Pada Hari Itu Tidak Berguna Syafaat

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 109-110

0
704

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 109-110. Keadaan pada hari kiamat. Pada hari itu tidak berguna syafaat. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَوْمَئِذٍ لا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَرَضِيَ لَهُ قَوْلا (١٠٩) يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا (١١٠)

Pada hari itu tidak berguna syafaat  (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan dia diridhai perkataannya. Dia (Allah) mengetahui apa yang di hadapan mereka (yang akan terjadi) dan apa yang di belakang mereka (yang telah terjadi), sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. (Q.S. Thaahaa : 109-110)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat itu.

Lā taηfa‘usy syafā‘atu (syafaat tidak akan bermanfaat), yakni para malaikat tidak akan memberikan syafaat kepada seseorang pun.

Illā man adzina lahur rahmānu (kecuali orang yang telah diberi izin oleh Yang Maha Pengasih) untuk memberi syafaat.

Wa radliya lahū qaulā (dan Dia telah meridai perkataannya), yakni Dia telah menerima lā ilāha illallāh darinya.

Ya‘lamu (Dia Mengetahui), yakni Allah Mengetahui.

Mā baina aidīhim (apa yang ada di hadapan mereka), yakni persoalan akhirat yang ada di hadapan para malaikat.

Wa mā khalfahum (dan apa yang ada di belakang mereka), yaitu persoalan dunia.

Wa lā yuhīthūna bihī ‘ilmā (sedangkan mereka tidak dapat meliputi Ilmu-Nya), yakni para malaikat tidak mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka, kecuali hal-hal yang telah Diberitahukan Allah Kepada mereka.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Pada hari itu tidak berguna syafaat[23] (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan dia diridhai perkataannya[24].

[23] Syafaat adalah usaha perantaraan dalam memberikan suatu manfaat bagi orang lain atau menghindarkan suatu mudharat bagi orang lain. syafaat yang tidak diterima di sisi Allah adalah syafa’at bagi orang-orang kafir.

[24] Yakni diridhai syafaatnya, seperti para nabi dan rasul, hamba-hamba-Nya yang didekatkan yang perkataan dan amalnya diridhai Allah, yaitu orang mukmin yang ikhlas. Jika salah satu di antara perkara ini (yakni mendapat izin dan perkataannya diridhai) tidak ada, maka seseorang tidak bisa memberikan syafaat kepada yang lain. Ketika itu, manusia terbagi menjadi dua bagian: pertama, orang yang zalim karena perbuatan kufur dan maksiatnya, maka mereka hanya memperoleh kerugian dan kekecewaan, azab yang pedih di neraka Jahanam dan kemurkaan Allah. Kedua, orang yang mengimani apa saja yang diperintahkan untuk diimani serta mengerjakan amal saleh (yang wajib maupun yang sunat), maka ia tidak perlu khawatir akan perlakuan zalim (terhadapnya) dan tidak (pula) khawatir akan pengurangan haknya.

  1. Dia (Allah) mengetahui apa yang di hadapan mereka (yang akan terjadi) dan apa yang di belakang mereka (yang telah terjadi), sedang ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Pada hari itu tidak berguna syafaat) seseorang (kecuali syafaat orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya) untuk memberi syafaat (dan Dia telah meridai perkataannya) seumpamanya orang yang diberi izin itu mengatakan, “La Ilaaha Illallaah atau tidak ada Tuhan selain Allah.”
  2. (Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka) yaitu perkara-perkara akhirat (dan apa yang ada di belakang mereka) perkara-perkara dunia (sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya”) yakni mereka tidak mengetahui hal tersebut.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridai perkataannya. (Thaha: 109)

Yaitu pada hari kiamat itu tiada suatu syafaat pun yang diterima di sisi-Nya, kecuali pertolongan syafaat dari orang yang telah mendapat izin dari Allah Swt. Yang Maha Pemurah. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ

Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya? (Al-Baqarah: 255)

وَكَمْ مِنْ مَلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلا مِنْ بَعْدِ أَنْ يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيَرْضَى

Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridai-Nya. (An-Najm: 26)

وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى

dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridai Allah (Al-Anbiya: 28)

وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ

Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat (Saba: 23)

Dan firman Allah Swt.:

يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا

Pada hari ketika roh dan malaikat berdiri bersaf-saf, mereka tidak berkata-kata kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (An-Naba: 38)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui berbagai jalur dari Rasulullah ﷺ penghulu anak Adam dan makhluk yang paling mulia, dari Allah Swt. Disebutkan bahwa beliau pernah bersabda:

آتِي تَحْتَ الْعَرْشِ، وَأَخِرُّ لِلَّهِ سَاجِدًا، ويَفْتَح عَلَيَّ بِمَحَامِدَ لَا أُحْصِيهَا الْآنَ، فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي، ثُمَّ يَقُولُ: يَا مُحَمَّدُ، ارْفَعْ رَأْسَكَ، وَقُلْ يُسْمَعْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ. قَالَ: فَيَحِدُّ لِي حَدًّا، فَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ، ثُمَّ أَعُودُ

Aku datang ke bagian bawah ‘Arasy dan aku menyungkur bersujud kepada Allah, lalu Allah mengajariku pujian-pujian yang tidakdapat aku hitung-hitung jumlahnya sekarang, dan Allah membiarkan aku selama apa yang dikehendaki-Nya. Setelah itu Allah Swt. berfirman, “Hai Muhammad, angkatlah mukamu. Berkatalah, pasti di dengar. Dan mintalah syafaat, pasti diberi izin memberi syafaat.” Lalu Allah memberikan batasan sejumlah tertentu, maka aku masukkan mereka ke dalam surga, lalu aku meminta lagi.

Nabi ﷺ dalam hadisnya ini menyebutkan bahwa beliau melakukan hal tersebut sebanyak empat kali. Semoga salawat dan salam-Nya terlimpahkan kepadanya, juga kepada para nabi lainnya.

Di dalam hadis yang lain disebutkan pula:

يَقُولُ تَعَالَى: أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ، فَيُخْرِجُون خَلْقًا كَثِيرًا، ثُمَّ يَقُولُ: أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ نِصْفُ مِثْقَالٍ مِنْ إِيمَانٍ، أَخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مَا يَزِنُ ذَرَّةً، مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ أَدْنَى أَدْنَى أَدْنَى مِثْقَالِ ذَرَّةٍ مِنْ إِيمَانٍ الْحَدِيثَ

Allah Swt. berfirman, “Keluarkanlah oleh kalian (para malaikat) dari dalam neraka orang yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar biji sawi!” Maka keluarlah (dari neraka) sejumlah besar manusia. Kemudian Allah Swt. berfirman lagi, “Keluarkanlah dari neraka orang yang di dalam kalbunya terdapat iman sebesar separo biji sawi, dan keluarkanlah dari neraka orang yang di dalam kalbunya terdapat iman seberat semut yang kecil, dan (juga) orang yang dalam hatinya terdapat iman yang lebih kecil daripada semut yang terkecil.”

Adapun firman Allah Swt.:

Dia mengetahui apa yang ada di hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka. (Thaha: 110)

Artinya, pengetahuan Allah meliputi semua makhluk.

Firman Allah Swt.:

sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. (Thaha: 110)

Ayat ini semakna dengan firman-Nya:

وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ

dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melainkan apa yang dikehendaki-(Nya). (Al-Baqarah: 225)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaSemua Wajah Tertunduk di Hadapan Allah
Artikel SelanjutnyaMengikuti Panggilan Penyeru Tanpa Berbelok-belok