Menguatkan Kebenaran Rasulullah ﷺ

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Haaqqah Ayat 38-43

0
985

Kajian Tafsir:  Surah Al-Haaqqah Ayat 38-43, Menguatkan kebenaran Rasulullah ﷺ dan amanahnya dalam menyampaikan wahyu.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ -٣٨- وَمَا لَا تُبْصِرُونَ -٣٩- إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ -٤٠- وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَاعِرٍ قَلِيلاً مَا تُؤْمِنُونَ -٤١- وَلَا بِقَوْلِ كَاهِنٍ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ -٤٢- تَنزِيلٌ مِّن رَّبِّ الْعَالَمِينَ -٤٣

Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan demi apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya ia (Al-Qur’an itu) benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan ia (Al-Qur’an) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. Ia (Al-Qur’an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Q.S. Al-Haqqah : 38-43)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fa lā uqsimu bi mā tubshirūn (maka Aku bersumpah dengan apa yang kalian lihat), yakni sesuatu yang kalian lihat.

Wa mā lā tubshirūn (dan apa yang tidak kalian lihat), yakni sesuatu yang tidak kalian lihat, hai penduduk Mekah! Menurut satu pendapat,

bi mā tubshirūn. (dengan apa yang kalian lihat), yakni langit dan bumi;

wa mā lā tubshirūn (dan apa yang tidak kalian lihat), yakni surga dan neraka. Ada pula yang berpendapat,

bi mā tubshirūn (dengan apa yang kalian lihat), yakni matahari dan bulan;

wa mā lā tubshirūn (dan apa yang tidak kalian lihat), yakni Arasy dan kursi. Dan ada pula yang mengatakan,

bi mā tubshirūn (dengan apa yang kalian lihat), yakni Nabi Muhammad ﷺ

wa mā lā tubshirūn (dan apa yang tidak kalian lihat), yakni Jibril. Allah Ta‘ala bersumpah dengan semua itu.

Innahū (sesungguhnya ia), yakni Al-Qur’an.

La qaulu rasūling karīm (benar-benar merupakan perkataan rasul yang mulia), yakni Al-Qur’an adalah Firman Allah Ta‘ala yang diturunkan melalui Jibril kepada rasul yang mulia, Muhammad ﷺ

Wa mā huwa (dan bukanlah ia itu), yakni bukanlah Al-Qur’an itu.

Bi qauli syā‘irin (perkataan seorang penyair), yakni gubahan seorang penyair.

Qalīlam mā tu’minūn (sedikit sekali yang kalian imani), yakni kalian tidak beriman sedikit pun, apalagi banyak.

Wa lā bi qauli kāhin (dan bukan pula perkataan seorang dukun) yang suka mengabari apa yang akan terjadi esok.

Qalīlam mā tadzakkarūn (sedikit sekali yang kalian ambil sebagai pelajaran), yakni kalian tidak mengambil pelajaran sedikit pun, apalagi banyak.

Taηzīlun ([ia] diturunkan), yakni Al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ

Mir rabbil ‘ālamīn (dari Rabb semesta alam).


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-29


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. Maka aku bersumpah dengan apa[1] yang kamu lihat,

[1] Yakni makhluk.

  1. dan dengan apa yang tidak kamu lihat[2].

[2] Sehingga termasuk semua makhluk. Allah Subhaanahu wa Ta’aala bersumpah dengan semua makhluk untuk menunjukkan benarnya Al-Qur’an yang dibawa Rasulullah ﷺ bahwa ia adalah firman-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala juga membersihkan Rasul-Nya ﷺ dari tuduhan yang dilontarkan oleh musuh-musuh Beliau, bahwa Beliau adalah penyair atau pesihir, dan bahwa yang mendorong mereka menuduh seperti itu adalah karena mereka tidak beriman dan tidak mengambil pelajaran. Kalau sekiranya mereka beriman dan mengambil pelajaran, tentu mereka akan mengetahui apa yang bermanfaat bagi mereka dan apa yang berbahaya, di antaranya adalah mereka akan melihat keadaan Nabi Muhammad ﷺ, memperhatikan sifat dan akhlaknya, dimana dari situ mereka akan melihat kebenaran Muhammad ﷺ bahwa Beliau adalah utusan-Nya dan bahwa Al-Qur’an yang Beliau bawa adalah firman Allah Tuhan seluruh alam, bukan perkataan manusia, bahkan perkataan itu (Al-Qur’an) menunjukkan keagungan yang berfirman, kebesaran sifat-sifat-Nya, sempurnanya tarbiyah(pendidikan)-Nya kepada hamba-hamba-Nya dan tingginya Dia di atas semua makhluk-Nya.

