Menjauhi Dosa-dosa Besar

Kajian Tafsir Surah An-Nisaa’ ayat 31

0
533

Kajian Tafsir Surah An-Nisaa’ ayat 31. Menerangkan tentang hukum dosa besar dan dosa kecil, demikian pula menerangkan agar manusia tidak menjatuhkan dirinya ke lembah kebinasaan; Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلا كَرِيمًا

Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga). (Q.S. An-Nisaa’ : 31)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Iη tajtanibū (jika kalian menjauhi), yakni meninggalkan.

Kabā-ira mā tunhauna ‘anhu (dosa-dosa besar yang dilarang atas kalian) dalam surah ini.

Nukaffir ‘angkum sayyi-ātikum (niscaya Kami hapuskan kesalahan-kesalahan kalian), yakni dosa-dosa kalian kecuali dosa besar dari satu shalat berjemaah ke shalat berjemaah berikutnya, dari satu Jum‘at ke Jum‘at berikutnya, dan dari bulan Ramadlan ke bulan Ramadlan berikutnya.

Wa nud-khilkum (dan Kami masukkan kalian) di akhirat.

Mud-khalang karīmā (ke tempat yang mulia), yakni ke tempat yang baik, yaitu surga.

.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar[7] di antara dosa-dosa yang dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu[8] dan akan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga) [9].

[7] Dosa besar adalah dosa yang ada had (hukumannya) di dunia, ancamannya di akhirat, adanya penafian keimanan, adanya laknat atau kemurkaan. Contohnya adalah membunuh, berzina dan mencuri. Menurut Ibnu Abb’alaihis salam Jumlahnya hampir tujuh puluh dosa.

[8] Yakni dosa-dosamu yang kecil dengan ketaatan kamu.

[9] Hal ini termasuk karunia Allah dan ihsan-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin, Dia menjanjikan kepada mereka jika menjauhi dosa-dosa besar, maka Dia akan menghapuskan semua dosa dan kesalahan serta memasukkan mereka ke surga. Termasuk ke dalam menjauhi dosa adalah mengerjakan kewajiban yang jika ditinggalkan pelakunya dianggap mengerjakan dosa besar, seperti shalat lima waktu, shalat Jum’at, puasa Ramadhan dsb.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya) yakni dosa-dosa yang pernah pelakunya mendapat ancaman seperti membunuh, berzina, mencuri dan lain-lain yang menurut Ibnu Abbas banyaknya hampir tujuh ratus macam (niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu) yang kecil-kecil dengan jalan mengerjakan ketaatan (dan Kami masukkan kamu dengan pemasukan) dibaca mudkhalan atau madkhalan yang berarti pemasukan atau ke tempat (yang mulia) yaitu surga.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala :

إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئاتِكُمْ

Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kalian yang kecil). (An-Nisaa’: 31)

Apabila kalian menjauhi dosa-dosa besar yang dilarang kalian mengerjakannya, maka Kami akan menghapus dosa-dosa kecil kalian, dan Kami masukkan kalian ke dalam surga. Oleh karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan:

وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيماً

Dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia (surga). (An-Nisaa’: 31)

Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muammal ibnul Hisyam, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Ayyub, dari Mu’awiyah ibnu Qurrah. dari Anas yang mengatakan, Kami belum pernah melihat hal yang semisal dengan apa yang disampaikan kepada kami dari Tuhan kami, kemudian kami rela keluar meninggalkan semua keluarga dan harta benda, yaitu diberikan pengampunan bagi kami atas semua dosa selain dosa-dosa besar. Allah Subhaanahu wa Ta’aala  telah berfirman: Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapuskan kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kalian yang kecil). (An-Nisaa’: 31), hingga akhir ayat.

