Allah Berikan Hikmah kepada Yahya a.s.

Tafsir Al-Qur’an: Surah Maryam ayat 12

0
558

Kajian Tafsir Surah Maryam ayat 12. Kenabian Yahya ‘alaihis salam, Allah berikan hikmah kepada Yahya a.s. selagi dia masih kanak-kanak. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا يَحْيَى خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ وَآتَيْنَاهُ الْحُكْمَ صَبِيًّا (١٢) وَحَنَانًا مِنْ لَدُنَّا وَزَكَاةً وَكَانَ تَقِيًّا (١٣) وَبَرًّا بِوَالِدَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ جَبَّارًا عَصِيًّا (١٤) وَسَلامٌ عَلَيْهِ يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا (١٥)

“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah) kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah kepadanya selagi dia masih kanak-kanak. (Q.S. Maryam : 12)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Yā yahyā (hai Yahya), yakni Allah Ta‘ala berfirman kepada Yahya a.s. setelah ia balig.

Khudzil kitāba (ambillah Al-Kitab itu), yakni amalkanlah apa yang ada di dalam Kitab Taurat.

Bi quwwah (dengan kuat), yakni dengan kesungguhan dan ketekunan.

Wa ātaināhu (dan Kami telah mengaruniainya), yakni telah menganugerahi Yahya.

Al-hukma (hikmah), yakni pemahaman dan ilmu.

Shabiyyā (selagi masih kanak-kanak), yakni pada saat ia masih kecil.


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. [1]“Wahai Yahya! Ambillah (pelajarilah)[2] kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh.” Dan Kami berikan hikmah[3] kepadanya selagi dia masih kanak-kanak[4],

[1] Ayat ini ditujukkan kepada Yahya setelah Beliau lahir dan semakin besar, yaitu pada saat Beliau sudah dapat memahami pembicaraan, maka Allah memerintahkan Yahya untuk mempelajari kitab Taurat dengan sungguh-sungguh, baik dengan menghapalnya, memahami maknanya, mengamalkan perintah dan menjauhi larangannya.

[2] Yakni pelajarilah Taurat itu, amalkan isinya, dan sampaikan kepada umatmu.

[3] Maksudnya kenabian atau pemahaman terhadap Taurat dan pendalaman agama.

[4] Menurut sebagian ahli tafsir, bahwa ketika itu usia Yahya 3 tahun.

 .

Tafsir Jalalain

  1. (Hai Yahya! Ambillah Kitab itu) yakni kitab Taurat (dengan sungguh-sungguh) secara sungguh-sungguh. (Dan Kami berikan kepadanya hikmah) kenabian (selagi ia masih kanak-kanak) sewaktu berumur tiga tahun.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Setelah putra yang diberitakan dalam kabar gembira itu lahir (yaitu Yahya a.s.), maka Allah Swt. mengajarinya Al-Kitab, yaitu kitab Taurat, yang biasa mereka baca di antara sesama mereka, dan menjadi pegangan para nabi dalam memutuskan hukum terhadap orang-orang yang beragama Yahudi, para rabbani, dan para ahbar (pendeta). Saat itu Yahya masih kanak-kanak, karena itulah disebutkan secara menonjol dalam ayat ini, sebagai karunia Allah buatnya, juga buat kedua orang tuanya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:

Hai Yahya, ambillah Al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. (Maryam: 12)

Yakni pelajarilah kitab Taurat itu dengan segenap kemampuanmu dan sungguh-sungguh.

Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak. (Maryam: 12)

Yang dimaksud dengan ‘hikmah” ialah pemahaman, ilmu, kesungguhan, tekad, dan suka kepada kebaikan serta menekuninya dengan segala kemampuannya, sedangkan saat itu ia masih kanak-kanak.

Abdullah ibnul Mubarak mengatakan bahwa Ma’mar telah mengatakan bahwa anak-anak berkata kepada Yahya ibnu Zakaria,” Marilah kita main-main, hai Yahya!” Yahya menjawab, “Kita diciptakan bukan untuk main-main.” Ma’mar mengatakan bahwa karena itulah Allah Swt. menyebutkan dalam firman-Nya: Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih anak-anak. (Maryam: 12).

