Al-Baqarah Ayat 66, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 66

0
17

Surah Al-Baqarah Ayat 66 menunjukkan bahwa peristiwa yang digambarkan dalam ayat sebelumnya dijadikan sebagai peringatan bagi manusia, baik pada masa itu maupun bagi generasi yang akan datang.

Ini adalah pengingat bagi orang-orang agar memperhatikan tindakan mereka dan menarik pelajaran dari peristiwa-peristiwa tersebut. Ayat ini menekankan bahwa pelajaran dan peringatan dalam Al-Qur’an tidak hanya relevan bagi masa lalu, tetapi juga bagi masa kini dan masa yang akan datang, khususnya bagi orang-orang yang bertakwa.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

فَجَعَلْنٰهَا نَكَالًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِيْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 66

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 66 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Fa ja‘alnāhā (lalu Kami menjadikannya).

Nakālan (sebagai hukuman).

Limā baina yadaihā (bagi apa-apa yang ada di antara keduanya).

Wa mā khalfahā (dan apa-apa yang ada di belakangnya).

Wa mau‘izhatal lil muttaqīn (serta sebagai nasihat bagi orang-orang yang bertakwa).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 66

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 66 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(lalu Kami menjadikannya), yakni (pengubahan menjadi) monyet-monyet tersebut.

(sebagai hukuman), yakni siksaan.

(bagi apa-apa yang ada di antara keduanya), yakni atas dosa-dosa yang telah (mereka perbuat).

(dan apa-apa yang ada di belakangnya), yakni agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang ada sesudah mereka, sehingga tidak mengikuti mereka.

(serta sebagai nasihat bagi orang-orang yang bertakwa), yakni sebagai nasihat dan larangan bagi orang-orang yang bertakwa, yang meneladani Nabi Muhammad ﷺ dan para shahabatnya.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

Maka Kami jadikan (yang demikian) itu sebagai peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian[26], serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa[27].

[26] Sehingga hujjah telah tegak dan agar mereka tidak bermaksiat kepada-Nya.

[27] Sehingga mereka dapat bersabar di atas ketakwaan, dan peringatan itu hanya bermanfa’at bagi orang-orang yang bertakwa saja

.

Tafsir Jalalain

(Maka Kami jadikan dia) maksudnya hukuman tersebut.

(sebagai peringatan) cermin perbandingan hingga mereka tidak melakukannya lagi.

(bagi umat-umat di masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian) (serta menjadi pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa) kepada Allah Taala. Dikhususkan bagi orang-orang ini, karena hanya merekalah yang dapat mengambil manfaat darinya sedangkan orang lain tidak.

Tadarus: Juz 1: Meresapi Keagungan Al-Fatihah & Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Maka Kami jadikan yang demikian Uzi sebagai peringatan. (Al-Baqarah: 66)

Sebagian Mufassirin mengatakan bahwa damir yang terkandung pada lafaz faja’alnaahaa kembali kepada al-qiradah (menjadi kera). Menurut pendapat lain kembali kepada al-hiitaan (ikan-ikan). Menurut pendapat yang lainnya kembali kepada siksaan, dan menurut yang lainnya lagi kembali kepada al-qaryah (kampung tempat mereka tinggal). Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir.

Menurut pendapat yang sahih, damir tersebut kembali kepada alqaryah, yakni Allah menjadikan kampung itu; sedangkan yang dimaksud adalah para penduduknya, karena merekalah yang melakukan pelanggaran di hari Sabtu.

Nakaalan, peringatan; yakni Kami siksa mereka dengan suatu siksaan, lalu Kami jadikan siksaan itu sebagai peringatan, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya mengenai Fir’aun, yaitu:

Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan di dunia. (An-Nazi’at: 25)

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Bagi orang-orang di masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian. (Al-Baqarah: 66)

Damir ha kembali kepada al-qura (kampung-kampung). Ibnu Abbas mengatakan bahwa Kami jadikan siksaan yang telah menimpa penduduk kampung tersebut sebagai pelajaran atau peringatan bagi orang-orang yang ada di kampung-kampung sekitarnya, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu:

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian dan Kami telah mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami berulang-ulang supaya mereka kembali (bertobat). (Al-Ahqaf: 27)

Termasuk ke dalam pengertian ini firman lainnya, yaitu:

Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya (sekitarnya). (Ar-Ra’d: 41)

Makna yang dimaksud dengan lafaz limaa baina yadaihaa wa maa khalfahaa ialah menyangkut tempat, seperti yang dikatakan oleh Muhammad Ibnu Ishaq, dari Dawud ibnul Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa limaa bainaha artinya penduduk karnpung setempat; wa maa khalfahaa, penduduk kampung-kampung yang di sekitamya. Hal yang sama dikatakan pula oleh Sa’id ibnu Jubair, bahwa limaa baina yadaihaa wa maa khalfahaa, artinya orang yang ada di tempat tersebut di masa itu.

Telah diriwayatkan oleh Ismail ibnu Abu Khalid, Qatadah, dan Atiyyah Al-Aufi sehubungan dengan tafsir firman-Nya:

Maka Kami jadikan yang demikian itu sebagai peringatan bagi orang-orang di masa itu. (Al-Baqarah: 66)

Maa baina yadaihaa artinya maa qablahaa, yakni bagi orang-orang yang sebelumnya yang menyangkut masalah hari Sabtu. Abul Aliyah, ArRabi’, dan Atiyyah mengatakan bahwa wa maa khalfahaa artinya buat orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan Bani Israil agar mereka tidak melakukan hal yang semisal dengan perbuatan orang-orang yang dikutuk itu. Mereka mengatakan bahwa makna yang dimaksud dari lafaz ma baina yadaiha wa maa khalfahaa berkaitan dengan zaman, yakni sebelum dan sesudahnya.

