Surah Al-Baqarah Ayat 187, Latin, Arti, dan Tafsir Pilihan

Kajian Tafsir: Surah Al-Baqarah ayat 187

0
65

Surah Al-Baqarah ayat 187 memberikan pengarahan yang khusus terkait aturan-aturan dalam berhubungan suami istri, terutama dalam konteks ibadah puasa.

Ayat ini mengingatkan bahwa Allah Maha Pengampun dan Maha Penerima tobat, serta menyerukan agar manusia mencari apa yang telah ditetapkan Allah baginya dalam hal-hal yang halal dan baik.

Demikian, ayat ini mencerminkan pentingnya menjaga keseimbangan antara ketaatan pada aturan-aturan agama dan penghargaan terhadap kebutuhan dan hak-hak individu dalam hubungan suami istri, serta mengajarkan umat Islam untuk mencari keberkahan dalam segala tindakan mereka, termasuk dalam keintiman suami istri.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

اُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ اِلٰى نِسَاۤىِٕكُمْ ۗ هُنَّ لِبَاسٌ لَّكُمْ وَاَنْتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللّٰهُ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُوْنَ اَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۚ فَالْـٰٔنَ بَاشِرُوْهُنَّ وَابْتَغُوْا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗ وَكُلُوْا وَاشْرَبُوْا حَتّٰى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْاَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْاَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِۖ ثُمَّ اَتِمُّوا الصِّيَامَ اِلَى الَّيْلِۚ وَلَا تُبَاشِرُوْهُنَّ وَاَنْتُمْ عٰكِفُوْنَۙ فِى الْمَسٰجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ فَلَا تَقْرَبُوْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُوْنَ

.

Tulisan Latin dan Arti Al-Baqarah Ayat 187

Mari kita simak keindahan surah Al-Baqarah ayat 187 dengan melihat teks dalam tulisan latin dan artinya.

Uhilla lakum lailatash shiyāmir rafatsu ilā nisā-ikum (dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan shaum bersetubuh dengan istri kalian).

Hunna libāsul lakum (mereka adalah pakaian bagi kalian).

Wa aηtum libāsul lahunna (dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka).

‘Alimallāhu annakum kuηtum takhtānūna aηfusakum (Allah mengetahui bahwasanya kalian tidak dapat menahan nafsu).

Fa tāba ‘alaikum (karenanya, Allah mengampuni kalian).

Wa ‘afā ‘angkum (dan memaafkan kalian).

Fal āna (maka sekarang).

Bāsyirūhunna (gaulilah mereka).

Wab taghū (dan carilah).

Mā kataballāhu lakum (apa yang telah Allah tetapkan untuk kalian).

Simak: Surah Al-Baqarah Ayat 286: Merenungi Makna Doa Orang Mukmin

.

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 187

Mari kita bersama-sama merenungkan makna apa yang tafsir sampaikan mengenai Surah Al-Baqarah ayat 187 ini.

.

Tafsir Ibnu Abbas

(dihalalkan bagi kalian pada malam hari bulan shaum bersetubuh dengan istri kalian), yakni berjimak dengan istri kalian.

(mereka adalah pakaian bagi kalian), yakni ketenteraman bagi kalian.

(dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka), yakni ketenteraman bagi mereka.

(Allah mengetahui bahwasanya kalian tidak dapat menahan nafsu) berjimak sesudah shalat Isya.

(karenanya, Allah mengampuni kalian), yakni memberi kalian ampun.

dan memaafkan kalian), yakni memaafkan pelanggaran kalian serta tidak akan menghukum kalian.

(maka sekarang), ketika telah dihalalkan bagi kalian.

(gaulilah mereka), yakni berjimaklah dengan mereka.

(dan carilah), yakni berusahalah untuk mendapatkan.

(apa yang telah Allah tetapkan untuk kalian), yakni apa yang telah Allah Ta‘ala tetapkan tentang anak saleh. Ayat ini diturunkan berhubungan dengan ‘Umar bin al-Khaththab radiyallahu ‘anhu.

Simak: Ayat Kursi, Pencerahan Jiwa dan Kehadiran Ilahi

.

Tafsir Hidayatul Insan

[13] Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri kamu[14]. Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu adalah pakaian bagi mereka[15]. Allah mengetahui bahwa kamu tidak dapat menahan dirimu, karena itu Allah mengampuni dan memaafkan kamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu[16]. ….

[13] Imam Bukhari meriwayatkan dari Al Barra’, ia berkata, Para sahabat Nabi Muhammad ﷺ, ketika berpuasa, kemudian tiba waktu berbuka, lalu seseorang tidur sebelum berbuka, maka ia tidak makan di malam harinya dan di siang harinya sampai sore hari. Pernah suatu ketika Qais bin Sharmah Al Anshariy berpuasa, saat tiba waktu berbuka, ia mendatangi istrinya dan berkata kepadanya, Apakah kamu memiliki makanan? Istrinya menjawab, Tidak. Akan tetapi, saya akan pergi mencarikan untukmu. Di siang harinya, Qais bekerja sehingga membuatnya cepat mengantuk di malam hari, lalu istrinya berkata, Rugi sekali kamu!. Ketika di siang hari, Qais pun pingsan, lalu diberitahukan masalah tersebut kepada Nabi ﷺ, maka turunlah ayat ini, Uhilla lakum lailatash shiyaamur rafatsu ilaa nisaa’ikum, maka para sahabat bergembira sekali. Demikian pula ayat, Wa kuluu wasy rabuu hattaa yatabayyana lakumul khaithul abyadhu minal khaithil aswad…dst.

