguru dan tenaga kependidikan. Dengan demikian, setiap orang dapat terlibat sesuai kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai relawan gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literasi.

.

Mengupayakan sekolah sebagai lingkungan akademik yang literat

Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademik. Ini dapat kita lihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi.

Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan guru membacakan Buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.

Demikianlah, semoga dengan memahami Prinsip-prinsip Literasi Sekolah dan Strategi Membangun Budaya Literasi Sekolah kita dapat melaksanakan Gerakan yang mulia ini.

Salam literasi!

Kecilnyaaku.com

Artikel SebelumnyaApa itu Gerakan Literasi Sekolah?
Artikel SelanjutnyaPuisi yang Menyentuh Hasrat Untuk Mengubah Diri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini