Perintah Ketundukan dan Mengikhlaskan Amal

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Jinn Ayat 20-23

0
843

Kajian Tafsir:  Surah Al-Jinn Ayat 20-23. Perintah kepada Rasulullah ﷺ untuk menyebutkan secara terang-terangan ketundukannya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan mengikhlaskan amal karena-Nya.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ إِنَّمَا أَدْعُو رَبِّي وَلَا أُشْرِكُ بِهِ أَحَداً -٢٠- قُلْ إِنِّي لَا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرّاً وَلَا رَشَداً -٢١- قُلْ إِنِّي لَن يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِن دُونِهِ مُلْتَحَداً -٢٢- إِلَّا بَلَاغاً مِّنَ اللَّهِ وَرِسَالَاتِهِ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً -٢٣

Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan.” Katakanlah, “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.” Akan tetapi, (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (Q.S. Al-Jinn : 20-23)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qul innamā ad‘ū (katakanlah, Sesungguhnya aku hanya menyeru), yakni mengibadahi.

Rabbī (Rabb-ku), dan aku mengajak semua makhluk kepada-Nya.

Wa lā usyriku bihī ahadā (dan aku tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya).

Qul (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!

Innī lā amliku lakum dlarran (Sesungguhnya aku tidak menguasai sesuatu kemudaratan untuk kalian), yakni untuk menolak kemudaratan, kehinaan, dan azab.

Wa lā rasyadā (dan tidak pula sesuatu petunjuk), yakni dan tidak pula untuk mendatangkan manfaat dan hidayah.

Qul (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!

Innī lay yujīranī minallāhi (sesungguhnya sama sekali tak ada yang dapat melindungiku dari Allah), yakni dari Azab Allah Ta‘ala.

Ahadun (seorang pun), jika aku mendurhakai-Nya.

Wa lan ajida miη dūnihī (dan aku sekali-kali tak akan mendapatkan selain dari-Nya), yakni dalam menghadapi Azab Allah Ta‘ala.

Multahadā (tempat berlindung), yakni tempat perlindungan dan terowongan di bumi.

Illā balāgham minallāhi wa risālātihī (kecuali menyampaikan dari Allah dan Risalah-risalah-Nya), yakni tak ada yang akan menyelamatkan aku kecuali kalau aku menyampaikan (apa yang diperintahkan) Allah Ta‘ala dan Risalah-risalah-Nya.

Wa may ya‘shillāha (dan barangsiapa mendurhakai Allah) berkenaan dengan masalah tauhid.

Wa rasūlahū (serta Rasul-Nya) dalam penyampaian risalah.

Fa inna lahū (maka sesungguhnya bagi ia) di akhirat.

Nāra jahannama khālidīna fīhā (adalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya), yakni mereka langgeng di dalam neraka. Tak akan mati dan tak akan dikeluarkan dari dalamnya.

Abadā (selama-lamanya).


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-29


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. Katakanlah (Muhammad)[7], “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.”

[7] Sebagai jawaban terhadap ajakan orang-orang kafir untuk meninggalkan menyembah Allah, atau maksudnya perintah Allah kepada Beliau agar menerangkan hakikat ajakan Beliau.

  1. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak kuasa menolak mudharat maupun mendatangkan kebaikan kepadamu[8].”

[8] Karena aku seorang hamba dan tidak berkuasa apa-apa.

  1. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah[9] dan aku tidak akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.”

[9] Jika aku durhaka kepada-Nya.

  1. (Aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya[10]. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya[11], maka sesungguhnya dia akan mendapat (azab) neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.

[10] Yakni aku tidak berbeda dengan manusia yang lain, hanyasaja Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengistimewakan aku untuk menyampaikan risalah-Nya dan mengajak manusia kepada-Nya, sehingga dengan begitu tegaklah hujjah atas manusia.

