Keutamaan Nabi Yahya ‘Alaihis Salam dan Sifat-sifatnya

Tafsir Al-Qur’an: Surah Maryam ayat 13-15

0
531

Kajian Tafsir Surah Maryam ayat 13-15. Keutamaan Nabi Yahya ‘alaihis salam dan sifat-sifatnya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا (١٣) وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا (١٤) وَسَلامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (١٥)

Dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa). Dan dia pun seorang yang bertakwa, Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya, dan dia bukan orang yang sombong  (bukan pula) orang yang durhaka. Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali. (Q.S. Maryam : 13-15)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa hanānam mil ladunnā (dan kasih sayang mendalam dari sisi Kami), yakni dan Kami telah menganugerahkan dia sebagai rahmat dari sisi Kami bagi kedua orang-tuanya.

Wa zakāh (dan kesucian), yakni sebagai kebenaran (Janji-Nya) bagi mereka berdua.

Wa kāna taqiyyā (dan ia adalah seorang yang bertakwa), yakni seorang yang taat kepada Rabb-nya.

Wa barram bi wālidaihi (dan berbakti kepada kedua orang-tuanya), yakni bersikap lemah lembut kepada ibu-bapaknya.

Wa lam yakuη jabbāran (dan bukanlah dia orang yang bersikap sombong) dalam beragama dan banyak melaknat ketika marah.

‘Ashiyyā (lagi durhaka) kepada Rabb-nya.

Wa salāmun ‘alaihi (dan kesejahteraan atas dirinya), yakni keselamatan, ampunan, dan kebahagian dari Kami untuk Yahya.

Yauma wulida (pada hari dia dilahirkan), yakni ketika dia dilahirkan.

Wa yauma yamūtu (dan pada hari dia meninggal), yakni ketika dia meninggal.

Wa yauma yub‘atsu (dan pada hari dia dibangkitkan), yakni dibangkitkan dari kubur

Hayyā (hidup kembali).


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Dan (Kami jadikan) rasa kasih sayang (kepada sesama) dari Kami dan bersih (dari dosa)[5]. Dan dia pun seorang yang bertakwa,

[5] Hal ini menunjukkan tidak adanya sifat-sifat tercela dalam dirinya dan akhlak yang buruk. Ada pula yang menafsirkan, dengan suka bersedekah kepada orang lain.

  1. Dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya[6], dan dia bukan orang yang sombong[7] (bukan pula) orang yang durhaka.

[6] Beliau berbuat baik kepada keduanya baik dengan ucapan maupun dengan perbuatan.

[7] Baik sombong dari beribadah kepada Allah maupun sombong terhadap manusia, bahkan Beliau seorang yang tawadhu’.

  1. Dan kesejahteraan[8] bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya, dan pada hari dia dibangkitkan hidup kembali[9].

[8] Yakni dari Allah.

[9] Nabi Yahya mendapatkan keamanan pada saat-saat menegangkan tersebut.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Dan rasa belas kasihan yang mendalam) terhadap manusia (dari sisi Kami) dari haribaan Kami (dan zakat) yakni senang bersedekah kepada mereka (Dan ia adalah seorang yang bertakwa) menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa Nabi Yahya tidak pernah melakukan suatu dosa pun, dan hatinya tidak pernah mempunyai keinginan untuk melakukannya.
  2. (Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya) yaitu selalu berbuat baik kepada keduanya (dan bukanlah ia orang yang sombong) takabur (lagi bukan pula ia orang yang durhaka) terhadap Rabbnya.
  3. (Kesejahteraan) dari Kami (terlimpahkan kepadanya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali) di saat-saat yang mengerikan yakni hari kiamat. Pada hari itu belum pernah ada pemandangan yang sengeri itu, maka Nabi Yahya selamat daripadanya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Swt.:

Dan kesucian (dari dosa). (Maryam: 13)

Lafaz ayat ini di- ataf-kan kepada lafaz hananan. Az-zakah artinya bersih dari najis, dosa dan kotoran. Qatadah mengatakan bahwa az-zakah artinya amal saleh. Ad-Dahhak dan Ibnu Juraij mengatakan, az-zakah artinya amal saleh yang bersih.

Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna az-zakah, bahwa yang dimaksud ialah berkah.

Dan ia adalah seorang yang bertakwa. (Maryam: 13)Yaitu suci dari dosa, tidak pernah melakukan suatu dosa pun.

