Nabi Musa ‘Alaihis Salam Berada di Lembah yang Suci

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 11-13

0
1064

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 11-13. Nabi Musa ‘alaihis salam berada di lembah yang suci, Thuwa. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ يَا مُوسَى (١١) إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى (١٢) وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى (١٣)

Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu) dia dipanggil, “Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih engkau, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu. (Q.S. Thaahaa : 11-13)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fa lammā atāhā (maka tatkala dia mendatangi tempat api itu), ternyata ia sebatang pohon berwana hijau, dan dari pohon itulah keluarnya nyala api berwarna putih.

Nūdiya yā mūsā (dia pun dipanggil, “Hai Musa).

Innī ana rabbuka fakhla‘ na‘laika (sesungguhnya Aku adalah Rabb-mu, karena itu lepaskanlah kedua terompahmu). Saat itu, kedua terompah Musa a.s. terbuat dari kulit bangkai keledai.

Innaka bil wādil muqaddasi thuwā (sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa), yakni lembah yang bernama Thuwa. Menurut satu pendapat, nabi-nabi sebelummu pernah melewati lembah tersebut (thawā: melewati). Dan ada pula yang berpendapat bahwa thuwā adalah sebuah sumur yang telah tertutup oleh batu besar dan terletak di lembah berpohon itu.

Wa anakhtartuka (dan Aku telah memilih kamu) untuk mengemban risalah (dan menyampaikannya) kepada Fir‘aun.

Fastami‘ limā yūhā (karena itu simaklah apa yang akan diwahyukan [kepadamu]), yakni lakukankah apa yang diperintahkan kepadamu.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Maka ketika dia mendatanginya (ke tempat api itu)[16] dia dipanggil, “Wahai Musa!

[16] Api itu dilihatnya dari jauh, ia pada hakikatnya adalah cahaya, namun ia merupakan api yang membakar dan menyinari. Hal ini ditunjukkan oleh sabda Rasulullah ﷺ:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَنَامُ وَلاَ يَنْبَغِى لَهُ أَنْ يَنَامَ يَخْفِضُ الْقِسْطَ وَيَرْفَعُهُ يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ حِجَابُهُ النُّورُ  وَفِى رِوَايَةِ أَبِى بَكْرٍ النَّارُ  لَوْ كَشَفَهُ لأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ

“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak tidur dan tidak patut bagi-Nya untuk tidur. Dia menurunkan timbangan dan mengangkatnya. Diangkat kepada-Nya amal yang dilakukan pada malam hari sebelum amal yang dilakukan pada siang hari, dan amal yang dilakukan di siang hari sebelum amal yang dilakukan di malam hari. Hijab (tirai)-Nya adalah cahaya dalam riwayat Abu Bakar, “adalah api.” jika dibuka tirai itu tentu cahaya dan keagungan wajah-Nya akan membakar makhluk yang dilihat-Nya (yakni semua makhluk-Nya).” (HR. Muslim)

  1. [17]Sungguh, Aku adalah Tuhanmu, maka lepaskan kedua terompahmu. Karena sesungguhnya engkau berada di lembah yang suci[18], Thuwa.

[17] Allah memberitahukan kepadanya, bahwa Dia adalah Tuhannya, dan Dia memerintahkan Musa untuk bersiap-siap bermunajat dengan-Nya serta serius memperhatikannya dan melepas sandalnya karena sedang berada di lembah suci Thuwa. Kalau sekiranya tidak ada penyucian dari-Nya tetapi hanya sebagai tempat yang dipilih Allah untuk bermunajat dengan Musa, maka yang demikian cukup sebagai keutamaannya. Banyak para mufassir berkata, “Sesungguhnya Allah memerintahkan Musa melepas kedua sandalnya, karena keduanya terbuat dari kulit keledai.” Wallahu a’lam.

[18] Bisa juga diartikan “yang diberkahi.”

  1. Dan Aku telah memilih engkau[19], maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu)[20].

[19] Di antara kaummu. Hal ini merupakan nikmat besar yang diberikan Allah kepadanya yang menghendaki untuk disyukuri.

[20] Karena ia merupakan dasar agama dan penopang dakwah Islamiyyah.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maka ketika ia datang ke tempat api itu) yaitu di pohon ‘Ausaj (ia dipanggil, “Hai Musa!)
  2. (Sesungguhnya Aku) dibaca Innii karena dengan menganggap lafal Nudiya bermakna Qiila. Dan bila dibaca Annii maka diperkirakan adanya huruf Ba sebelumnya (inilah) lafal Anaa di sini berfungsi mentaukidkan makna yang terkandung di dalam Ya Mutakallim (Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci) lembah yang disucikan, atau lembah yang diberkati (Thuwa) menjadi Badal atau ‘Athaf Bayan. Kalau dibaca Thuwan maka dianggap sebagai nama tempat saja dan jika dibaca Thuwa dalam bentuk lafal yang Muannats, maka dianggap sebagai nama daerah dan ‘Alamiyah, sehingga tidak menerima harakat Tanwin.
  3. (Dan Aku telah memilih kamu) dari kaummu (maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu) dari-Ku.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Maka ketika ia datang ke tempat api itu. (Thaha: 11)

Maksudnya, mendekati tempat api yang menyala itu.

ia dipanggil, “Hai Musa.” (Thaha: 11)

Di dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:

نُودِيَ مِنْ شَاطِئِ الْوَادِ الأيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَنْ يَا مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ

Diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya Aku adalah Allah.”(Al-Qashash: 30)

Sedangkan dalam ayat ini disebutkan:

Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu. (Thaha: 12)

Yakni yang berbicara denganmu.

maka tanggalkanlah (lepaskanlah) kedua terompahmu. (Thaha: 12)

Ali ibnu Abu Talib, Abu Zar, dan Abu Ayyub serta sahabat lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa kedua terompahnya itu terbuat dari kulit keledai yang tidak disembelih.

Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya Musa diperintahkan untuk melepaskan kedua terompahnya hanyalah demi memuliakan tanah yang Musa berada padanya.

Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa perintah ini sama dengan perintah yang ditujukan kepada seseorang yang hendak memasuki Ka’bah.

Menurut pendapat yang lainnya lagi, dimaksudkan agar Musa menginjak tanah suci itu dengan kedua telapak kakinya tanpa memakai terompah. Dan pendapat yang lainnya lagi mengatakan selain itu. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya.

Sehubungan dengan firman-Nya, “Tuwa, Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Tuwa adalah nama lembah. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh lainnya yang bukan hanya seorang.

Berdasarkan pengertian demikian, berarti ‘ataf disini adalah ‘ataf bayan (penjelasan).

Menurut pendapat lain, Tuwa maksudnya adalah kata perintah untuk menginjak tanah dengan kedua telapak kaki (tanpa alas kaki).

Menurut pendapat yang lainnya lagi, disebutkan demikian karena tempat itu disucikan sebanyak dua kali: Tuwa artinya tanah yang diberkati, penyebutannya merupakan sebutan ulangan (dengan ungkapan lain). Akan tetapi, pendapat yang paling sahih adalah pendapat pertama. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى

Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah Lembah Tuwa. (An-Nazi’at: 16)

Adapun firman Allah Swt.:

Dan Aku telah memilih kamu. (Thaha: 13)

Ayat ini semakna dengan firman-Nya:

إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاتِي وَبِكَلامِي

Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku. (Al-A’raf: 144)

Yaitu melebihkan kamu di atas semua manusia di masanya. Dengan kata lain, dapat pula diartikan bahwa Allah Swt. berfirman kepada Musa a.s. “Hai Musa, tahukah kamu mengapa Aku mengistimewakan kamu hingga kamu dapat berbicara langsung dengan-Ku, bukan orang lain?” Musa menjawab, “Tidak tahu.” Allah berfirman, “Karena sesungguhnya Aku menghargai sikapmu yang rendah diri itu.”

Firman Allah Swt.:

Maka dengarkanlah apa yang diwahyukan kepadamu (Thaha: 13)

Artinya sekarang dengarkanlah olehmu apa yang Aku firmankan melalui wahyu-Ku kepadamu ini:

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaLaksanakanlah Shalat
Artikel SelanjutnyaFirman Allah Ta’ala kepada Nabi Musa ‘Alaihis Salam di Lembah Thuwa