Mengapa Mengingkari Ayat-ayat Allah?

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 98-99

0
221

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 98-99. Peringatan terhadap umat Islam agar tidak menaati dan tidak berwala’ kepada Ahli Kitab; Mengapa mengingkari ayat-ayat Allah? Mengapa menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah? Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ شَهِيدٌ عَلَى مَا تَعْمَلُونَ – قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ مَنْ آمَنَ تَبْغُونَهَا عِوَجًا وَأَنْتُمْ شُهَدَاءُ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Katakanlah (Muhammad), Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah (Al-Qur’an), padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan? Katakanlah (Muhammad), Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah, kamu menghendakinya (jalan Allah) menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?. Allah tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Ali Imran : 98-99)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Qul yā ahlal kitābi lima takfurūna bi āyātillāhi (katakanlah, Wahai ahli kitab, mengapa kalian kufur kepada ayat-ayat Allah), yakni kepada Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an.

Wallāhu syahīdun ‘alā mā ta‘malūn (padahal Allah Maha Menyaksikan apa yang kalian perbuat) berupa kekafiran, menyembunyikan kebenaran, dan segala kemaksiatan.

Qul yā ahlal kitābi lima tashuddūna (katakanlah, Wahai ahli kitab, mengapa kalian menghalang-halangi), yakni mengapa kalian memalingkan.

‘Aη sabīlillāhi (dari Jalan Allah), yakni dari agama Allah dan ketaatan kepada-Nya.

Man āmana (orang-orang yang telah beriman) kepada Allah Ta‘ala, Nabi Muhammad ﷺ, dan Al-Qur’an.

Tabghūnahā ‘iwajan (kalian menghendakinya menjadi bengkok), yakni menginginkan mereka berbuat keliru dan menyimpang.

Wa aηtum syuhadā’ (padahal kalian menyaksikan), yakni kalian mengetahui hal itu (iman kepada Allah Dan Muhammad ﷺ) tercantum dalam al-Kitab.

Wa mallāhu bi ghāfilin (dan Allah sekali-kali tidak lalai), yakni tidak lupa.

‘Am mā ta‘malūn (dari segala apa yang kalian lakukan) berupa kekufuran, menyembunyikan kebenaran, dan kemaksiatan-kemaksiatan.

.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Katakanlah (Muhammad), Wahai Ahli Kitab! Mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah (Al-Qur’an), padahal Allah Maha menyaksikan apa yang kamu kerjakan?
  2. Katakanlah (Muhammad), Wahai ahli Kitab! Mengapa kamu menghalang-halangi orang-orang yang beriman dari jalan Allah[19], kamu menghendakinya (jalan Allah) menjadi bengkok, padahal kamu menyaksikan?[20]. Allah tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan[21].

[19] Yakni dari agama-Nya, dengan mendustakan Nabi Muhammad ﷺ dan menyembunyikan nikmat yang diberikan kepadanya.

[20] Menyaksikan maksudnya mengetahui bahwa agama yang diridhai Allah adalah agama Islam sebagaimana yang ada dalam kitab mereka.

[21] Bahkan Allah meliputi amal mereka, niat mereka dan rencana jahat mereka dan akan memberikan balasan terhadap pekerjaan mereka. Pekerjaan mereka misalnya kafir, mendustakan dan menghalangi manusia dari jalan Allah. Di ayat 98-99, Allah Subhaanahu wa Ta’aala mencela orang-orang Yahudi dan Nasrani karena kekafiran mereka kepada ayat-ayat-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya, padahal ayat tersebut Allah jadikan sebagai rahmat bagi hamba-hamba-Nya agar mereka dapat mengambilnya sebagai petunjuk. Namun mereka (Ahli Kitab) malah mengingkarinya, bahkan tidak hanya itu, mereka juga menghalangi manusia dari jalan Allah dan menginginkannya menjadi bengkok.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Katakanlah, Hai Ahli Kitab! Kenapa kamu ingkar akan ayat-ayat Allah) yakni Al-Qur’an (padahal Allah menyaksikan apa yang kamu kerjakan.) hingga akan memberinya balasan?
  2. (Katakanlah, Hai Ahli Kitab! Kenapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah) dari agama-Nya (orang-orang yang beriman) melalui pendustaan kalian terhadap Nabi Muhammad ﷺ dan menyembunyikan sifat-sifatnya (kamu mengharap) menghendaki agama itu (menjadi bengkok) sebenarnya iwaja itu kata benda tetapi berarti sebagai kata sifat artinya bengkok atau menyimpang dari kebenaran (padahal kamu menyaksikan) mengetahui bahwa agama yang lurus lagi diridai seperti yang tercantum dalam kitab sucimu ialah agama Islam. (Dan Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan) berupa kekafiran dan mendustakan. Dia sengaja menangguhkan kamu sampai saatmu nanti buat menerima ganjaran dan balasan-Nya.

Ayat berikut diturunkan tatkala beberapa orang Yahudi lewat pada sebagian orang-orang Aus dan Khazraj. Mereka berang melihat kerukunan mereka lalu mereka bangkit-bangkitkan fitnah yang terjadi di antara mereka di masa jahiliah sehingga mereka pun bersengketa bahkan hampir bunuh-bunuhan.

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-4

Tafsir Ibnu Katsir

Hal ini merupakan kecaman keras dari Allah Subhaanahu wa Ta’aala, ditujukan kepada orang-orang kafir Ahli Kitab karena mereka ingkar terhadap perkara yang hak, dan mereka kafir terhadap ayat-ayat Allah serta menghalang-halangi jalan Allah dari orang yang hendak menempuhnya dari kalangan ahlul iman. Mereka menghalang-halangi jalan Allah dengan segenap kemampuan dan kekuatan mereka, padahal mereka mengetahui bahwa apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ adalah perkara yang hak dari sisi Allah Subhaanahu wa Ta’aala Pengetahuan mereka berlandaskan kepada apa yang ada pada mereka berupa pengetahuan mengenai para nabi dan para rasul terdahulu. Mereka semuanya mendapat berita gembira dan mengisyaratkan perihal akan adanya seorang nabi yang ummi dari kalangan Bani Hasyim, keturunan orang Arab dari Mekah, penghulu semua manusia, penutup para nabi dan rasul Tuhan yang memiliki bumi dan langit.

Ayat berikutnya: Peringatan Terhadap Umat Islam

Allah mengancam mereka atas perbuatan mereka yang demikian, dan memberitahukan bahwa Dia Maha Menyaksikan semua yang mereka lakukan itu, juga Allah Maha Menyaksikan atas pelanggaran mereka terhadap kitab yang ada di tangan mereka dari para nabi mereka, lalu perlakuan mereka terhadap rasul yang disebut dalam berita gembira dengan cara mendustakannya dan mengingkarinya. Maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan bahwa Dia sekali-kali tidak lalai dari apa yang mereka kerjakan. Dengan kata lain, Allah Subhaanahu wa Ta’aala pasti akan membalas perbuatan itu terhadap diri mereka. Hal itu akan dilakukan-Nya pada hari kiamat nanti, seperti  yang dinyatakan di dalam firman-Nya:

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ

(Yaitu) pada hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. (Asy-Syu’ara: 88)

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

 

Artikel SebelumnyaPeringatan Terhadap Umat Islam
Artikel SelanjutnyaSiapa Mengingkari Kewajiban Haji

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini