Berhala-berhala yang Mereka Ada-adakan

Tafsir Al-Qur’an: Surah An-Najm ayat 19-20

0
1107

Kajian Tafsir: Surah An-Najm ayat 19-20 Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengecam perbuatan orang-orang musyrik karena mereka menyembah berhala-berhala dan sekutu-sekutu Allah yang mereka ada-adakan dan mereka membuat rumah-rumah untuk berhala-berhala sebagai tandingan Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Untuk itu Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

أَفَرَأَيْتُمُ اللاتَ وَالْعُزَّى (١٩) وَمَنَاةَ الثَّالِثَةَ الأخْرَى (٢٠)

Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) Al Lata dan Al Uzza, dan Manat, yang ketiga yang paling kemudian (sebagai anak perempuan Allah)?  (Q.S. An-Najm : 19-20)

.

Tafsir Ibnu Abbas

A fa ra-aitum (maka apakah kalian menganggap), yakni apakah kalian, hai penduduk Mekah, menyangka bahwa.

Allāta wal ‘uzzā (al-Lata dan al-‘Uzza).

Wa manātats tsālitsatal ukhrā (dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian) akan memberi manfaat kepada kalian di akhirat? Sungguh semua itu tidak akan bermanfaat bagi kalian. Menurut yang lain, apakah kalian menyangka bahwa penyembahan kalian kepada al-Lata, al-‘Uzza, dan Manat di dunia akan memberikan manfaat kepada kalian di akhirat? Sungguh (mereka) tidak akan bermanfaat bagi kalian. Al-Lata adalah berhala yang ada di Thaif yang biasa disembah oleh kabilah Tsaqif. Al-‘Uzza adalah sebuah pohon yang ada di Bathni Nakhlah yang biasa disembah oleh kabilah Ghathafan. Dan Manat adalah berhala yang ada di Mekah yang biasa disembah oleh kabilah Hudzail dan Khuza‘ah.


Di sini Link untuk Kajian Tafsir Juz ke-27

Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. [1]Maka apakah patut kamu (orang-orang musyrik) menganggap (berhala) Al Lata dan Al Uzza,

[1] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta’aala mentazkiyah (menjelaskan kebersihan) apa yang dibawa Nabi Muhammad ﷺ berupa petunjuk dan agama yang benar serta perintah untuk beribadah kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan mengeesakan-Nya, maka Allah menyebutkan batilnya apa yang dipegang kaum musyrik yang menyembah sesuatu yang tidak memiliki sifat kesempurnaan sedikit pun, tidak mampu memberikan manfaat dan tidak mampu menimpakan madharat (bahaya), tetapi hanya sekedar nama-nama yang kosong dari makna yang diberi nama oleh orang-orang musyrik yang tidak tahu lagi tersesat sehingga mereka tertipu dan orang lain pun ikut tertipu dengannya.

Berhala-berhala yang mereka (kaum musyrik) beri nama dengan nama-nama ini (Laata, Uzza dan Manaat) berasal dari kata Ilaah (bagi Laata), ‘Aziz (bagi ‘Uzza) dan Mannan (bagi Manaat) sebagai sikap ilhaad (penyimpangan) terhadap nama-nama Allah dan menjadikan mereka sebagai sekutu bagi-Nya, Subhaanallah.

  1. dan Manat, yang ketiga yang paling kemudian (sebagai anak perempuan Allah)[2]?

[2] Al Lata, Al Uzza dan Manah adalah nama berhala-berhala yang disembah orang Arab Jahiliyah dan dianggapnya sebagai perantara antara mereka dengan Allah dan dianggap sebagai anak-anak perempuan Allah, Subhaanallah (Maha Suci Allah).