Firman Allah Swt.:

Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (Maryam: 14)

Allah Swt. menyebutkan tentang ketaatan Yahya kepada Tuhannya, dan bahkan Allah menciptakannya dengan menganugerahinya rasa kasih sayang, kesucian dari dosa dan bertakwa. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan bahwa selain itu Yahya adalah seorang yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya serta menjauhi hal-hal yang menyakitkan kedua orang tuanya, baik secara ucapan maupun perbuatan; perintah dan larangan kedua orang tuanya selalu ditaati. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

Dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (Maryam: 14)

Setelah menyebutkan semua sifatnya yang terpuji, maka Allah membalasnya dengan balasan yang disebutkan oleh firman berikutnya:

Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 15)

Yakni dia dalam keadaan aman pada tiga keadaan tersebut.

Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa hal yang paling mengerikan bagi seseorang ialah di tiga keadaan, yaitu: saat dia dilahirkan, karena dia melihat dirinya keluar dari tempat pertamanya. Saat dia mati, maka ia melihat kaum yang belum pernah disaksikannya. Dan saat dia di bangkitkan hidup kembali, maka ia melihat dirinya berada di padang mahsyar yang luas. Allah memuliakan Yahya ibnu Zakaria a.s. dengan memberinya kesejahteraan dalam tiga hal itu, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 15); Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, dari Ahmad ibnu Mansur Al-Mawarzi, dari Sadaqah ibnul Fadl, dari Sufyan ibnu Uyaynah.

قَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ قَتَادَةَ، فِي قَوْلِهِ: جَبَّارًا عَصِيًّا ، قَالَ: كَانَ ابْنُ الْمُسَيَّبِ يَذْكُرُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا مِنْ أَحَدٍ يَلْقَى اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا ذَا ذَنْبٍ، إِلَّا يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا

Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (Maryam: 14) Ibnul Musayyab pernah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda: Tiada seorang pun yang menjumpai Allah kelak di hari kiamat melainkan membawa dosa, kecuali Yahya ibnu Zakaria.

Qatadah mengatakan bahwa zakaria belum pernah berbuat dosa dan tidak pernah mempunyai berahi terhadap wanita. Hadis ini berpredikat mursal.

قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ، حَدَّثَنِي ابْنُ الْعَاصِ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كُلُّ بَنِي آدَمَ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَهُ ذَنْبٌ، إِلَّا مَا كَانَ مِنْ يَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّا

Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Sa’id, dari Sa’id ibnul Musayyab, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnul As, yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Nabi ﷺ bersabda: Setiap anak Adam datang pada hari kiamat nanti dalam keadaan mempunyai dosa selain Yahya ibnu Zakaria.

Ibnu Ishaq berpredikat mudallis, hadis ini telah diriwayatkannya secara mu’an’an olehnya; hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا حَمَّادُ، أَخْبَرَنَا عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ، عَنْ يُوسُفَ بْنِ مِهْران، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ وَلَدِ آدَمَ إِلَّا وَقَدْ أَخْطَأَ، أَوْ همَّ بِخَطِيئَةٍ، لَيْسَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا، وَمَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ أَنْ يَقُولَ: أَنَا خَيْرٌ مِنْ يُونُسَ بْنِ مَتَّى

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Yusuf ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tidak ada seorang pun dari anak Adam melainkan pernah berbuat dosa atau berniat melakukan suatu dosa, selain Yahya ibnu Zakaria. Dan tidaklah layak bagi seseorang mengatakan bahwa diriku lebih baik daripada Yunus ibnu Mata.

Hadis ini pun daif pula karena Ali ibnu Zaid ibnu Jad’an terkenal mempunyai banyak hadis mungkar, hanya Allah yang mengetahui kebenarannya.

Sa’id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah, bahwa Al-Hasan pernah mengatakan, “Sesungguhnya Yahya dan Isa bersua, lalu Isa berkata kepadanya, ‘Mohonkanlah ampunan bagiku, karena engkau lebih baik daripada aku.’ Yahya berkata kepada Isa,’ Engkaulah yang lebih baik daripada aku.’ Isa berkata kepadanya, ‘Engkaulah yang lebih baik daripada aku, karena aku mengucapkan selamat kepada diriku sendiri, sedangkan kamu yang mengucapkan kepadamu adalah Allah’.” Maka dikatakanlah bahwa Allah memuliakan keduanya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaKisah Maryam Ketika Mengasingkan Diri
Artikel SelanjutnyaAllah Berikan Hikmah kepada Yahya a.s.