Perkataan yang Benar

Tafsir Al-Qur’an: Surah Maryam ayat 34-35

0
549

Kajian Tafsir Surah Maryam ayat 34-35. Itulah Isa putra Maryam; sebagai perkataan yang benar. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

ذَلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ (٣٤) مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ سُبْحَانَهُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ (٣٥)

Itulah Isa putra Maryam; sebagai perkataan yang benar, yang mereka ragukan kebenarannya. Tidak patut bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (Q.S. Maryam : 34-35)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Dzālika ‘īsabnu maryama (itulah ‘Isa putra Maryam), yakni itulah kisah ‘Isa a.s. putra Maryam.

Qaulal haqqi (perkataan yang benar), yakni kisah yang benar.

Alladzī fīhī (yang tentangnya), yakni tentang ‘Isa a.s.

Yamtarūn (mereka ragu-ragu), yakni orang-orang Nasrani ragu-ragu. Sebagian di antara mereka mengatakan bahwa ‘Isa adalah Allah, putra Allah, dan ada pula yang mengatakan ‘Isa a.s. sebagai sekutu-Nya.

Mā kāna lillāhi (tidak sepantasnya Allah), yakni tidak selayaknya Allah Ta‘ala.

Ay yattakhidza miw waladiη subhānah (mempunyai anak, Maha Suci Dia), yakni sucikanlah Dzat-Nya dari memiliki anak dan sekutu.

Idzā qadlā amran (apabila Dia hendak menetapkan suatu perkara), yakni apabila Dia hendak menciptakan anak tanpa ayah.

Fa innamā yaqūlu lahū kuη fa yakūn (maka Dia hanya Mengatakan kepadanya, “Jadilah!”, maka jadilah ia) seorang anak tanpa ayah seperti halnya ‘Isa a.s. Ketika ‘Isa a.s. datang mengemban risalah kepada kaumnya, dia berkata, “Sesungguhnya aku adalah Hamba Allah dan Kekasih-Nya.”


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Itulah[24] Isa putra Maryam; sebagai perkataan yang benar[25], yang mereka ragukan kebenarannya.

[24] Yakni yang disifati dengan sifat-sifat tersebut adalah Isa putra Maryam.

[25] Berita yang Allah sebutkan inilah yang benar, sedangkan berita yang menyelisihinya adalah dusta. Oleh karena itu mereka meragukan kebenarannya.

  1. Tidak patut bagi Allah mempunyai anak[26], Maha Suci Dia[27]. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu[28], maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu[29].

[26] Yakni mustahil Dia mempunyai anak, karena Dia Maha Kaya lagi Maha Terpuji, Milik-Nya semua yang ada di langit dan di bumi, maka bagaimana mungkin Dia mengambil hamba dan milik-Nya sebagai anak?!

[27] Dari memiliki anak dan dari segala kekurangan.

[28] Baik sesuatu yang besar maupun kecil, tidaklah berat bagi-Nya.

[29] Termasuk di antaranya adalah penciptaan Isa tanpa bapak, yang demikian mudah bagi-Nya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar) jika lafal Alqaul dibaca Rafa’, berarti menjadi Khabar dari Mubtada yang diperkirakan keberadaannya, maksudnya, perkataan Isa bin Maryam adalah perkataan yang benar. Kalau dibaca Nashab berarti ada lafal Qultu yang diperkirakan keberadaannya sebelumnya, maksudnya Aku mengatakan perkataan yang benar (yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya) lafal Yamtaruuna berasal dari kata Al Miryah; mereka meragukan kebenarannya, mereka adalah orang-orang Nasrani; mereka mengatakan perkataan yang dusta, yaitu, “Sesungguhnya Isa itu adalah anak Allah”.
  2. (Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia) dari hal tersebut. (Apabila Dia telah menetapkan sesuatu) yakni, Dia berkehendak untuk menciptakannya (maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah” maka jadilah dia) kalau dibaca Rafa’ yaitu Yakuunu berarti ada lafal Huwa atau dia yang diperkirakan keberadaannya, kalau dibaca Nashab yaitu berarti dengan memperkirakan lafal An sebelumnya. Oleh sebab itu maka Nabi Isa diciptakan tanpa ayah.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. berfirman kepada Nabi Muhammad, Rasul-Nya, bahwa kisah yang Kami ceritakan kepadamu merupakan sebagian dari kisah tentang Isa a.s.

Adalah kisah yang sebenarnya, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. (Maryam: 34)

Yakni orang-orang yang batil dan orang-orang yang hak dari kalangan orang-orang yang beriman kepadanya dan orang-orang yang kafir kepada-Nya, berbantah-bantahan mengenai kebenarannya. Karena itulah sebagian besar ulama membacanya qaulul haq dengan di-raya’-kan. Tetapi Asim dan Abdullah ibnu Amir membacanya qaulul haqqi. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa dia membacanya dengan bacaan ‘isabna maryama.

Penulis mengatakan Irab yang lebih jelas adalah bacaan rafa’ yang diperkuat oleh firman Allah Swt. yang berbunyi:

الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu. (Al-Baqarah: 147)

Setelah Allah menyebutkan bahwa Dia menciptakan Isa sebagai hamba dan nabi-Nya, lalu Allah Swt. membersihkan dari-Nya Yang Maha suci melalui firman-Nya.

Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha suci Dia. (Maryam: 35)

Artinya, Maha Suci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang bodoh lagi zalim dan melampaui batas itu dengan kesucian yang sebesar-besarnya.

Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah ia. (Maryam: 35)

Dengan kata lain, apabila Allah menghendaki sesuatu, sesungguhnya Dia hanya berkata kepadanya; maka jadilah apa yang dikehendaki-Nya itu sesuai dengan keinginan-Nya. Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَلا تَكُنْ مِنَ الْمُمْتَرِينَ

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah ” (seorang manusia), maka jadilah dia. (Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Ali Imran: 59-60)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaAllah Itu Tuhanku dan Tuhanmu
Artikel SelanjutnyaPentingnya Berbakti kepada Kedua Orang Tua