Perkataan yang Diucapkan Kaum Nabi Syu’aib

Tafsir Al-Qur’an: Surah Hud ayat 87

0
345

Kajian Tafsir Surah Hud ayat 87. Perkataan yang diucapkan kaum Nabi Syu’aib ‘alaihis salam. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قَالُواْ يَا شُعَيْبُ أَصَلاَتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آبَاؤُنَا أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِي أَمْوَالِنَا مَا نَشَاء إِنَّكَ لَأَنتَ الْحَلِيمُ الرَّشِيدُ -٨٧

Mereka berkata, “Wahai Syu’aib! Apakah shalatmu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki. Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai.” (Q.S. Hud : 87)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qālū yā syu‘aibu a shalātuka (mereka berkata, “Hai Syu‘aib, apakah shalatmu), yakni banyaknya kamu mengerjakan shalat.

Ta’muruka an natruka mā ya‘budu ābā-unā (yang menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh leluhur kami), yakni berhala-berhala yang disembah oleh leluhur kami.

Au an naf‘ala fī amwālinā mā nasyā’ (atau melarang kami berbuat sesuka kami terhadap harta benda kami), termasuk mengurangi takaran dan timbangan.

Innaka la aηtal halīmur rasyīd (sesungguhnya kamu adalah seorang penyantun lagi berakal”), yakni seorang yang dungu lagi sesat. Ungkapan ini merupakan cemoohan terhadap Syu‘aib.


BACA JUGA: Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-12 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Mereka berkata[12], “Wahai Syu’aib! Apakah shalatmu yang menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami[13] atau melarang kami mengelola harta kami menurut cara yang kami kehendaki[14]. Sesungguhnya engkau benar-benar orang yang sangat penyantun dan pandai[15].”

[12] Dengan nada mengejek.

[13] Yaitu patung-patung.

[14] Maksud mereka adalah bahwa hal ini menurut mereka adalah perkara yang batil, tidak mungkin diserukan oleh orang yang mengajak kepada kebaikan. Menurut mereka, perintah Beliau memenuhi takaran dan timbangan serta menunaikan hak yang wajib tidaklah wajib dilakukan mereka, karena harta itu adalah harta mereka dan Beliau tidak berhak apa-apa terhadapnya.

[15] Perkataan ini mereka ucapkan untuk mengejek Nabi Syu’aib ‘alaihis salam.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Mereka berkata) kepada Nabi (Syu‘aib dengan nada mengejek (“Hai (Syu‘aib! Apakah salatmu menyuruhmu) membebankan kepadamu (agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami) yaitu berhala-berhala (atau) melarang kami (mencegah kami melakukan apa yang kami kehendaki tentang harta kami) maksudnya hal ini tidak benar sama sekali, tidak ada seorang pun yang menyeru kepada kebaikan. (Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.”) mereka mengatakan demikian dengan nada mengejek dan mencemoohkan Nabi (Syu‘aib.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Mereka menjawab Syu’aib dengan nada memperolok-olok, semoga Allah melaknat mereka.

Apakah sembahyangmu. (Hud: 87)

Menurut Al-A’masy, makna yang dimaksud ialah apakah kitab bacaanmu.

Menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami. (Hud: 87)

Yakni berhala-berhala dan patung-patung.

Atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. (Hud: 87)

Lalu kami tidak lagi melakukan kecurangan dalam takaran hanya karena ucapanmu. Yang dimaksud adalah harta kami, kami berbuat menurut apa yang kami kehendaki.

Al-Hasan mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Apakah sembahyangmu menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami? (Hud: 87) Yakni demi Allah, sesungguhnya salat Syu’aib benar-benar memerintahkan kepada mereka agar meninggalkan apa yang disembah oleh nenek moyang mereka.

As-Sauri mengatakan sehubungan firman-Nya: atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. (Hud: 87) Yang-mereka maksudkan ialah zakat.

Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal (Hud: 87)

Ibnu Abbas, Maimun ibnu Mahran, Ibnu Juraij, Aslam, dan Ibnu Jarir mengatakan bahwa mereka mengucapkan kalimat tersebut kepada Nabi Syu’aib dengan nada memperolok-olok. Mereka adalah musuh Allah, semoga Allah melaknat mereka, dan memang laknat Allah menimpa mereka.

Dan hanya bagi Allah-lah segala puji.

 

Artikel SebelumnyaBukti yang Nyata
Artikel SelanjutnyaPenuhilah Takaran dan Timbangan dengan Adil