  1. Sesungguhnya ia (Al-Qur’an itu) benar-benar wahyu (yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia,
  2. dan ia (Al-Qur’an) bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya.
  3. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya.
  4. Ia (Al-Qur’an) adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan seluruh alam.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maka) huruf laa di sini adalah huruf zaidah (Aku bersumpah dengan apa yang kalian lihat) makhluk-makhluk yang kalian lihat.
  2. (Dan dengan apa yang tidak kalian lihat) di antara makhluk-makhluk itu.
  3. (Sesungguhnya dia) yakni Alquran itu (adalah benar-benar perkataan utusan yang mulia) yang disampaikan oleh malaikat Jibril dari Allah swt.
  4. (Dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kalian beriman kepadanya.)
  5. (Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kalian mengambil pelajaran darinya) lafal tu’minuuna pada ayat di atas dan lafal tadzakkaruuna, kedua-duanya dapat pula dibaca yu’minuuna dan yadzakkaruuna. Huruf maa-nya merupakan huruf zaidah yang berfungsi mengukuhkan makna. Makna ayat, bahwasanya mereka itu hanya beriman kepada hal-hal yang sedikit sekali, dan mereka pun hanya ingat sedikit tentang hal-hal yang didatangkan oleh Nabi ﷺ yaitu berupa kebaikan, silaturahmi, dan memelihara kehormatan. Maka hal-hal tersebut tiada memberi manfaat kepada mereka barang sedikit pun.
  6. Bahkan Al-Qur’an itu (diturunkan dari Rabb semesta alam.)

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Swt. bersumpah kepada makhluk-Nya dengan menyebut segala sesuatu yang disaksikan oleh mereka, yaitu tanda-tanda kekuasaan-Nya yang terdapat pada semua makhluk-Nya, yang menunjukkan kesempurnaan-Nya dalam asma-asma dan sifat-sifat-Nya. Dia juga bersumpah kepada mereka dengan menyebut semua perkara gaib yang tidak dapat dilihat oleh mereka, bahwa sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah kalam-Nya dan wahyu-Nya yang diturunkan-Nya kepada hamba dan rasul-Nya yang telah Dia pilih untuk menyampaikan risalah dan menunaikan amanat-Nya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Maka Aku, bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat. Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia. (Al-Haqqah: 38-40)

Yakni Nabi Muhammad ﷺ, lalu di-mudaf-kan kepadanya dengan mengandung makna tablig (menyampaikan), karena sesungguhnya tugas rasul itu ialah menyampaikan apa yang dititipkan kepadanya. Untuk itulah maka di-mudaf-kan pula makna ini kepada malaikat yang dipercaya untuk menyampaikannya, sebagaimana yang terdapat di dalam surat At-Takwir, yaitu:

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ مُطاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ

Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi disisi Allah yang mempunyai ‘Arasy yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (At-Takwir: 19-21)

Yang ini adalah malaikat yang menyampaikannya dari Allah kepada Nabi ﷺ yaitu Jibril a.s. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:

وَما صاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ

Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. (At-Takwir: 22)

Yaitu temanmu Muhammad ﷺ.

وَلَقَدْ رَآهُ بِالْأُفُقِ الْمُبِينِ

Dan sesungguhnya Muhammad itu meIihat Jibril di ufuk yang terang. (At-Takwir: 23)

Yakni Nabi Muhammad ﷺ melihat rupa asli Malaikat Jibril a.s.

وَما هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ

Dan dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang gaib. (At-Takwir: 24)

Maksudnya, dia bukanlah orang yang menerka-nerka yang gaib.

وَما هُوَ بِقَوْلِ شَيْطانٍ رَجِيمٍ

Dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan setan yang terkutuk. (At-Takwir: 25)

Maka demikian pula yang disebutkan dalam surat ini melalui firman-Nya:

Dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. (Al-Haqqah: 41-42)

Terkadang Allah meng-idafah-kan kepada malaikat yang diutus-Nya, terkadang meng-idafah-kannya (mengaitkan Al-Qur’an) kepada manusia yang diutus-Nya, karena masing-masing dari keduanya bertugas menyampaikan wahyu dan kalam-Nya yang dipercayakan kepadanya. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Haqqah: 43)

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepada kami Syuraih ibnu Ubaid yang mengatakan bahwa Umar ibnul Khattab pernah mengatakan bahwa sebelum masuk Islam, ia pernah keluar untuk menghadang Rasulullah ﷺ. Ternyata ia menjumpai beliau telah mendahuluinya berada di masjid. Lalu ia berdiri di belakang beliau, maka beliau membaca surat Al-Haqqah, dan ia merasa kagum dengan susunan kata-kata Al-Qur’an. Ia berkata dalam hatinya, “Dia, demi Allah, adalah seorang penyair seperti yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy.” Maka beliau membaca firman-Nya: Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al-Qur’an itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. (Al-Haqqah: 40-41); Kemudian aku (Umar) berkata, “Dia adalah seorang tukang tenung.” Maka Nabi ﷺ membaca firman selanjutnya: Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran darinya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengada-adakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya. Maka sekali-kali tidak ada seorang pun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami) dari pemotongan urat nadi itu. (Al-Haqqah: 42-47), hingga akhir surat.

Selanjutnya Umar mengatakan bahwa lalu sejak saat itu Islam mulai meresap dan menimbulkan kesan yang mendalam di dalam hatiku. Ini merupakan salah satu dari penyebab yang dijadikan oleh Allah untuk memberikan hidayah kepada Umar ibnul Khattab. Sebagaimana yang telah kami kemukakan dalam karya tulis yang terpisah mengenai Sirah perjalanan hidupnya, yang di dalamnya dijelaskan bagaimana keadaannya ketika mula-mula masuk Islam.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaAmanah Rasulullah ﷺ dalam Menyampaikan Wahyu
Artikel SelanjutnyaDiberi Catatan Amal dengan Tangan Kirinya