Hukuman Bagi yang Mendustakan Hari Kiamat

Tafsir Al-Qur’an: Surah Al-Haaqqah Ayat 8-12

0
900

Kajian Tafsir:  Surah Al-Haaqqah Ayat 8-12, Peristiwa dahsyat pada hari Kiamat, hukuman bagi orang-orang yang mendustakannya. Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

فَهَلْ تَرَى لَهُم مِّن بَاقِيَةٍ -٨- وَجَاء فِرْعَوْنُ وَمَن قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ -٩- فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَّابِيَةً -١٠- إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاء حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ -١١- لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ -١٢

Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka? Kemudian datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar. Maka mereka mendurhakai utusan Tuhan-nya,  Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. Sesungguhnya ketika air naik (sampai ke gunung) Kami membawa (nenek moyang) kamu ke dalam kapal, agar Kami jadikan (peristiwa itu) sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Q.S. Al-Haqqah : 8-12)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Fa hal tarā lahum mim bāqiyah (maka adakah kamu melihat seorang saja yang tersisa dari mereka), yakni tak seorang pun yang tersisa di antara mereka. Semuanya dibinasakan oleh angin itu.

Wa jā-a fir‘aunu wa mang qablahū (dan datanglah Fir‘aun serta orang-orang yang sebelumnya), yakni bersama bala tentaranya menuju laut, yang kemudian mereka semua ditenggelamkan di laut itu. Menurut satu pendapat, wa. jā-a fir‘aunu, (datanglah) Fir‘aun yang mengucapkan kalimat syirik; wa mang qablahū, dan kaum-kaum yang ada sebelumnya.

Wal mu’tafikatu (dan juga negeri-negeri yang dijungkir-balikkan), yakni dan juga negeri-negeri kaum Luth yang dibenamkan.

Bil khāthi-ah (karena perbuatan dosa), yakni karena mereka mengucapkan kalimat syirik.

Fa ‘ashau rasūla rabbihim (kemudian mereka mendurhakai Rasul Rabb mereka), yakni mendurhakai Nabi Musa a.s..

Fa akhadzahum akh-dzatar rābiyah (karena itu, Dia menghukum mereka dengan hukuman yang sangat keras), yakni karena itu, Dia menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat berat.

Innā lammā thaghal mā-u (sesungguhnya Kami, ketika air telah pasang), yakni ketika air telah meninggi, yaitu pada zaman Nabi Nuh a.s..

Hamalnākum (Kami Membawa kalian), hai umat Muhammad, dan seluruh manusia pada sulbi leluhur kalian.

Fil jāriyah (ke dalam bahtera), yakni ke dalam perahu Nabi Nuh a.s..

Li naj‘alahā lakum (agar Kami Manjadikannya bagi kalian), yakni menjadikan perahu Nabi Nuh a.s. Menurut yang lain, menjadikan peristiwa itu.

Tadzkiratan (sebagai peringatan), yakni sebagai nasihat yang dapat kalian jadikan pelajaran.

Wa ta‘iyahā udzunuw wā‘iyah (dan diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar), yakni dan diingat oleh qalbu yang mau mengingat. Ada yang berpendapat, dan telinga yang mendengar mau menyimak peristiwa itu, hingga bisa mengambil manfaat dari apa yang telah didengarnya.


Di sini Link untuk Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-29


Hidayatul Insan bi tafsiril Qur’an

  1. Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka[11]?

[11] Maksudnya, mereka habis dihancurkan sama sekali dan tidak mempunyai keturunan. Kalimat pertanyaan ini isinya adalah penguatan untuk menafikan bahwa tidak ada seorang di antara mereka yang masih hidup.

  1. Kemudian datang Fir’aun[12] dan orang-orang yang sebelumnya[13] dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan karena kesalahan yang besar[14].

[12] Allah Subhaanahu wa Ta’aala mengutus kepadanya hamba dan Rasul-Nya Musa ‘alaihis salam, menunjukkan kepadanya bukti-bukti akan kebenarannya, tetapi ia mengingkarinya karena zalim dan keras kepala.

[13] Maksudnya, umat-umat dahulu yang mengingkari nabi-nabi seperti kaum Shaleh, kaum Syu’aib dan lain-lain.