[11] Dengan melakukan kekafiran sebagaimana diterangkan oleh ayat-ayat yang lain yang muhkam (jelas). Adapun jika sekedar melakukan maksiat yang berada di bawah kekafiran, maka tidaklah membuat kekal di neraka sebagaimana ditunjukkan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah ﷺ serta disepakati oleh salaful ummah dan para imam umat ini.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Berkatalah dia) Nabi Muhammad berkata sebagai jawabannya terhadap orang-orang kafir yang mengatakan kepadanya, kembalilah kamu dari apa yang kamu lakukan sekarang ini. Akan tetapi menurut qiraat yang lain lafal qaala dibaca qul, artinya katakanlah: (“Sesungguhnya aku hanya menyembah Rabbku) sebagai Tuhanku (dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.”)
  2. (Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak kuasa untuk mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepada kalian) atau keburukan (dan tidak pula sesuatu kemanfaatan.”) Atau kebaikan.
  3. (Katakanlah, “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada yang dapat melindungiku dari Allah) dari azab-Nya jika aku mendurhakai-Nya (seseorang pun, dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh selain dari-Nya) atau selain-Nya (tempat untuk berlindung) maksudnya, tempat aku berlindung.
  4. (Akan tetapi, aku hanya, menyampaikan peringatan) makna yang dikandung dalam lafal ini merupakan pengecualian atau istitsna dari maf’ul atau objek yang terdapat di dalam lafal amliku. Yakni aku tiada memiliki bagi kalian selain hanya menyampaikan peringatan (dari Allah) yang aku terima dari-Nya (dan risalah-Nya) lafal ini diathafkan kepada lafal balaaghan dan lafal-lafal yang terdapat di antara mustatsna minhu dan istitsna merupakan jumlah mu`taridhah atau kalimat sisipan yang berfungsi untuk mengukuhkan makna tiada memiliki. (Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya) dalam hal ketauhidan, lalu ia tidak beriman (maka sesungguhnya baginya neraka Jahanam, mereka kekal) lafal khaalidiina adalah hal atau kata keterangan keadaan dari dhamir man. Sehubungan dengan lafal lahuu dhamir yang ada padanya adalah untuk menyesuaikan maknanya dengan lafal man. Lafal khaalidiina ini merupakan hal dari lafal yang tidak disebutkan, lengkapnya mereka memasukinya dalam keadaan pasti kekal (di dalamnya untuk selama-lamanya.)

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.

Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku dan aku tidak mempersekutukan sesuatu pun dengan-Nya.” (Al-Jin: 20)

Yakni Rasul ﷺ berkata kepada mereka saat mereka mengganggunya, menentang dan mendustakannya, serta bersatu padu di antara sesamanya untuk melawan kebenaran yang disampaikannya, dan sepakat untuk memusuhinya:

Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku. (Al-Jin: 20)

Yaitu sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhanku semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan aku berlindung dan bertawakal kepada-Nya.

dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan-Nya. (Al-Jin: 20)

Adapun firman Allah Swt.:

Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan.” (Al-Jin: 21)

Yakni sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian yang diberi wahyu kepadaku, juga sebagai seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Aku tidak mempunyai kuasa untuk memberi kalian petunjuk dan tidak kuasa pula membuat kalian sesat, bahkan hal tersebut berada di tangan kekuasaan Allah Swt. semata. Kemudian Nabi ﷺ menceritakan tentang keadaan dirinya, bahwa tiada seorang pun yang dapat melindunginya dari azab Allah jika ia berbuat durhaka kepada-Nya. Yakni tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan diriku dari azab-Nya.

dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya. (Al-Jin: 22)

Mujahid, Qatadah, dan As-Saddi berkata, “Tiada pelindung,” Qatadah pun mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: Katakanlah, “Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain dari-Nya.” (Al-Jin: 22) Maksudnya, tiada penolong dan tiada pelindung. Menurut pendapat yang lain, tiada penyelamat dan tiada tempat berlindung.

Firman Allah Swt.:

Akan tetapi (aku hanya) menyampaikan (peringatan) dari Allah dan risalah-Nya. (Al-Jin: 23)

Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa ini merupakan pengecualian dari firman-Nya:

Katakanlah, “Sesungguhnya aku tidakkuasa mendatangkan sesuatu kemudaratanpun kepadamu dan tidak(pula) sesuatu kemanfaatan.” (Al-Jin: 21)

Kelanjutannya ialah “Kecuali (aku hanya) menyampaikan (peringatan).” Akan tetapi, dapat pula ditakwilkan sebagai mustasna (pengecualian) dari firman-Nya:

sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah. (Al-Jin: 22)

Artinya, tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari azab-Nya dan tiada pula yang dapat menyelamatkan diriku kecuali bila aku menyampaikan risalah yang diamanatkan kepadaku untuk menyampaikannya. Dengan demikian, berarti semakna dengan apa yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ

Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. (Al-Maidah: 67)

Adapun firman Allah Swt:

Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (Al-Jin: 23)

Yakni aku menyampaikan risalah Allah kepadamu; dan barang siapa yang durhaka kepada-Nya sesudah itu, maka balasan yang akan diterimanya adalah dimasukkan ke dalam neraka Jahanam.

mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. (Al-Jin: 23)

Yaitu tiada jalan selamat bagi mereka darinya dan tiada pula mereka dikeluarkan darinya.

Hanya Allah Yang Maha Mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaSiapakah yang Lebih Lemah Penolongnya
Artikel SelanjutnyaBerkumpulnya Jin di Dekat Rasulullah ﷺ