Adapun firman Allah Swt.:

Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami. (Maryam: 13)

Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami. (Maryam: 13) Yaitu rahmat dari sisi Kami. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Qatadah, dan Ad-Dahhak, hanya ditambahkan bahwa tiada seorang pun yang dapat menilainya selain Kami, menurut Ad-Dahhak. Qatadah menambahkan bahwa semoga Allah merahmati Zakaria karena rasa belas kasihan-Nya itu

Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami. (Maryam: 13) Yakni belas kasihan dari Tuhannya kepadanya.

Ikrimah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami. (Maryam: 13) Artinya, kecintaan Tuhan kepadanya. Ibnu Zaid mengatakan bahwa hannan artinya kecintaan.

Ata ibnu Abu Rabah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi Kami. (Maryam: 13) Yaitu penghormatan dari sisi Kami.

Ibnu Juraij mengatakan, telah menceritakan kepada Amr ibnu Dinar, bahwa ia pernah mendengar Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, “Tidak, demi Allah, saya tidak mengetahui apakah yang dimaksud dengan hannan.”

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dan Mansur, bahwa ia pernah bertanya kepada Sa’id ibnu Jubair tentang makna firman-Nya: dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi kami. (Maryam: 13) Maka ia mengatakan bahwa ternyata ia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan darinya.

Makna lahiriah konteks ayat menunjukkan bahwa firman-Nya, “Hanan” di-‘ataf-kan kepada firman-Nya: Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak. (Maryam: 12) Yakni Kami berikan kepadanya hikmah dan belas kasihan dan kesucian.

Dengan kata lain, Kami jadikan Yahya yang mempunyai rasa belas kasihan yang mendalam-dan kesucian. Yang dimaksud dengan hannan. ialah kecintaan yang dibarengi dengan rasa belas kasihan dan rasa rindu. Orang-orang Arab mengatakan, “Hannatin naqatu ‘ala waladiha” artinya: Unta betina itu menyayangi anaknya. Dikatakan pula, “Hannatil mar-atu ‘ala zaujiha,” artinya Wanita itu merindukan suaminya. Termasuk ke dalam pengertian ini seorang istri dinamakan hannah berasal dari kata haniyyah. Dikatakan pula, “Hannar rajulu ila watanihi,” artinya: Lelaki itu merindukan tanah airnya.

Termasuk ke dalam arti hannah ialah belas kasihan dan kasih sayang, seperti yang dikatakan oleh seorang penyair:

تَحنَّنْ عَلَي هَدَاكَ المليكُ … فإنَّ لكُل مَقامٍ مَقَالا …

Belas kasihanilah aku, semoga Tuhan memberimu petunjuk, karena sesungguhnya pada setiap kedudukan itu ada cara (tradisinya) tersendiri.

Di dalam kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan melalui Anas r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

يَبْقَى رَجُلٌ فِي النَّارِ يُنَادِي أَلْفَ سَنَةٍ: يَا حَنَّانُ يَا مَنَّانُ

Seorang lelaki terus menerus berseru mengucapkan, “Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih, wahai Tuhan Yang Maha Pemberi, “di dalam neraka selama seribu tahun.

Ternyata disebutkan dalam hadis ini bahwa makna hananan. lain dengan mannan..

Diantara ulama ada yang mengartikan lafaz hannan. menurut makna lugawinya, yaitu seperti pengertian yang terdapat di dalam perkataanTarfah (seorang penyair dahulu):

أَنَا مُنْذر أفنيتَ فاسْتبق بَعْضَنَا … حَنَانَيْك بَعْض الشَّر أهْونُ مِنْ بَعْض

Hai Abu Munzir, apakah engkau membinasakan semuanya, biarkanlah hidup sebagian dari kami dengan belas kasihanmu, karena sesungguhnya sebagian kejahatan itu lebih ringan daripada sebagian lainnya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaKeutamaan Nabi Yahya ‘Alaihis Salam dan Sifat-sifatnya
Artikel SelanjutnyaTidak Dapat Bercakap-cakap dengan Manusia Selama Tiga Malam