Menyaksikan Keajaiban di Kerajaan Allah yang Luas

Tafsir Al-Qur’an: Surah An-Najm ayat 16-18

0
868

Kajian Tafsir: Surah An-Najm ayat 16-18, Tentang mi’raj Rasulullah ﷺ yang menjadi mukjizat bagi Beliau dan keajaiban yang Beliau saksikan di kerajaan Allah yang luas. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

  إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى (١٦) مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى (١٧) لَقَدْ رَأَى مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى (١٨)

(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar. (Q.S. An-Najm : 16-18)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Idz yagh-syas sidrata (ketika Sidratul Muntaha diliputi), yakni Sidratul Muntaha dilingkupi.

Mā yagh-syā (oleh sesuatu yang meliputi), yakni oleh singgsana emas yang melingkupi. Ada yang berkata, oleh cahaya. Dan ada pula yang berpendapat, oleh para malaikat.

Mā zāghal basharu (tidaklah penglihatan berpaling), yakni penglihatan Muhammad ﷺ tidak melirik ke kiri dan ke kanan karena apa yang dilihatnya.

Wa mā thaghā (dan tidak pula melampaui), yakni tidak pula melewati apa yang dilihatnya. Beliau melihat Jibril a.s. mempunyai enam ratus sayap.

Laqad ra-ā (sungguh dia telah melihat), yakni Muhammad ﷺ telah melihat.

Min āyāti rabbihil kubrā (sebagian dari Ayat-ayat Rabb-nya yang paling besar), yakni Keajaiban-keajaiban Rabb-nya yang paling agung.


Di sini Link untuk Kajian Tafsir Juz ke-27

Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
  2. Penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu[14] dan tidak (pula) melampauinya[15].

[14] Yakni penglihatan Beliau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari maksud yang diinginkan.

[15] Ini termasuk sempurnanya adab Nabi Muhammad ﷺ, dimana Allah menempatkan kepada Beliau tempat yang Allah tempatkan; tidak kurang darinya dan tidak melewatinya.

  1. Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar[16].

[16] Seperti surga, neraka dan perkara-perkara lain yang dilihat Nabi Muhammad ﷺ pada malam israa’-mi’raj.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Ketika) sewaktu (Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya) yaitu oleh burung-burung dan lain-lainnya. Lafal Idz menjadi Ma’mul dari lafal Ra-aahu.
  2. (Penglihatannya tidak berpaling) penglihatan Nabi ﷺ tidak berpaling (dan tidak melampauinya) maksudnya, tidak berpaling dari apa yang dilihatnya dan tidak pula melampaui apa yang dilihatnya pada malam ketika ia diisrakkan.
  3. (Sesungguhnya dia telah melihat) pada malam itu (sebagian tanda-tanda kekuasaan Rabbnya yang paling besar) yang paling agung, dimaksud adalah sebagian dari tanda-tanda itu, maka dia melihat sebagian dari keajaiban-keajaiban alam malakut, dan Rafraf berwarna hijau menutupi cakrawala langit, dan malaikat Jibril yang memiliki enam ratus sayap.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (An-Najm: 16)

Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis-hadis yang menceritakan perjalanan Isra, yang antara lain menyebutkan bahwa Sidratul Muntaha itu diliputi oleh para malaikat seperti halnya burung-burung gagak (yang menghinggapi sebuah pohon), dan Sidratul Muntaha diliputi oleh nur Tuhan Yang Maha Agung, diliputi pula oleh beraneka warna yang hakikatnya tidak aku ketahui.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Magul, telah menceritakan kepada kami Az-Zubair ibnu Addi, dari Talhah ibnu Murrah, dari Abdullah (yakni Ibnu Mas’ud) yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ menjalani Isra, sampailah beliau di Sidratul Muntaha yang ada di langit yang ketujuh. Dari situlah berhenti semua yang naik dari bumi, lalu diambil darinya; dan darinya pula berhenti segala sesuatu yang turun dari atasnya, lalu diambil darinya.  (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (An-Najm: 16) Bahwa yang meliputinya itu adalah kupu-kupu emas. Dan Rasulullah ﷺ diberi tiga perkara, yaitu shalat lima waktu, ayat-ayat yang terakhir dari surat Al-Baqarah, dan diberi ampunan bagi orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umatnya, yang semuanya itu merupakan hal-hal yang pasti.

Imam Muslim meriwayatkan hadis ini secara munfarid (tunggal).