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maka apakah patut kalian menganggap Laata dan Al Uzzaa).
  2. (Dan Manat yang ketiga) yang ketiga dari yang telah disebutkan tadi (yang paling terkemudian) berkedudukan sebagai sifat yang mengandung makna celaan. Ketiganya adalah nama berhala-berhala yang terbuat dari batu. Orang-orang musyrik dahulu menyembahnya, karena mereka menduga, bahwa berhala-berhala itu dapat memberikan syafaat kepada diri mereka di sisi Allah. Maf’ul pertama bagi lafal Afara`aytum adalah lafal Al Laata dan lafal-lafal yang di’athafkan kepadanya. Sedangkan Maf’ul yang keduanya tidak disebutkan. Makna ayat, “Ceritakanlah kepadaku, apakah berhala-berhala ini memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu yang karena itu kalian menyembahnya selain Allah Yang memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang telah disebutkan tadi.” Ketika mereka menduga bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, sedangkan mereka sendiri tidak menyukai anak-anak perempuan, lalu turunlah firman-Nya berikut ini,

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. mengecam perbuatan orang-orang musyrik karena mereka menyembah berhala-berhala dan sekutu-sekutu Allah yang mereka ada-adakan dan mereka membuat rumah-rumah untuk berhala-berhala itu sebagai tandingan Ka’bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata. (An-Najm: 19)

Al-Lata atau Lata pada mulanya adalah sebuah batu besar yang berwarna putih, lalu dibuat ukiran-ukiran padanya (yakni pahatan-pahatan); ia adalah sebuah rumah yang terletak di Taif dengan mempunyai kain kelambu dan juga para pelayan yang menjadi juru kuncinya. Di sekitarnya terdapat halaman yang disucikan oleh orang-orang Taif yang terdiri dari Bani Saqif dan para pengikutnya; mereka merasa berbangga diri dengan memilikinya terhadap orang-orang Arab selain mereka kecuali orang-orang Quraisy.

Ibnu Jarir mengatakan bahwa menamakan rumah peribadatan mereka itu dengan mengambil akar kata dari salah satu asma Allah. Mereka mengatakan Lata dengan maksud bentuk mu’annas dari Allah. Mahatinggi Allah dari ucapan mereka dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas, bahwa mereka membaca Lata dengan men-tasydid-kan huruf ta.

Mereka menafsirkannya dengan suatu kisah yang menyebutkan bahwa dahulunya ada seorang lelaki yang pekerjaannya membuat makanan sawiq untuk para jemaah haji dalam masa Jahiliah. Setelah lelaki itu meninggal dunia, maka mereka melakukan i’tikaf pada kuburannya, lalu lama-kelamaan mereka menyembahnya.

Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muslim ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abul Asyhab, telah menceritakan kepada kami Abul Jauza, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Al-Lata dan Uzza. (An-Najm: 19) Bahwa di zaman Jahiliah terdapat seorang lelaki yang pekerjaannya menggiling sawiq untuk makanan jemaah haji.

Ibnu Jarir mengatakan, bahwa demikian pula Al-Uzza berakar dari kata Aziz, pada mulanya merupakan sebuah pohon yang dibuatkan bangunan di sekelilingnya dan juga diberi kain kelambu, terletak di kampung Nakhlah, yaitu sebuah kampung yang terletak di antara Mekah dan Taif, dahulu orang-orang Quraisy mengagungkan bangunan tersebut, seperti yang dikatakan oleh Abu Sufyan dalam Perang Uhud, “Kami mempunyai Uzza, sedangkan kalian (kaum muslim) tidak mempunyai Uzza.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda, memerintahkan kepada sahabat-sahabatnya:

قُولُوا: اللَّهُ مَوْلَانَا، وَلَا مَوْلَى لَكُمْ

Katakanlah, “Allah adalah Pelindung kami dan tiada pelindung bagi kalian!”

