Mengukuhkan Eksistensi Dirinya Sebagai Hamba Allah

Tafsir Al-Qur’an: Surah Maryam ayat 29-30

0
440

Kajian Tafsir Surah Maryam ayat 29-30. Nabi Isa ‘alaihis salam mengukuhkan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا (٢٩) قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا (٣٠)

Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. (Q.S. Maryam : 29-30)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fa asyārat ilaih (maka Maryam menunjuk kepada anaknya), yakni kepada ‘Isa a.s. mengisyaratkan agar mereka berbicara dengannya.

Qālū (mereka pun berkata) kepada Maryam.

Kaifa nukallimu mang kāna fil mahdi shabiyyā (“Bagaimana bisa kami berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan”), yakni dengan seorang anak kecil yang berusia empat puluh hari dan masih dalam pangkuan, atau masih di dalam ranjang. Namun, kemudian ‘Isa a.s. berbicara:

Qāla innī ‘abdullāh, ātāniyal kitāba (‘Isa berkata, “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah; Dia telah menganugerahiku al-Kitab), yakni telah mengajariku Taurat dan Injil sejak aku masih dalam kandungan ibuku.

Wa ja‘alanī nabiyyā (dan Dia juga menjadikanku sebagai seorang nabi”) sesudah aku keluar dari perut ibuku.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)nya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?”
  2. Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah[16], Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi[17],

[16] Nabi Isa ‘alaihis salam menerangkan keadaan dirinya, bahwa ia adalah hamba Allah, tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan sekaligus bukan anak tuhan seperti yang disangka oleh orang-orang Nasrani, Mahasuci Allah dari apa yang diucapkan orang-orang Nasrani yang mengaku mengikuti Nabi Isa ‘alaihis salam tetapi menyelisihinya dalam hal ini.

[17] Inilah posisi yang Allah berikan kepada Isa ‘alaihis salam sebagaimana nabi-nabi yang lain, yaitu sebagai hamba Allah dan Rasul-Nya. Hamba yang menunjukkan tidak boleh disikapi dengan sikap ifrath (berlebihan) sampai dituhankan, dan rasul atau nabi yang menunjukkan tidak boleh disikapi dengan sikap tafrith (meremehkan), sehingga harus ditaati perintahnya, dijauhi larangannya, dibenarkan perkataannya dan beribadah kepada Allah sesuai contohnya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maka Maryam mengisyaratkan) kepada kaumnya (seraya menunjuk kepada anaknya) maksudnya supaya mereka bertanya kepada anaknya. (Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak) yang masih (kecil berada dalam ayunan?)”.
  2. (Isa berkata, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab) yakni kitab Injil (dan Dia menjadikan aku seorang nabi).

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata, “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih ada dalam ayunan?” (Maryam: 29)

Yakni ketika mereka mencurigai keadaan Maryam dan mengingkari kejadian yang dialaminya, serta mengatakan kepadanya dengan kalimat sindiran yang menuduhnya berbuat tidak senonoh dan melakukan perbuatan zina. Saat itu Maryam sedang puasa dan tidak bicara, maka ia memalingkan jawabannya dengan menunjuk ke arah anaknya, dengan maksud agar mereka berbicara langsung dengan anaknya yang masih bayi. Maka mereka menjawab dengan nada memperolok-olokkan Maryam meledek dan mempermainkan mereka: Bagaimanakah kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan? (Maryam: 29)

Maimun ibnu Mahran mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) dengan maksud bahwa hendaknya mereka berbicara langsung dengan bayinya. Maka mereka merasa terkejut mendapat jawaban demikian seraya mengatakan, “Apakah kamu menyuruh kami berbicara dengan anak yang masih dalam usia ayunan?”

As-saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Maryam menunjuk kepada anaknya. (Maryam: 29) Ketika Maryam berlaku demikian, mereka marah dan mengatakan, “Sungguh ini merupakan ejekan dia terhadap kami, yang lebih parah daripada perbuatan zina yang dilakukannya, karena dia menyuruh kita berbicara dengan bayi ini.”

Mereka berkata, “bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” (Maryam: 29)

Yakni anak yang masih dalam usia ayunan lagi masih bayi, mana mungkin dia dapat berbicara.

Berkata Isa, “Sesungguhnya aku ini hamba Allah.” (Maryam: 30)

Mula-mula kalimat yang diucapkan Isa ialah menyucikan Zat Tuhannya dan membersihkan-Nya dari sifat beranak, kemudian mengukuhkan eksistensi dirinya sebagai hamba Allah.

Firman Allah Swt.:

Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30)

Kalimat ini dimaksudkan membersihkan nama ibunya dari tuduhan berzina yang dilontarkan oleh kaumnya.

Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa setelah mereka mengucapkan kata-kata tuduhan yang tidak senonoh terhadap ibunya, saat itu ia (Isa) sedang menetek pada ibunya. Maka ia melepaskan payudara ibunya dan memalingkan mukanya ke arah kiri seraya berkata: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30) sampai dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: selama aku hidup. (Maryam: 31)

Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit Al-Bannani, bahwa Isa mengangkat jari telunjuknya ke atas pundaknya yang sebelah kiri seraya berkata, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30)

Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dia memberiku Al-Kitab (Injil). (Maryam: 30) Artinya Dia telah memutuskan bahwa Dia akan memberiku Al-Kitab dalam ketetapan-Nya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa’id Al-Attar, dari Abdul Aziz ibnu Ziyad, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Isa putra Maryam telah mempelajari kitab Taurat dan menguasainya sejak ia masih berada dalam kandungan ibunya. Yang demikian itu adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya, menyitir kata-katanya: Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang nabi. (Maryam: 30)

Akan tetapi, Yahya ibnu Sa’id Al-Attar orangnya berpredikat matruk yakni hadisnya tidak terpakai.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaPentingnya Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Artikel SelanjutnyaBerasal dari Keluarga yang Baik Lagi Suci