Manusia Akan Terbagi Menjadi Tiga Golongan

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Waaqi’ah

0
1067

Kajian Tafsir: Surah Al-Waaqi’ah (Hari Kiamat Yang Pasti Terjadi). Surah ke-56. 96 ayat. Makkiyyah Kecuali ayat 81 dan 82 Madaniyyah Turun sesudah Surah Taha. Ayat 1-10. Di antara peristiwa dahsyat pada hari Kiamat, dan bahwa manusia akan terbagi menjadi tiga golongan; As Saabiqun, As-habul yamin dan As-habusy syimal.

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِذَا وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (١) لَيْسَ لِوَقْعَتِهَا كَاذِبَةٌ (٢) خَافِضَةٌ رَافِعَةٌ (٣) إِذَا رُجَّتِ الأرْضُ رَجًّا (٤) وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا (٥) فَكَانَتْ هَبَاءً مُنْبَثًّا (٦) وَكُنْتُمْ أَزْوَاجًا ثَلاثَةً (٧) فَأَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ (٨) وَأَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ مَا أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ (٩) وَالسَّابِقُونَ السَّابِقُونَ (١٠)

Apabila terjadi hari Kiamat,  Terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain). Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan, dan kamu menjadi tiga golongan. yaitu golongan kanan, alangkah mulianya golongan kanan itu, dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu, dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga). (Q.S.  Al-Waaqi’ah : 1-10)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Idzā waqa‘atil wāqi‘ah (apabila hari kiamat terjadi).

Laisa li waq‘atihā kādzibah (terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan), yakni tidak dapat ditolak, ditentang, dan dimusyawarahkan.

Khāfidlatun ([kejadian itu] merendahkan), yakni akan merendahkan suatu kaum karena amal perbuatan mereka, kemudian mereka dimasukkan ke dalam neraka.

Rāfi‘ah (dan meninggikan), yakni meninggikan suatu kaum karena amal-amal mereka, kemudian mereka dimasukkan ke dalam surga.

Idzā rujjatil ardlu rajjā (apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya), sehingga lenyaplah semua bangunan dan gunung yang ada di atasnya. Semuanya kembali ke dalam bumi.

Wa bussatil jibālu bassā (dan gunung-gunung diluluhlantakkan sehancur-hancurnya), yakni gunung-gunung digerakkan dari permukaan bumi seperti digerakkannya awan. Ada yang berpendapat, dilepaskan selepas-lepasnya. Ada yang mengatakan, dicabut hingga ke akar-akarnya. Ada pula yang menyatakan, diremukkan sehancur-hancurnya bak tepung atau makanan hewan yang dikeringkan.

Fa kānat habā-an (maka jadilah ia debu), yakni seperti debu yang berhamburan dari kuku binatang. Atau seperti cahaya matahari yang masuk melalui lubang dinding atau lubang pintu yang ada di sebuah rumah.

Mumbats-tsā (yang beterbangan), yakni yang menyatu dan berputar.

Wa kuηtum (dan kalian menjadi), yakni pada hari kiamat kalian menjadi.

Azwājaη tsalātsah (tiga golongan), yakni tiga kelompok.

Fa ash-hābul maimanati (yaitu golongan kanan). Mereka adalah para penghuni surga yang kitab mereka diberikan dari sebelah kanan. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan Allah Ta‘ala, “Mereka berada di dalam surga, dan tidak Aku pedulikan (pikirkan) lagi.”

Mā ash-hābul maimanah (alangkah mulianya golongan kanan itu). Allah Ta‘ala Membuat Nabi saw. merasa kagum dengan hal tersebut. Dia berfirman, “Dan tahukah kamu, hai Muhammad, kenikmatan, kesenangan, dan kemuliaan apa yang diberikan kepada para penghuni surga?”

Wa ash-hābul masy-amati (dan golongan kiri). Mereka adalah para penghuni neraka yang kitab mereka diberikan dari sebelah kiri. Mereka adalah orang-orang yang disebutkan Allah Ta‘ala, “Mereka berada di dalam neraka, dan Aku tidak peduli.”

Mā ash-hābul masy-amah (alangkah sengsaranya golongan kiri itu). Allah Ta‘ala membuat kaget Nabi ﷺ dengan hal tersebut. Dia Berfirman, “Dan tahukah kamu, hai Muhammad, kehinaan, siksaan, dan azab apa yang diberikan kepada para penghuni neraka itu?”

Was sābiqūna (dan orang-orang yang paling dahulu) beriman, berhijrah, berjihad, bertakbir yang pertama, dan mengerjakan semua kebaikan di dunia, mereka ….

As-sābiqūn (adalah yang paling dahulu) masuk surga di akhirat.


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz ke-27


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. [1]Apabila terjadi hari Kiamat,

[1] Di ayat ini dan setelahnya, Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan tentang sesuatu yang pasti terjadi, yaitu hari Kiamat.