Abu Ja’far Ar-Razi telah meriwayatkan dari Ar-Rabi”, dari Abul Aliyah, dari Abu Hurairah atau lainnya. Abu Ja’far ragu yang telah menceritakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ menjalani Isra, sampailah beliau di Sidratul Muntaha, lalu dikatakan kepadanya, ”Inilah Sidrah,” dan tiba-tiba Sidrah diliputi oleh cahaya Tuhan Yang Maha Pencipta, lalu diliputi pula oleh para malaikat yang pemandangannya seperti burung-burung gagak yang menghinggapi sebuah pohon. Maka Allah Swt. berbicara kepadanya di tempat itu. Untuk itu Allah Swt. berfirman, “Mintalah!”

Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. (An-Najm: 16) Bahwa dahan-dahan Sidrah terdiri dari mutiara, yaqut, dan zabarjad. Maka Muhammad ﷺ melihatnya dan melihat Tuhannya dengan mata hatinya.

وَقَالَ ابْنُ زَيْدٍ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ شَيْءٍ رَأَيْتَ يَغْشَى تِلْكَ السِّدْرَةَ؟ قَالَ: رأيتُ يَغْشَاهَا فَرَاشٌ مِنْ ذَهَبٍ، وَرَأَيْتُ عَلَى كُلِّ وَرَقَةٍ مِنْ وَرَقِهَا مَلَكا قَائِمًا يُسَبِّحُ اللَّهَ، عَزَّ وَجَلَّ

Ibnu Zaid mengatakan bahwa pernah ditanyakan, “Wahai Rasulullah, sesuatu apakah yang engkau lihat menutupi Sidrah itu?” Nabi menjawab: Aku melihat kupu-kupu emas menutupi Sidratil Muntaha, dan aku melihat pada tiap-tiap daunnya terdapat malaikat yang berdiri seraya bertasbih menyucikan Allah Swt.

Firman Allah Swt.:

Penglihatan (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. (An-Najm: 17)

Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa pandangan mata Nabi ﷺ tidak ditolehkan ke arah kanan dan tidak pula ke arah kiri.

dan tidak (pula) melampauinya. (An-Najm: 17)

Yakni melampaui dari apa yang diperintahkan kepadanya; ini merupakan sifat yang agung yang menggambarkan keteguhan hati dan ketaatan, karena sesungguhnya Nabi ﷺ tidak berbuat melainkan berdasarkan apa yang diperintahkan kepadanya, tidak pula pernah meminta lebih dari apa yang diberikan kepadanya. Alangkah baiknya apa yang dikatakan oleh seorang penyair dalam bait syair berikut:

رأَى جَنَّةَ المَأوَى وَمَا فَوْقَها، وَلَو … رَأى غَيرُهُ مَا قَد رَآه لتَاهَا …

Dia telah melihat surga tempat tinggal dan alam yang ada di atasnya; seandainya dia melihat hal yang lain dari apa yang telah dilihatnya, tentulah pandangannya akan tersesat.

Firman Allah Swt.:

Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda  Tuhannya yang paling besar. (An-Najm: 18)

Semakna dengan firman-Nya:

لِنُرِيَكَ مِنْ آيَاتِنَا

agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. (Al-Isra: 1)

yang menunjukkan akan kekuasaan dan kebesaran Kami. Berdasarkan kedua ayat ini sebagian ulama ahli sunnah wal jama’ah mengatakan bahwa penglihatan di malam itu tidak terjadi, karena Allah Swt. menyebutkan dalam firman-Nya: Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda  Tuhannya yang paling besar. (An-Najm: 18)

Seandainya dia melihat Tuhannya, niscaya hal tersebut diberitakan dan orang-orang pun mengatakan hal yang sama. Pembahasan mengenai masalah ini telah dikemukakan di dalam surat Al-Isra.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Talhah, dari Al-Walid ibnu Qais, dari Ishaq ibnu Abul Kahtalah, bahwa Muhammad telah mengatakan, yang menurutnya dia menerimanya dari Ibnu Mas’ud r.a. yang telah mengatakan bahwa sesungguhnya Muhammad tidak melihat Jibril a.s. dalam rupanya yang asli kecuali hanya dua kali. Yang pertama kali Nabi ﷺ meminta kepada Jibril agar menampilkan rupa aslinya kepadanya, lalu beliau menyaksikan rupa aslinya yang memenuhi cakrawala langit. Adapun yang kedua kalinya ialah di saat beliau ﷺ naik bersamanya (di malam Isra). Firman Allah Swt.: sedangkan dia berada di ufuk yang tinggi, kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, makajadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. (An-Najm: 7-10) Setelah Jibril a.s. melapor kepada Tuhannya, maka kembalilah ia kepada ujudnya semula, lalu bersujud.  Firman Allah Swt.: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda-tanda Tuhannya yang paling besar. (An-Najm: 13-18) Yakni bentuk Malaikat Jibril a.s. yang aslinya.

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaBerhala-berhala yang Mereka Ada-adakan
Artikel SelanjutnyaYang Disaksikan di Kerajaan Allah Yang Luas