Pengertian tersebut dapat dibenarkan bila dikaitkan dengan orang-orang sesudah mereka, agar apa yang telah menimpa penduduk kampung itu menjadi peringatan dan pelajaran bagi mereka. Jika dikaitkan dengan orang-orang sebelum mereka, mana mungkin ayat ini ditafsirkan dengan makna tersebut, yakni sebagai pelajaran dan peringatan buat orang-orang sebelum mereka? Barangkali setelah dipahami tidak ada seorang pun yang mengatakan demikian.

Dengan demikian, maka tertentulah pengertan lafaz maa baina yadaihaa wa maa khalfahaa artinya `buat orang-orang yang tinggal di kampung-kampung sekitamya’. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Sa’id ibnu Jubair.

Abu Ja’far Ar-Razi meriwayatkan dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah, mengenai firman-Nya:

Maka Kami jadikan yang demikian itu sebagai peringatan bagi orang-orang di masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian. (Al-Baqarah: 66)

Bahwa makna yang dimaksud ialah sebagai hukuman terhadap dosadosa mereka yang sekarang dan yang lalu.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Ikrimah, Mujahid, As-Saddi Al-Farra, dan Ibnu Atiyyah bahwa limaa baina yadaihaa artinya `bagi dosa-dosa kaum tersebut’, sedangkan wa maa khalfahaa artinya `bagi orang sesudahnya yang berani melakukan hal yang semisal dengan dosa-dosa mereka itu’.

Ar-Razi meriwayatkan tiga buah pendapat sehubungan dengan tafsir ayat ini: Yang pertama mengatakan bahwa makna yang dimaksud dari lafaz maa baina yadaihaa wa maa khalfahaa ialah `bagi orang-orang sebelum mereka yang telah mengetahui beritanya melalui kitab-kitab terdahulu dan bagi orang-orang sesudah mereka’. Pendapat kedua mengatakan, makna yang dimaksud ialah ‘bagi para penduduk kampung dan umat-umat yang semasa dengannya’. Pendapat ketiga mengatakan bahwa Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjadikan hal tersebut sebagai hukuman buat orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut sebelumnya, juga bagi orang-orang sesudahnya. Pendapat ketiga ini merupakan pendapat Al-Hasan.

Menurut kami, pendapat yang kuat ialah yang mengartikan bahwa maa baina yadaihaa dan wa maa khalfahaa artinya `bagi orang-orang yang sezaman dengan mereka, juga bagi orang-orang yang akan datang sesudah mereka’, seperti makna yang terkandung di dalam firman-Nya;

Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan negeri-negeri di sekitar kalian. (Al-Ahqaf: 27) hingga akhir ayat.

Dan Allah telah berfirman:

Dan orang-orang yang kafir senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri. (Ar-Ra’d: 31)

Maka apakah mereka tidak melihat bahwa Kami mendatangi negeri (orang kafir), lalu Kami kurangi luasnya dari segala penjurunya (Al-Anbiya: 44)

Maka Allah menjadikan mereka sebagai pelajaran dan peringatan buat orang-orang yang sezaman dengan mereka, juga menjadi pelajaran bagi orang-orang yang kemudian melalui berita yang mutawatir dari mereka. Karena itulah di akhir ayat disebutkan:

Serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 66)

Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan (Jail Dawud ibnul Husain, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:

Serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 66)

Yang dimaksud ialah bagi orang-orang sesudah mereka hingga hari kiamat.

Al-Hasan Qatadah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:

Serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 66)

Ia memperingatkan mereka sehingga mereka memelihara diri dari hal-hal yang menyebabkan siksa Allah dan mewaspadainya.

As-Saddi dan Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa makna firman-Nya:

Serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah: 66)

ialah umat Nabi Muhammad ﷺ

Menurut kami, makna yang dimaksud dari lafaz al-mau’izah dalam ayat ini ialah peringatan. Dengan kata lain, Kami jadikan azab dan pembalasan yang telah menimpa mereka sebagai balasan dari perbuatan mereka yang melanggar hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan tipu muslihat yang mereka jalankan. Karena itu, hati-hatilah orang-orang yang bertakwa terhadap perbuatan seperti yang mereka lakukan itu, agar tidak tertimpa siksaan yang telah menimpa mereka.

Sehubungan dengan pengertian ini Imam Abu Abdullah ibnu Buttah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah Az-Za’farani, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Umar, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pemah bersabda:

Janganlah kalian lakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi, karena akibatnya kalian akan menghalalkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah hanya dengan tipu muslihat yang rendah.

Sanad ini berpredikat jayyid; Ahmad ibnu Muhammad ibnu Muslim dinilai Tsiqah oleh Al-Hafidz Abu Bakar AI-Khatib Al-Bagdadi, sedangkan perawi lainnya sudah dikenal dengan syarat shahih.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Selanjutnya, mari kita terus memperdalam pemahaman kita terhadap ajaran Al-Qur’an dengan merenungkan Surah Al-Baqarah Ayat 67 bersama kami di kecilnyaaku.com.

 

Artikel SebelumnyaSurah Al-Baqarah Ayat 67, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan
Artikel SelanjutnyaAl-Baqarah Ayat 65, Menjadikan Mereka Sebagai Kera