Imam Bukhari menyebukan kembali dalam Kitabut tafsir dengan adanya perubahan pada sebagian sanad, dan di sana disebutkan secara tegas bahwa Abu Ishaq mendengar secara langsung, lafaznya adalah: Ketika diwajibkan puasa Ramadhan, para sahabat tidak mendekati istri selama bulan Ramadhan penuh, namun ada beberapa orang yang mengkhianati dirinya, maka Allah menurunkan ayat, Alimallahu annakum kuntum takhtaanuuna anfusakum fataaba ‘alaikum.

Zhahir kedua hadits di atas nampak berbeda, akan tetapi tidak ada salahnya jika ayat tersebut turun berkenaan orang ini dan itu.

[14] Ayat ini turun untuk menaskh (menghapus) larangan berjima’, makan dan minum setelah ‘Isya atau setelah tidur di awal-awal Islam.

[15] Kata-kata ini merupakan kinayah yang menerangkan bahwa masing-masing saling membutuhkan.

[16] Yakni niatkanlah dalam berjima’ itu untuk bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala serta memperoleh tujuan dari jima’, yaitu memperoleh keturunan, menjaga farjinya, menjaga farji istri dan memperoleh maksud daripada nikah. Termasuk mencari apa yang ditetapkan Allah untuk kita adalah mencari Lailatul qadr yang bertepatan dengan malam hari bulan Ramadhan. Oleh karena itu, tidak sepatutnya kita tetap bersenang-senang dengan istri dan membiarkan Lailatul qadr lewat begitu saja. Bersenang-senang masih bisa dikejar, adapun Lailatul qadr jika sudah lewat, tidak bisa dikejar.

.

Tafsir Jalalain

(Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa berkencan dengan istri-istrimu) maksudnya mencampuri mereka. Ayat ini turun menasakhkan hukum yang berlaku di masa permulaan Islam, berupa pengharaman mencampuri istri, begitu pula diharamkan makan minum setelah waktu Isyak.

(Mereka itu pakaian bagi kamu dan kamu pakaian bagi mereka) kiasan bahwa mereka berdua saling bergantung dan saling membutuhkan.

(Allah mengetahui bahwa kamu akan berkhianat pada) atau mengkhianati.

(dirimu) dengan melakukan jimak atau hubungan suami istri pada malam hari puasa. Hal itu pernah terjadi atas diri Umar dan sahabat lainnya, lalu ia segera memberitahukannya kepada Nabi ﷺ,

(maka Allah pun menerima tobatmu) yakni sebelum kamu bertobat.

(dan dimaafkan-Nya kamu. Maka sekarang) karena telah dihalalkan bagimu.

(campurilah mereka itu) (dan usahakanlah) atau carilah.

(apa-apa yang telah ditetapkan Allah bagimu) artinya apa yang telah diperbolehkan-Nya seperti bercampur atau mendapatkan anak ….

Lihat: Al-Quran Juz 2: Merenungkan Kedalaman Surah Al-Baqarah

.

Tafsir Ibnu Katsir

Hal ini merupakan suatu keringanan dari Allah buat kaum muslim, dan Allah menghapuskan apa yang berlaku di masa permulaan Islam. Karena sesungguhnya pada permulaan Islam, apabila salah seorang di antara mereka berbuka, ia hanya dihalalkan makan dan minum serta bersetubuh sampai shalat Isya saja. Tetapi bila ia tidur sebelum itu atau telah shalat Isya, maka diharamkan baginya makan, minum, dan bersetubuh sampai malam berikutnya. Maka dengan peraturan ini mereka mengalami masyaqat yang besar.

Ar-Rafas, dalam ayat ini artinya bersetubuh. Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Ata, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Tawus, Salim ibnu Abdullah, Amr ibnu Dinar, Al-Hasan, Qatadah, Az-Zuhri, Ad-Dahhak, Ibrahim An-Nakha’i, As-Saddi, Ata Al-Khurrasani, dan Muqatil ibnu Hayyan.

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Mereka adalah pakaian bagi kalian, dan kalian pun adalah pakaian bagi mereka. (Al-Baqarah: 187)

Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan Muqatil ibnu Hayyan, makna yang dimaksud ialah ‘mereka adalah ketenangan bagi kalian, dan kalian pun adalah ketenangan bagi mereka’.

Menurut Ar-Rabi’ ibnu Anas, maksud ayat ialah ‘mereka adalah selimut bagi kalian dan kalian pun adalah selimut bagi mereka’.

Pada kesimpulannya suami dan istri, masing-masing dari keduanya bercampur dengan yang lain dan saling pegang serta tidur-meniduri, maka amatlah sesuai bila diringankan bagi mereka boleh bersetubuh dalam malam Ramadhan, agar tidak memberatkan mereka dan menjadikan mereka berdosa. Seorang penyair mengatakan:

إِذَا مَا الضَّجِيعُ ثَنَى جِيدَهَا … تَدَاعَتْ فَكَانَتْ عَلَيْهِ لِبَاسَا

Bilamana teman tidur melipatkan lehernya, berarti dia mengajak, maka jadilah dia seperti pakaiannya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Halaman:  1        4        7

 

Artikel SebelumnyaLatar Belakang Turunnya Ayat 187
Artikel SelanjutnyaBerdoa di Saat Menyempurnakan Bilangan Ramadhan