Kehidupan Dunia yang Sebentar

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 102-104

0
605

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 102-104. Kisah umat-umat terdahulu merupakan peringatan bagi manusia, Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, dan kehidupan dunia yang sebentar. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ وَنَحْشُرُ الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ زُرْقًا ـ  يَتَخَافَتُونَ بَيْنَهُمْ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا عَشْرًا ـ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَقُولُونَ إِذْ يَقُولُ أَمْثَلُهُمْ طَرِيقَةً إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا يَوْمًا

Pada hari (kiamat) sangkakala ditiup (yang kedua kali) dan pada hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa dengan wajah biru muram, mereka saling berbisik satu sama lain, “Kamu tinggal (di dunia) tidak lebih dari sepuluh (hari). “Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan, ketika orang yang paling lurus jalannya mengatakan, “Kamu tinggal (di dunia), tidak lebih dari sehari saja.” (Q.S. Thaahaa : 102-104)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Yauma yuηfakhu fish shūri (pada hari ketika sangkakala ditiup), yakni tiupan berikutnya.

Wa nahsyurul mujrimīna (dan Kami mengumpulkan orang-orang yang berdosa), yakni orang-orang musyrik.

Yauma-idziη zurqā (pada hari itu dengan mata yang miring), yakni dalam keadaan buta.

Yatakhāfatūna bainahum (mereka saling berbisik di antara mereka), yakni mereka memperbincangkan sesuatu yang terjadi di antara mereka berkaitan dengan perkataan ini, sebagian mereka berkata kepada yang lain:

Il labits-tum (“Tidaklah kalian tinggal), yakni tidaklah kalian menghuni kubur.

Illā ‘asyrā (melainkan hanya sepuluh [hari]”).

Nahnu a‘lamu bimā yaqūlūna (Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan) berkenaan dengan kebangkitan itu.

Idz yaqūlu amtsaluhum tharīqatan (ketika orang yang paling baik jalannya di antara mereka berkata), yakni ketika orang yang paling utama akalnya, paling lurus pemikirannya, dan paling benar ucapannya berkata.

Il labits-tum (“Tidaklah kalian tinggal), yakni tidaklah kalian menghuni kubur.

Illā yaumā (melainkan hanya sehari”).


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. pada hari (kiamat) sangkakala ditiup (yang kedua kali)[12] dan pada hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang berdosa dengan wajah biru muram[13],

[12] Yaitu tiupan untuk membangkitkan manusia dari kuburnya atau menghidupkannya kembali.

[13] Mata mereka biru, sedangkan muka mereka hitam. Adapun orang-orang yang bertakwa dikumpulkan kepada Ar Rahman seperti kafilah yang terhormat.

  1. mereka saling berbisik satu sama lain, “Kamu tinggal (di dunia) tidak lebih dari sepuluh (hari).”
  2. Kami lebih mengetahui apa yang akan mereka katakan[14], ketika orang yang paling lurus jalannya[15] mengatakan, “Kamu tinggal (di dunia), tidak lebih dari sehari saja[16].

[14] Tentang hal tersebut, yakni tidak seperti yang mereka katakan.

[15] Yang dimaksud dengan lurus jalannya adalah orang yang agak lurus pikirannya atau amalannya di antara orang-orang yang berdosa itu.

[16] Syaikh As Sa’diy berkata, “Maksud daripadanya adalah penyesalan yang dalam, mereka menyia-nyiakan waktu yang singkat itu dan melewatinya dalam keadaan lupa dan lalai, berpaling dari hal yang bermanfaat bagi mereka, mendatangi hal yang membahayakan mereka. Sekarang tiba pembalasan dan telah terwujud ancaman, sehingga tidak ada lagi selain penyesalan, ucapan kecelakaan dan kebinasaan.”

.

Tafsir Jalalain

  1. (Yaitu di hari yang di waktu itu ditiup sangkakala) untuk tiupan yang kedua kalinya (dan Kami akan mengumpulkan orang-orang yang berdosa) yaitu orang-orang kafir (pada hari itu dengan mata yang biru muram) yakni mata mereka tampak membiru dan muka mereka tampak hitam karena muram.
  2. (Mereka berbisik-bisik di antara mereka sendiri) yaitu berbicara dengan suara yang pelan-pelan (“Tidaklah) (kalian tinggal) di dunia (melainkan sepuluh) hari.”
  3. (Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan) dalam bisikan mereka itu. Maksudnya, keadaannya tidaklah seperti apa yang mereka katakan (ketika berkata orang yang paling tepat di antara mereka) yakni paling lurus (penilaiannya) sehubungan dengan hal ini, (“Kalian tidak berdiam di dunia melainkan hanya sehari saja”) mereka menilai minim sekali masa tinggal mereka di dunia, hal ini disebabkan kengerian-kengerian yang mereka saksikan di alam akhirat.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Telah disebutkan di dalam sebuah hadis, bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang as-sur atau sangkakala ini. Maka beliau menjawab:

قَرنٌ يُنفَخ فِيهِ

Seperti sebuah tanduk yang dapat ditiup

Di dalam hadis mengenai sangkakala ini yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. disebutkan bahwa sur adalah tanduk (terompet yang berbentuk tanduk) yang sangat besar. Garis tengahnya sama dengan luasnya langit dan bumi, Malaikat Israfillah yang ditugaskan untuk meniupnya. Di dalam hadis lainnya disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:

كَيْفَ أنعَمُ وَصَاحِبُ القَرْن قَدِ الْتَقَمَ القَرْن، وَحَنَى جَبْهَتَهُ، وَانْتَظَرَ أَنْ يُؤْذَنَ لَهُ فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَيْفَ نَقُولُ؟ قَالَ: قُولُوا: حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، عَلَى اللَّهِ تَوَكَّلْنَا

Bagaimana aku dapat bersenang-senang, sedangkan malaikat yang ditugaskan meniup sangkakala telah meletakkan sangkakala pada mulutnya dan mengernyitkan dahinya siap melakukan tiupan sambil menunggu perintah. Para sahabat yang hadir mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah yang harus kami ucapkan?” Rasulullah menjawab: Katakanlah oleh kalian, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, hanya kepada Allah-lah kami bertawakal (berserah diri).”

Firman Allah Swt.:

dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram. (Thaha: 102)

Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud ialah mata mereka biru karena kerasnya kengerian yang dialami oleh mereka di hari itu.

mereka berbisik-bisik di antara mereka. (Thaha: 103)

Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka saling berbisik di antara sesamanya. Mereka mengatakan kalimat berikut:

Kalian tidak berdiam melainkan hanyalah sepuluh (hari). (Thaha: 103)

Yakni masa tinggal kalian di dunia hanya sebentar, yaitu sepuluh hari atau yang semisal dengannya.

Lalu Allah Swt. berfirman:

Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan. (Thaha: 104)

Saat mereka melakukan bisik-bisik di antara sesama mereka,

ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka. (Thaha: 104)

Makna yang dimaksud ialah orang yang paling sehat akalnya di antara mereka.

Kalian tidak berdiam (di dunia) melainkan hanyalah sehari saja. (Thaha: 104)

Karena pendeknya masa hidup di dunia menurut mereka di hari kiamat itu. Kehidupan di dunia ini, sekalipun waktunya terus berulang dan silih berganti malam dan siang harinya, keadaannya seakan-akan sama dengan satu hari. Karena itulah orang-orang kafir pada hari kiamat nanti merasa kehidupan mereka di dunia sangat pendek. Tujuan mereka mengatakan demikian ialah untuk menolak tegaknya hujah terhadap diri mereka, yaitu dengan mengemukakan alasan bahwa masa hidup mereka di dunia amatlah pendek. Karena itulah disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ

Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa, bahwa mereka tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sesaat (Ar-Rum: 55)

sampai dengan firman-Nya:

وَلَكِنَّكُمْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

akan tetapi kamu sekalian selalu tidak meyakini{nya). (Ar-Rum: 56)

Demikian pula firman Allah Swt. yang mengatakan:

أَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَا يَتَذَكَّرُ فِيهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاءَكُمُ النَّذِيرُ فَذُوقُوا فَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ نَصِيرٍ

Dan apakah Kami tidak memanjangkan umur kalian dengan masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kalian pemberi peringatan? (Fathir: 37), hingga akhir ayat.

Dan firman Allah Swt.:

كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ * قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ * قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Berapa tahunkah lamanya kalian tinggal di bumi? Mereka menjawab, “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman, “Kalian tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kalian sesungguhnya mengetahui.” (Al-Mu’minun : 112-114)

Yakni sesungguhnya masa tinggal kalian di dunia hanyalah sebentar. Kalau kalian sesungguhnya mengetahui, tentulah kalian akan memilih kehidupan yang kekal daripada kehidupan yang fana. Tetapi kalian telah diberi kebebasan untuk memilih, dan ternyata kalian salah memilih karena kalian lebih memprioritaskan kehidupan yang fana dan melalaikan kehidupan yang kekal dan abadi.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaTidak Akan Melihat Lagi Ada Tempat yang Rendah dan yang Tinggi
Artikel SelanjutnyaBarang Siapa Berpaling dari Al-Qur’an, Maka Dia Akan Memikul Dosa