Imam Bukhari telah meriwayatkan melalui hadis Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

مَنْ حَلَفَ فَقَالَ فِي حَلِفِهِ: وَاللَّاتِ وَالْعُزَّى، فَلْيَقُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. وَمَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ: تَعَالَ أقَامرْك، فَلْيَتَصَدَّقْ

Barang siapa yang bersumpah dengan mengatakan, “Demi Lata dan Uzza,” maka hendaklah ia mengucapkan.”Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah.” Dan barang siapa yang berkata kepada temannya, “Kemarilah, mari kita berjudi, ” maka hendaklah ia bersedekah.

Pengertian hadis ini ditujukan bagi orang yang lisannya terpeleset tanpa ada kesengajaan karena mereka masih baru meninggalkan masa Jahiliahnya, yang hal tersebut sebelumnya telah terbiasa di kalangan mereka.

Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Bakkar dan Abdul Hamid ibnu Muhammad. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Makhlad, telah menceritakan kepada kami Yunus, dari ayahnya, telah menceritakan kepadaku Mus’ab ibnu Sa’d ibnu Abu Waqqas, dari ayahnya yang mengatakan,

حَلَفْتُ بِاللَّاتِ وَالْعُزَّى، فَقَالَ لِي أَصْحَابِي: بِئْسَ مَا قُلْتَ! قُلْتَ هُجْرًا! فَأَتَيْتُ رَسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ سَلَّمَ، فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ، فَقَالَ: قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَانْفُثْ عَنْ شِمَالِكَ ثَلَاثًا، وتعوَّذ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، ثُمَّ لَا تَعُدْ

“Aku pernah bersumpah dengan menyebut nama Lata dan Uzza, maka sahabat-sahabatku berkata kepadaku, ‘Alangkah buruknya ucapanmu itu.’ Aku berkata, ‘Tinggalkanlah diriku.’ Lalu aku datang menghadap kepada Rasulullah dan menceritakan hal tersebut kepada beliau.” Maka beliau bersabda: Ucapkanlah, “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya Kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” Kemudian bertiuplah ke arah kirimu sebanyak tiga kali dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, kemudian janganlah kamu ulangi perbuatanmu itu.

Adapun berhala Manat, maka letaknya di Musyallal, yaitu di Qadid yang terletak antara Mekah dan Madinah. Dahulu orang-orang Khuza’ah, Aus, dan Khazraj di masa Jahiliah mengagung-agungkannya dan bertalbiyah darinya saat hendak menunaikan haji (ziarah) ke Ka’bah. Imam Bukhari telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Aisyah r.a.

Di masa Jahiliah di Jazirah Arabia banyak terdapat berhala-berhala selain dari yang telah disebutkan di atas, semuanya diagung-agungkan oleh orang-orang Arab setara dengan pengagungan mereka kepada Ka’bah. Hanya ketiga macam berhala inilah yang disebutkan secara nas di dalam Kitabullah karena ketiganya merupakan berhala yang paling terkenal melebihi yang lainnya.

Ibnu Ishaq mengatakan di dalam kitab Sirah-nya, bahwa dahulu di masa Jahiliah orang-orang Arab di samping memiliki Ka’bah, mereka membuat banyak tawagit yang merupakan rumah-rumah peribadatan mereka yang mereka agung-agungkan setara dengan Ka’bah. Tawagit itu mempunyai para pelayannya tersendiri, juga mempunyai juru kunci tersendiri; mereka menghadiahkan hewan-hewan kurban untuknya sebagaimana mereka menghadiahkan hewan kurban. Mereka juga melakukan tawaf padanya sebagaimana tawaf mereka kepada Ka’bah, dan melakukan penyembelihan kurban padanya sebagaimana yang mereka lakukan di Ka’bah, padahal mereka mengakui keutamaan Ka’bah atas semua tawagit itu, karena Ka’bah merupakan rumah yang dibangun oleh Ibrahim a.s. dan menjadi masjidnya. Dahulu di masa Jahiliah orang-orang Quraisy dan Bani Kinanah mempunyai berhala bernama Uzza yang terletak di Nakhlah yang para pelayan dan juru kuncinya dipegang oleh Bani Syaiban dari kalangan Bani Salim teman sepakta Bani Hasyim.

Kemudian Rasulullah ﷺ mengutus Khalid ibnul Walid untuk menghancurkan berhala itu, maka Khalid dan pasukannya menghancurkannya. Peristiwa ini diabadikan melalui perkataan Khalid dalam bait syairnya:

يَا عُزَّ، كُفْرَانَك لَا سُبْحَانَك … إِنِّي رَأَيْتُ اللَّهَ قَدْ أهَانَك …

Hai Uzza, aku ingkar kepadamu dan tidak menghormatimu, sesungguhnya aku melihat bahwa Allah telah menghinakanmu.

Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudail, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Jami’, dari AbutTufail yang mengatakan bahwa setelah Rasulullah ﷺ membebaskan kota Mekah, maka beliau ﷺ mengutus Khalid ibnul Walid ke Nakhlah; di Nakhlah terdapat berhala Uzza. Lalu Khalid mendatanginya dan tersebutlah bahwa berhala Uzza terletak di atas tiga buah pohon Samurah. Khalid ibnul Walid menebang ketiga pohon Samurah itu dan menghancurkan berhala yang ada di atasnya. Setelah itu Khalid ibnul Walid kembali kepada Rasulullah ﷺ dan menceritakan semua kepada beliau. Maka beliau ﷺ bersabda: Kembalilah kamu, karena sesungguhnya kamu masih belum berbuat sesuatu apa pun. Maka Khalid kembali lagi ke Nakhlah. Ketika para pelayan Uzza melihat kedatangan Khalid dan pasukannya, maka mereka memasang perangkap untuk menjebak Khalid dan pasukannya seraya berkata, “Hai Uzza, hai Uzza!” Maka Khalid mendatanginya, dan ternyata yang diseru oleh mereka adalah seorang wanita yang telanjang bulat dengan rambut yang terurai seraya menaburkan pasir di kepalanya. Maka Khalid pun membenamkan pedangnya ke tubuh wanita itu hingga mati wanita itu. Setelah itu Khalid kembali kepada Rasulullah ﷺ dan menceritakan hal tersebut kepadanya, maka barulah Rasulullah ﷺ bersabda: Itulah Uzza (yang sebenarnya).

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Lata adalah sesembahan orang-orang Saqif diTaif, sedangkan yang menjadi para pelayan dan juru kuncinya adalah Bani Mu’tib.

Rasulullah Saw. mengutus Al-Mugirah ibnu Syu’bah dan Abu Sufyan ibnu Sakhr ibnu Harb untuk menghancurkannya, maka keduanya menghancurkan berhala Lata itu dan menjadikan masjid di tempatnya sebagai gantinya, yaitu di Taif.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa berhala Manat adalah milik orang-orang Aus dan Khazraj dan orang-orang yang mengikuti agama mereka dari kalangan penduduk Yas’rib yang berada di pantai ke arah Al-Musyallal, yaitu di Qadid. Maka Rasulullah ﷺ mengutus Abu Sufyan ibnu Harb untuk menghancurkannya; menurut pendapat lain, menyebutkan bahwa yang dikirim oleh Rasulullah ﷺ untuk menghancurkannya adalah Ali ibnu Abu Talib.

Ibnu Ishaq mengatakan pula bahwa berhala Zul Khalasah adalah sesembahan orang-orang Daus, Khas’am dan Bajilah, serta orang-orang Arab Badui yang ada bersama mereka di Tabalah.