  1. Terjadinya tidak dapat didustakan (disangkal)[2].

[2] Sebagaimana sebelum terjadinya disangkal atau didustakan oleh sebagian manusia. Atau maksudnya, tidak ada keraguan padanya karena begitu jelas dalil-dalilnya baik secara akal maupun naql, demikian pula ditunjukkan oleh hikmah (kebijaksanaan) Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

  1. (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan)[3] dan meninggikan (golongan yang lain)[4].

[3] Dengan masuk ke tempat yang paling rendah, yaitu neraka.

[4] Dengan masuk ke tempat yang paling tinggi, yaitu surga.

  1. Apabila bumi diguncangkan sedahsyat-dahsyatnya,
  2. dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya,
  3. maka jadilah ia debu yang beterbangan[5],

[5] Sehingga bumi menjadi rata tidak ada tempat yang tinggi dan tidak ada tempat yang rendah.

  1. dan kamu menjadi tiga golongan[6].

[6] Sesuai amal yang kamu kerjakan selama di dunia.

  1. yaitu golongan kanan[7], alangkah mulianya golongan kanan itu,

[7] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kanan.

  1. dan golongan kiri[8], alangkah sengsaranya golongan kiri itu,

[8] Ialah mereka yang menerima buku catatan amal dengan tangan kiri.

  1. dan orang-orang yang paling dahulu (beriman), merekalah yang paling dahulu (masuk surga)[9],

[9] Menurut Syaikh As Sa’diy, maksudnya bahwa orang-orang yang bersegera kepada kebaikan ketika di dunia, maka mereka itulah orang-orang yang bersegera di akhirat untuk masuk surga. Mereka inilah orang-orang yang dekat dengan Allah Subhaanahu wa Ta’aala di surga kenikmatan yang berada di tempat yang paling tinggi (‘Illiyyin).

.

Tafsir Jalalain

  1. (Apabila hari kiamat terjadi) bilamana hari terakhir tiba.
  2. (Tidak ada seorang pun dapat berdusta tentang kejadiannya) maksudnya, tiada seorang pun yang tidak mempercayai kejadiannya sebagaimana ia tidak mempercayainya sewaktu di dunia.
  3. (Ia merendahkan dan meninggikan) artinya, kejadian hari kiamat itu menampakkan siapa di antara mereka yang terhina karena dimasukkan ke dalam neraka, dan siapa di antara mereka yang ditinggikan derajatnya karena dimasukkan ke dalam surga.
  4. (Apabila bumi diguncangkan dengan se dahsyat-dahsyatnya) yakni bilamana bumi mengalami gempa yang amat dahsyat.
  5. (Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya) atau apabila gunung-gunung dihancurleburkan.
  6. (Maka jadilah dua debu) yaitu berupa debu (yang beterbangan) yang menyebar ke mana-mana. Lafal Idzaa kedua menjadi Badal dari lafal Idza pertama.
  7. (Dan kalian menjadi) pada hari kiamat itu (bergolong-golongan) terdiri dari golongan-golongan (yang terbagi tiga).
  8. (Yaitu golongan kanan) mereka adalah orang-orang yang kitab catatan amal perbuatan mereka diberikan kepadanya dari sebelah kanan. Kalimat ayat ini menjadi Mubtada sedangkan Khabarnya ialah, (Alangkah mulianya golongan kanan itu) kalimat ayat ini mengandung makna yang mengagungkan dan memuliakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam surga.
  9. (Dan golongan kiri) yakni mereka yang kitab catatan amalnya diberikan kepadanya dari sebelah kiri. (Alangkah sengsaranya golongan kiri itu) ungkapan ini mengandung makna yang menghinakan kedudukan mereka, karena mereka dimasukkan ke dalam neraka.
  10. (Dan orang-orang yang paling dahulu) dalam kebaikan, mereka adalah para nabi; ayat ini berkedudukan menjadi Mubtada (yaitu orang-orang yang paling dahulu) lafal ayat ini mengukuhkan makna ayat pertama, dimaksud sebagai ungkapan tentang keagungan kedudukan mereka.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Al-Waqi’ah adalah salah satu nama dari nama-nama hari kiamat. Dinamakan demikian karena kepastian kejadiannya, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ

Maka pada hari itu terjadilah kiamat. (Al-Haqqah: 15)

Adapun firman Allah Swt.:

Terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Al-Waqi’ah: 2)

Yakni tiada yang dapat memalingkan atau menolaknya bila Allah Swt. telah menghendaki kejadiannya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

اسْتَجِيبُوا لِرَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا مَرَدَّ لَهُ مِنَ اللَّهِ

Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat ditolak kedatangannya. (Asy-Syura

قَالَ أَبُو إِسْحَاقَ عَنْ عِكْرِمَة، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ أَبُو بَكْرٍ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، قَدْ شبتَ؟ قَالَ: شيَّبتني هُودٌ، وَالْوَاقِعَةُ، وَالْمُرْسَلَاتُ، وعَمَّ يَتَسَاءَلُونَ، وَإِذَا الشَّمْسُ كُوِّرَتْ

Abu Ishaq telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa sahabat Abu Bakar pernah bertanya, ‘”Wahai Rasulullah, engkau kelihatan telah beruban.” Rasulullah ﷺ menjawab: Telah membuatku beruban surat Hud, surat Al-Waqi’ah, surat Al-Mursalat, surat An-Naba, dan surat At-Takwir.

Imam Turmuzi telah meriwayatkan hadis ini, dan ia mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib.

Al-Hafiz ibnu Asakir telah mengatakan dalam biografi Abdullah ibnu Mas’ud lengkap dengan sanadnya sampai kepada Amr ibnur Rabi’ ibnuTariq Al-Masri, telah menceritakan kepada kami As-Sirri ibnu Yahya Asy-Syaibani, dari Abu Syuja’, dari Abu Zabyah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas’ud dalam sakitnya yang menghantarkan kepada kematiannya dijenguk oleh Usman ibnu Affan, lalu Usman bertanya, “Sakit apakah yang engkau rasakan?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Dosa-dosakulah yang membuatku sakit.” Usman bertanya, “Apakah yang engkau inginkan?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Rahmat Tuhanku.” Usman bertanya, “Maukah engkau kudatangkan seorang tabib?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Tabib akan membuatku bertambah parah.” Usman bertanya, “Maukah aku perintahkan agar kuberikan ata (pemberian) untukmu?” Ibnu Mas’ud menjawab, “Saya tidak memerlukannya.” Usman berkata, “Itu nantinya untuk anak-anak perempuanku sesudah kamu tiada.” Ibnu Mas’ud menjawab, “Apakah aku mengkhawatirkan anak-anak perempuanku jatuh fakir? Sesungguhnya aku telah memerintahkan kepada semua anak perempuanku agar setiap malam membaca surat Al-Waqi’ah karena aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيْلَةٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

‘Barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, niscaya tidak akan terkena kemiskinan selamanya’.”

Kemudian Ibnu Asakir mengatakan bahwa demikianlah sanad hadis ini, tetapi yang benar adalah dari Syuja’, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Abdullah ibnu Wahb, dari As-Sirri.

Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku As-Sirri ibnu Yahya, bahwa Syuja’ pernah menceritakan hadis ini dari AbuZabyah, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ كُلَّ لَيْلَةٍ لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

Barang siapa yang membaca surat Al-Waqi’ah setiap malam, niscaya tidak akan tertimpa kemiskinan selamanya.

Tersebutlah pula bahwa Abu Zabyah tidak pernah meninggalkannya. Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la, dari Ishaq ibnu Ibrahim, dari Muhammad ibnu Munib, dari As-Sirri ibnu Yahya, dari Syuja’, dari Abu Zabyah, dari Ibnu Mas’ud dengan sanad yang sama.

Kemudian Abdullah ibnu Wahb telah meriwayatkannya pula dari Ishaq ibnu Abu Israil, dari Muhammad ibnu Munib Al-Adani, dari As-Sirri ibnu Yahya, dari Abu Zabyah, dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْوَاقِعَةِ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ، لَمْ تُصِبْهُ فَاقَةٌ أَبَدًا

Barang siapa membaca surat Al-Waqi’ah setiap malamnya, niscaya tidak akan tertimpa kemiskinan selamanya.

Dalam sanad riwayat ini tidak disebutkan nama Syuja’, selanjutnya Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa ia telah memerintahkan kepada anak-anak perempuannya agar membacanya setiap malam.

Ibnu Asakir telah meriwayatkan pula melalui hadis Hajjaj ibnu Nasir dan Us’man ibnu Abul Yaman, dari As-Sirri ibnu Yahya, dari Syuja’, dari Abu Fatimah yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas’ud sedang sakit, lalu dijenguk oleh Usman ibnu Affan, kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Usman ibnul Yaman mengatakan bahwa Abu Fatimah ini adalah maula Ali ibnu Abu Talib.

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Israil dan Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak ibnu Harb, bahwa ia pernah mendengar Jabir ibnu Samurah mengatakan bahwa dahulu Rasulullah ﷺ mengerjakan salatnya sebagaimana kalian mengerjakan salat sekarang ini, tetapi salat beliau ﷺ agak sedikit ringan, dan lebih ringan daripada salat kalian. Dan beliau dalam salat Subuhnya membaca surat Al-Waqi’ah dan surat-surat lainnya yang semisal.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaOrang-orang yang Didekatkan Kepada Allah
Artikel SelanjutnyaPujian bagi Allah Pemilik Keagungan dan Kemuliaan