[14] Maksud negeri-negeri yang dijungkirbalikkan ialah negeri-negeri kaum Luth. Sedangkan kesalahan yang dilakukan mereka ialah mendustakan para rasul ditambah melakukan perbuatan keji dan munkar.

  1. Maka mereka mendurhakai utusan Tuhannya, Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras[15].

[15] Yakni siksaan yang melebihi batas dan ukuran sehingga membuat mereka binasa. Di antara mereka yang dibinasakan itu adalah kaum Nuh; Allah Subhaanahu wa Ta’aala membinasakan mereka dengan banjir besar yang sampai menutupi bagian bumi yang tinggi seperti gunung dan perbukitan.

  1. Sesungguhnya ketika air telah naik (sampai ke gunung), Kami membawa (nenek moyang) kamu[16] ke dalam kapal[17],

[16] Yang dibawa dalam kapal Nabi Nuh ‘alaihis salam untuk diselamatkan ialah keluarga Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman selain anaknya yang durhaka.

[17] Yang dibuat oleh Nabi Nuh ‘alaihis salam. Oleh karena itu, pujilah Allah dan bersyukurlah kepada-Nya karena Dia telah menyelamatkan kamu ketika Dia membinasakan orang-orang yang melampaui batas, dan ambillah pelajaran darinya yang menunjukkan keesaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala dan kekuasaan-Nya.

  1. agar Kami jadikan peristiwa itu[18] sebagai peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar[19].

[18] Yakni penyelamatan kaum mukmin dan penenggelaman orang-orang kafir. Ada pula yang menafsirkan dhamir (kata ganti nama) ‘haa’ dengan kapal, yakni Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjadikan kapal itu sebagai pengingat terhadap kapal pertama yang dibuat, kisahnya dan bagaimana Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyelamatkan orang-orang yang beriman kepada-Nya dan mengikuti Rasul-Nya, dan bagaimana Dia membinasakan penghuni bumi semuanya.

[19] Yaitu orang-orang yang berakal, dimana mereka akan memikirkannya dan mengetahui maksudnya. Berbeda dengan orang yang berpaling dan lalai, maka mereka tidak dapat mengambil manfaat dari ayat-ayat Allah karena tidak mau mendengarkan dan memikirkan ayat-ayat Allah Subhaanahu wa Ta’aala.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Maka apakah kamu melihat bekas-bekas mereka?) lafal baaqiyah adalah sifat dari lafal nafsin yang diperkirakan keberadaannya; yaitu apakah kamu melihat seseorang pun yang tinggal di antara mereka? Atau lafal baaqiyah ini huruf ta-nya untuk menunjukkan makna mubalaghah, yakni bekas-bekasnya? Tentu saja tidak.
  2. (Dan telah datang Firaun dan orang-orang yang mengikutinya) beserta para pengikutnya. Menurut suatu qiraat, lafal qabilahu dibaca qablahu sehingga artinya, orang-orang kafir yang sebelumnya (dan negeri-negeri yang dijungkirbalikkan) penduduknya dijungkirbalikkan berikut negeri-negeri tempat tinggal mereka; yang dimaksud adalah negeri-negeri tempat tinggal kaum Nabi Luth (karena kesalahan yang besar) karena mereka mengerjakan perbuatan-perbuatan dosa besar.
  3. (Maka masing-masing mereka mendurhakai rasul Rabb mereka) mendurhakai Nabi Luth dan nabi-nabi lainnya (lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras) siksaan yang lebih keras daripada siksaan-siksaan lainnya.
  4. (Sesungguhnya Kami tatkala air naik) naik ke atas, sehingga segala sesuatu termasuk gunung-gunung dan lain-lainnya semuanya tenggelam yaitu, pada masa banjir besar (Kami bawa kalian) bapak moyang kalian, karena kalian pada zaman itu masih berada di dalam tulang sulbi mereka (ke dalam bahtera) atau perahu yang dibuat oleh Nabi Nuh. Akhirnya, selamatlah Nabi Nuh beserta orang-orang yang beriman bersamanya yang berada di dalam bahtera itu, sedangkan yang lainnya semua mati tenggelam.
  5. (Agar Kami jadikan peristiwa itu) atau perbuatan ini, yaitu diselamatkan-Nya orang-orang yang beriman dan ditenggelamkan-Nya orang-orang yang kafir (peringatan bagi kalian) pelajaran (dan agar diperhatikan) supaya hal itu tetap diingat (oleh telinga yang mau mendengar) mau menerima apa yang didengarnya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Ta’aala:

Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya. (Al-Haqqah: 9)

Menurut suatu qiraat dibaca qiblihi dengan huruf qaf yang di-kasrah-kan, artinya dari sisi Fir’aun, yakni mereka yang berada di masanya dari kalangan pengikut-pengikutnya, yaitu orang-orang kafir dari bangsa Egypt. Sedangkan ulama lainnya membacanya qablahu, yang artinya orang-orang yang sebelumnya dari kalangan umat-umat yang berperilaku seperti dia.

Firman Allah Swt:

dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkirbalikkan. (Al-Haqqah: 9)

Mereka adalah umat-umat yang mendustakan rasul-rasulnya.

karena kesalahan yang besar. (Al-Haqqah: 9)

Yaitu mendustakan apa yang diturunkan oleh Allah Swt.

Menurut Ar-Rabi’ ibnu Anas, arti khati-ah ialah perbuatan maksiat.

Mujahid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kesalahan yang besar. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka. (Al-Haqqah: 10)

Lafaz rasul merupakan isim jenis, artinya masing-masing dari mereka telah mendustakan utusan Allah yang dikirim kepada mereka. Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:

كُلٌّ كَذَّبَ الرُّسُلَ فَحَقَّ وَعِيدِ

semuanya telah mendustakan rasul-rasul, maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan. (Qaf: 14)

Barang siapa yang mendustakan seorang rasul, berarti dia mendustakan semua rasul. Seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:

كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ

Kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu’ara: 105)

كَذَّبَتْ عادٌ الْمُرْسَلِينَ

Kaum Ad telah mendustakan para rasul. (Asy-Syu’ara: 123)

Dan firman Allah Swt.:

كَذَّبَتْ ثَمُودُ الْمُرْسَلِينَ

Kaum Samud telah mendustakan rasul-rasul. (Asy-Syu’ara: 141)

Karena sesungguhnya yang datang kepada tiap umat hanyalah seorang rasul. Untuk itulah maka disebutkan dalam surat ini oleh firman-Nya:

Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. (Al-Haqqah; 10)

Yakni siksaan yang besar, keras, lagi menyakitkan. Mujahid mengatakan bahwa rabiyah artinya keras. As-Saddi mengatakan siksaan yang membinasakan.

Kemudian Allah Swt. berfirman:

Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11)

Yaitu melampaui batasan dengan seizin Allah dan air naik ke alam wujud. Ibnu Abbas dan lain-lainnya mengatakan bahwa tagal ma-u artinya air bertambah melimpah.

Demikian itu terjadi karena doa Nabi Nuh a.s. terhadap kaumnya, tatkala mereka mendustakan dia dan menentangnya, lalu mereka menyembah selain Allah. Maka Allah memperkenankan doanya dan seluruh penduduk bumi digenangi oleh banjir besar, terkecuali orang-orang yang bersama Nabi Nuh a.s. di dalam bahteranya. Semua manusia sekarang berasal dari keturunan Nabi Nuh a.s.

Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Mahran, dari Abu Sinan alias Sa’id ibnu Sinan, dari bukan hanya seorang yang menerimanya dari Ali ibnu Abu Talib yang mengatakan bahwa tiada setetes air pun yang diturunkan melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat. Tatkala hari Nabi Nuh, diizinkan bagi air yang ada di bawah penyimpanannya. Maka air meluap melebihi batasan penyimpanannya, lalu keluar. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik. (Al-Haqqah: 11) Yakni melebihi batasannya dengan seizin Allah.

Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)

Tiada sesuatupun dari angin yang bertiup melainkan melalui takaran yang ada di tangan malaikat, terkecuali di hari kaum ‘Ad; maka sesungguhnya di hari itu diizinkan bagi angin yang ada di bawah batas penyimpanannya untuk melebihi batasannya, akhirnya angin keluar dengan dahsyatnya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya:

dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang. (Al-Haqqah: 6)

Maksudnya, keluar melebihi batas penyimpanannya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya sebagai peringatan buat manusia akan anugerah-Nya kepada mereka:

Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu ke dalam bahtera. (Al-Haqqah: 11)

Yaitu perahu atau kapal yang berlayar di atas air.

agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu. (Al-Haqqah: 12)

Damir yang ada dalam ayat ini merujuk kepada jenis kapal karena tersimpulkan dari konteks kalimatnya. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa Kami biarkan bagi kalian dari jenisnya yang dapat kalian naiki di atas lautan, hingga kalian dapat mengarunginya. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَعَلَ لَكُمْ مِنَ الْفُلْكِ وَالْأَنْعامِ مَا تَرْكَبُونَ لِتَسْتَوُوا عَلى ظُهُورِهِ ثُمَّ تَذْكُرُوا نِعْمَةَ رَبِّكُمْ إِذَا اسْتَوَيْتُمْ عَلَيْهِ

dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu kendarai, supaya kamu duduk di atas punggungnya, kemudian kamu ingat nikmat Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya. (Az-Zukhruf: 12-13)

Dan firman Allah Swt.:

وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ وَخَلَقْنا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ

Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yasin: 41 -42)

Qatadah mengatakan bahwa bahtera Nabi Nuh a.s. dipelihara oleh Allah hingga masih sempat dijumpai oleh generasi pertama dari umat ini. Akan tetapi, pendapat yang pertama lebih jelas. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:

dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12)

Yakni memahami dan mengingat nikmat ini telinga yang mau mendengar. Ibnu Abbas mengatakan bahwa agar selalu diingat dan didengar.

Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Maksudnya, menggunakan akalnya sebagai karunia dari Allah, untuk itu ia dapat mengambil manfaat dari apa yang ia dengar dari Kitabullah.

Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12) Yaitu didengar oleh telinga dan diperhatikan. Yakni oleh orang yang memiliki pendengaran yang sehat dan akal yang cemerlang. Ini bersifat umum mencakup semua orang yang mempunyai pemahaman dan kesadaran yang mendalam.

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnul Walid ibnu Sabih Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hausyab; ia pernah mendengar Mak-hul mengatakan bahwa ketika diturunkan kepada Rasulullah ﷺ. firman Allah Swt.: dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12)

Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ يَجْعَلَهَا أُذُنَ عَلِيٍّ

Aku telah memohon kepada Tuhanku, semoga menjadikan telinga Ali seperti telinga itu.

Mak-hul mengatakan, “Ali sering mengatakan bahwa sejak itu tiada sesuatu pun yang ia dengar dari Rasulullah ﷺ lupa dari ingatannya.”

Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ali ibnu Sahl, dari Al-Walid ibnu Muslim, dari Ali ibnu Hausyab, dari Mak-hul dengan sanad yang sama. Hadis ini berpredikat mursal.

Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Muhammad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnuz Zubair alias Abu Muhammad (yakni orang tua Abu Ahmad Az-Zubairi), telah menceritakan kepadaku Saleh ibnul Haisam; ia pernah mendengar Buraidah Al-Aslami mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada Ali:

إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أُدْنِيَكَ وَلَا أُقْصِيَكَ وَأَنْ أُعْلِمَكَ وَأَنْ تَعِيَ وَحَقٌّ لَكَ أَنْ تَعِيَ

Jika aku diperintahkan untuk mendekatkan dirimu kepadaku dan tidak menjauhkamu dariku, dan mengajarimu dan kamu harus memperhatikannya, maka sudah seharusnya bagimu untuk selalu mengingatnya.

Lalu turunlah firman Allah Swt:

dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al-Haqqah: 12)

Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Khalaf, dari Bisyr ibnu Adam dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui jalur lain, dari Daud Al-A’ma, dari Buraidah dengan sanad yang sama, tetapi predikatnya tidak sahih pula.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaPeniupan Sangkakala dan Hancurnya Alam Semesta
Artikel SelanjutnyaPeristiwa Dahsyat pada Hari Kiamat