Zul Khalasah dikenal pula di masa Jahiliah dengan nama Ka’bah Yamaniyyah, sedangkan Ka’bah yang ada di Mekah mereka sebut dengan Ka’bah Syamiyyah. Maka Rasulullah ﷺ mengirimkan Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali untuk menghancurkannya, dan perintah itu dilaksanakan dengan baik oleh Jarir ibnu Abdullah. Berhala Qais adalah milik orang-orang Tayyi’ dan orang-orang yang ada di sekitar mereka di Gunung Tayyi’ yang terletak di antara Salma dan Aja. Ibnu Hisyam mengatakan bahwa sebagian ahlul ‘ilmi menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah ﷺ mengirimkan Ali ibnu Abu Talib r.a. untuk menghancurkannya. Dan Ali r.a. berhasil memboyong dua bilah pedang darinya yang diberi nama Rasub dan Mikhzam, lalu Rasulullah ﷺ menghadiahkan pedang itu kepada Ali sehingga kedua pedang itu menjadi miliknya.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa orang-orang Himyar dan penduduk Yaman mempunyai rumah penyembahan berhala diSan’a yang dikenal dengan nama Riyam. Menurut suatu pendapat, di dalam rumah itu terdapat seekor anjing hitam; dan bahwa dua orang pendeta Yahudi yang pergi bersama Tubba’ mengeluarkan anjing hitam itu, lalu membunuhnya dan menghancurkan rumah tersebut.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Rada adalah sebuah rumah penyembahan berhala milik Bani Rabi’ah ibnu Ka’b ibnu Sa’d ibnu Zaid yang pemimpinnya adalah Manat Ibnu Tamim. Al-Mustaugir ibnu Rabi’ah ibnu Ka’b ibnu Sa’d ketika menghancurkannya di masa Islam mengatakan:

وَلَقَدْ شَدَدْتُ عَلَى رُضَاء شَدّةً … فَتَرَكْتُها قَفْرًا بِقَاع أسحَمَا …

Sesungguhnya aku benar-benar telah menghancurkan Rada dengan sehancur-hancurnya, maka kutinggalkan ia menjadi puing-puing dan rata dengan tanah.

Ibnu Hisyam mengatakan bahwa Al-Mustaugir berusia sangat panjang hingga mencapai tiga ratus tiga puluh tahun. Al-Mustaugirlah orang yang mengatakan bait-bait syair berikut:

وَلَقَد سَئِمْتُ مِنَ الحيَاةِ وَطُولِهَا … وَعُمّرْتُ منْ عَدَد السّنِينَ مِئِينَا …

مائَةً حَدّتها بَعْدَها مائَتَان لِي … وَازْدَدْتُ مِنْ عَدَد الشُّهُورِ سِنِينَا …

هَلْ مَا بَقِي إِلَّا كَمَا قَدْ فَاتَنَا … يَومٌ يَمُرُّ وَلَيلةٌ تَحْدُونَا …

Sesungguhnya aku telah bosan dengan hidup ini dan masanya yang sangat panjang, aku telah diberi usia beratus-ratus tahun. Seratus tahun telah kujalani dan berikutnya dua ratus tahun; usiaku sama dengan bilangan bulan-bulan selama satu tahun, yang perharinya menjadi satu tahun. Tiadalah yang tersisa melainkan hanya seperti hari-hari yang telah berlalu, yaitu tinggal menunggu hari dan malam yang akan mengakhiri usiaku.

Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Zul Ka’bat adalah berhala milik orang-orang Bakar dan Taglab; keduanya adalah keturunan dari Wa-il dan Iyad, yaitu di Sindad. Sehubungan dengan keberadaan berhala ini A’sya ibnu Qais ibnu Sa’labah mengatakan,

بَيْنَ الخَوَرْنَق والسَّدير وَبَارقٍ … والبيت ذو الكَعَبَات مِنْ سَنْدَاد

“Di antara Khawarnaq dan Sadir serta Bariq terdapat Bait yang diberi nama Zul Ka’bat, yaitu di Sindad.”

Karena itulah maka Allah Swt. berfirman:

Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap Al-Lata dan Al-Uzza dan Manat yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (An-Najm: 19-20)

Wallahu a’lam dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaMereka Tidak Dapat Memberikan Manfaat
Artikel SelanjutnyaMenyaksikan Keajaiban di Kerajaan Allah yang Luas