Banyak hadits yang berkaitan dengan makna ayat ini. Berikut ini akan kami ketengahkan sebagian darinya yang mudah.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا هُشَيم عَنْ مُغِيرة، عَنْ أَبِي مَعْشَر، عَنْ إِبْرَاهِيمَ، عَنْ قَرْثَع الضَّبِّي، عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَدْرِي مَا يَوْمُ الْجُمُعَةِ؟  قُلْتُ: هُوَ الْيَوْمَ الَّذِي جَمَعَ اللَّهُ فِيهِ أَبَاكُمْ. قَالَ: لَكِنْ أدْرِي مَا يَوْمُ الجُمُعَةِ، لَا يَتَطَهَّرُ الرَّجُلُ فيُحسِنُ طُهُوره، ثُمَّ يَأْتِي الجُمُعة فيُنصِت حَتَّى يَقْضِيَ الْإِمَامُ صَلَاتَهُ، إِلَّا كَانَ كَفَّارَةً لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمُعَةِ الْمُقْبِلَةِ، مَا اجْتُنبت الْمَقْتَلَةُ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hassyim, dari Mugirah, dari Abu Ma’syar, dari Ibrahim, dari Marba’ Ad-Dabbi, dari Salman Al-Farisi yang menceritakan bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda kepadanya, Tahukah kamu, apakah hari Jumat itu? Salman Al-Farisi menjawab, Hari Jumat adalah hari Allah menghimpun kakek moyangmu (yakni hari kiamat terjadi pada hari Jumat). Nabi bersabda: Tetapi aku mengetahui apakah hari Jumat itu. Tidak sekali-kali seorang lelaki bersuci dan ia melakukannya dengan baik, lalu ia mendatangi shalat Jumat dan diam mendengarkan khotbah hingga imam menyelesaikan shalatnya, melainkan hari Jumat itu merupakan penghapus bagi dosa-dosa (kecil)nya antara Jumat itu sampai Jumat berikutnya selagi dosa-dosa yang membinasakan (dosa besar) dijauhi (nya).

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-5

Imam Bukhari meriwayatkan hal yang semisal dari jalur yang lain, melalui Salman.

قَالَ أَبُو جَعْفَرِ بْنُ جَرِيرٍ: حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى [بْنُ إِبْرَاهِيمَ] حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ، حَدَّثَنَا اللَّيْثُ، حَدَّثَنِي خَالِدٌ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلَالٍ، عَنْ نُعَيْمٍ المُجْمر، أَخْبَرَنِي صُهَيْبٌ مَوْلَى العُتْوارِي، أَنَّهُ سَمِعَ مِنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ يَقُولَانِ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسي بِيَدِهِ  ثَلَاثَ مَرَّاتٍ-ثُمَّ أكَبَّ، فَأَكَبَّ كُلُّ رَجُلٍ مِنَّا يَبْكِي، لَا نَدْرِي عَلَى مَاذَا حَلَفَ عَلَيْهِ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَفِي وَجْهِهِ الْبِشْرُ فَكَانَ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ حُمْر النَّعَم، فَقَالَ [صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ] مَا مِنْ عَبْدٍ يُصَلِّي الصَّلَواتِ الخمسَ، ويَصُومُ رمضانَ، ويُخرِج الزَّكَاةَ، ويَجْتنبُ الْكَبَائِرَ السَّبعَ، إِلَّا فُتِحتْ لَهُ أبوابُ الجَنَّةِ، ثُمَّ قِيلَ لَهُ: ادْخُل بسَلامٍ

Abu Ja’far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Khalid, dari Sa’id ibnu Abu Hilal, dari Na’im Al-Mujammar, telah menceritakan kepadaku Suhaib maula As-sawari; ia pernah mendengar Abu Hurairah dan Abu Sa’id menceritakan hadits berikut, bahwa

Rasulullah di suatu hari berkhotbah kepada para sahabat. Beliau bersabda, Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya. Kalimat ini diucapkannya tiga kali, lalu beliau menundukkan kepalanya. Maka masing-masing dari kami menundukkan kepala pula seraya menangis; kami tidak mengetahui apa yang dialami oleh beliau. Setelah itu beliau mengangkat kepalanya, sedangkan pada roman wajahnya tampak tanda kegembiraan; maka hal tersebut lebih kami sukai ketimbang mendapatkan ternak unta yang unggul. Lalu Nabi bersabda: Tidak sekali-kali seorang hamba shalat lima waktu, puasa Ramadan, menunaikan zakat, dan menjauhi tujuh dosa besar, melainkan dibukakan baginya semua pintu surga, kemudian dikatakan kepadanya, Masuklah dengan selamat.

Ayat berikutnya: Janganlah Iri Hati

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Nasai dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadits Al-Lais ibnu Sa’d dengan lafaz yang sama. Imam Hakim meriwayatkan pula juga Ibnu Hibban di dalam kitab sahihnya melalui hadits Abdullah ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris’, dari Sa’id ibnu Abu Hilal dengan lafaz yang sama. Kemudian Imam Hakim mengatakan bahwa hadits ini sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Artikel SebelumnyaJanganlah Iri Hati
Artikel SelanjutnyaHukuman Bagi yang Berbuat Zalim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini