Dalil-dalil Terhadap Keberadaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala

Tafsir Al-Qur’an: Surah Thaahaa ayat 53-54

0
589

Kajian Tafsir Surah Thaahaa ayat 53-54. Dialog Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihimas salam dengan Fir’aun, dan penegakkan dalil-dalil terhadap keberadaan Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأرْضَ مَهْدًا وَسَلَكَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلا وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْ نَبَاتٍ شَتَّى (٥٣) كُلُوا وَارْعَوْا أَنْعَامَكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لأولِي النُّهَى (٥٤)

(Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu, dan yang menurunkan air (hujan) dari langit. Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan. Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kekuasaan) Allah bagi orang yang berakal. (Q.S. Thaahaa : 53-54)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Alladzī ja‘ala lakumul ardla mahdan (yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagi kalian), yakni seperti tempat tidur bagi kalian.

Wa salaka (dan telah memasukkan), yakni telah menjadikan.

Lakum fīhā (bagi kalian padanya), yakni di bumi itu.

Subulan (jalan-jalan) tempat kalian berlalu lalang.

Wa aηzala minas samā-i mā’ (dan menurunkan air dari langit), yakni hujan.

Fa akhrajnā bihī (maka Kami Mengeluarkan dengannya), yakni lalu Kami menumbuhkan dengan air hujan itu.

Azwājan (beragam), yakni beraneka jenis.

Min nabātiη syattā (tumbuh-tumbuhan yang berbeda-beda), yakni yang beraneka warna.

Kulū (makanlah) apa yang bisa kalian makan.

War ‘au an‘āmakum (dan gembalakanlah hewan-hewan ternak kalian) yang bisa kalian gembalakan di padang rumput.

Inna fī dzālika (sesungguhnya pada yang demikian itu), yakni pada keanekaragaman jenis dan warna tumbuh-tumbuhan itu.

La āyātin (benar-benar terdapat ayat-ayat Allah), yakni benar-benar terdapat bukti-bukti.

Li ulin nuhā (bagi orang-orang yang berakal).


BACA JUGA Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-16 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. (Tuhan) yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu[31], dan menjadikan jalan-jalan di atasnya bagimu[32], dan yang menurunkan air (hujan) dari langit. Kemudian Kami tumbuhkan dengannya (air hujan itu) berjenis-jenis aneka macam tumbuh-tumbuhan[33].

[31] Sehingga meskipun bulat, kamu dapat tinggal dan menetap di sana, mendirikan bangunan dan menggarap tanahnya.

[32] Dari tempat yang satu ke tempat yang lain, dari daerah yang satu ke daerah yang lain, dsb. Sehingga mereka dapat pergi ke daerah yang jauh dengan mudah.

[33] Sebagai rezeki untuk kita dan hewan ternak kita. Jika tidak ada tumbuhan, tentu manusia dan hewan tidak dapat makan dan akan binasa.

  1. Makanlah dan gembalakanlah hewan-hewanmu[34]. Sungguh, pada yang demikian itu, terdapat tanda-tanda (kekuasaan) Allah[35] bagi orang yang berakal[36].

[34] Susunan ayat ini nampaknya menunjukkan karunia-Nya kepada manusia. Ayat ini menunjukkan bahwa hukum asal semua tumbuhan adalah mubah, sehingga tidak ada yang haram selain yang membahayakan seperti racun, ganja, dsb.

[35] Demikian pula menunjukkan karunia Allah, ihsan-Nya, rahmat-Nya, luasnya kepemurahan-Nya, perhatian-Nya, dan menunjukkan bahwa hanya Allah-lah Tuhan yang berhak disembah satu-satunya, dan yang berhak mendapat pujian dan sanjungan, dan bahwa Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Di samping itu, dihidupkan-Nya tanah yang sebelumnya mati menunjukkan bahwa Dia mampu menghidupkan orang-orang yang telah mati.

[36] Akal disebut “nuha” karena ia melarang pemiliknya dari mengerjakan perbuatan buruk. Dikhususkan kepada orang-orang yang berakal, karena hanya mereka yang dapat mengambil manfaat dan pelajaran darinya, di mana mereka memandangnya dengan pandangan yang disertai pengambilan pelajaran. Adapun selain mereka, maka tidak ubahnya seperti hewan ternak, melihat tanpa mengambil pelajaran, pandangan mereka tidak sampai mengetahui maksud daripadanya, bahkan yang mereka peroleh sebagaimana yang diperoleh binatang ternak yaitu bersenang-senang semata; hanya makan dan minum, sedangkan hati mereka lalai dan badan mereka berpaling. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman, ”Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langit dan di bumi yang mereka lalui, sedang mereka berpaling daripadanya.” (Terj. Yusuf: 105)

.

Tafsir Jalalain

  1. Dia (yang telah menjadikan bagi kalian) di antara sekian banyak makhluk-Nya (bumi sebagai hamparan) tempat berpijak (dan Dia memudahkan) mempermudah (bagi kalian di bumi itu jalan-jalan) tempat-tempat untuk berjalan (dan Dia menurunkan dari langit air hujan) yakni merupakan hujan. Allah berfirman menggambarkan apa yang telah disebutkan-Nya itu sebagai nikmat dari-Nya, kepada Nabi Musa dan dianggap sebagai khithab untuk penduduk Mekah. (Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis) bermacam-macam (tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam). Lafal Syattaa ini menjadi kata sifat daripada lafal Azwaajan, maksudnya, yang berbeda-beda warna dan rasa serta lain-lainnya. Lafal syattaa ini adalah bentuk jamak dari lafal Syatiitun, wazannya sama dengan lafal Mardhaa sebagai jamak dari lafal Mariidhun. Ia berasal dari kata kerja Syatta artinya Tafarraqa atau berbeda-beda.
  2. (Makanlah) daripadanya (dan gembalakanlah ternak kalian) di dalamnya. Lafal An’am adalah bentuk jamak dari lafal Ni’amun, yang artinya mencakup unta, sapi dan kambing. Dikatakan, Ru’tul An’aama atau aku menggembalakan ternak dan Ra’aituhaa atau aku telah menggembalakannya. Pengertian yang terkandung di dalam perintah ini menunjukkan makna ibahah atau boleh dan sekaligus sebagai pengingat akan nikmat-nikmat-Nya. Jumlah keseluruhan ayat ini menjadi kata keterangan keadaan daripada Dhamir yang terkandung di dalam lafal Akhrajnaa. Maksudnya, Kami memperbolehkan bagi kalian untuk memakannya dan mengembalakan ternak padanya. (sesungguhnya pada yang demikian itu) yakni pada hal-hal yang telah disebutkan dalam ayat ini (terdapat tanda-tanda) pelajaran-pelajaran (bagi orang-orang yang berakal) lafal Nuhaa adalah bentuk jamak dan lafal Nuhyah, wazannya sama dengan lafal Ghurfah yang jamaknya Ghuraf. Akal dinamakan dengan istilah ini, karena dapat mencegah pemiliknya dari melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Ayat ini merupakan kelengkapan dari perkataan Musa dalam menggambarkan sifat Tuhannya saat Fir’aun menanyakan kepadanya tentang Tuhannya. Musa berkata:

Yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk. (Thaha: 50)

Kemudian Musa mendapat pertanyaan dari Fir’aun. Maka Musa menjawabnya lagi:

Yang telah menjadikan bagi kalian bumi sebagai hamparan. (Thaha: 53)

Menurut qiraat sebagian ulama, disebutkan mahdan (bukan mihadan) yang artinya tempat menetap bagi kalian; kalian dapat berdiri, tidur, dan bepergian di permukaannya.

dan Yang telah menjadikan bagi kalian di bumi itu jalan-jalan. (Thaha: 53)

Yakni Dia telah menjadikan bagi kalian jalan-jalan agar kalian dapat berjalan di segala penjurunya. Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:

وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ

dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas agar mereka mendapat petunjuk. (Al-Anbiya: 31)

Adapun firman Allah Swt.:

dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam. (Thaha: 53)

Yaitu berbagai macam tetumbuhan berupa tanam-tanaman dan buah-buahan, ada yang rasanya masam, ada yang manis, dan ada yang pahit, serta berbagai jenis lainnya dari hasil tanam-tanaman dan buah-buahan.

Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatang kalian. (Thaha: 54)

Maksudnya, sebagian untuk makanan dan buah-buahan kalian dan sebagian lainnya buat ternak kalian, yakni buat makanan ternak berupa dedaunan yang hijau dan yang kering.

Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda. (Thaha: 54)

Yakni dalil-dalil, bukti-bukti, dan tanda-tanda (yang menunjukkan akan kekuasaan Allah).

bagi orang-orang yang berakal (Thaha: 54)

Artinya, bagi orang-orang yang berakal sehat dan lurus. Semuanya itu menunjukkan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan tidak ada Rabb selain Dia.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

Artikel SebelumnyaDari Tanah Allah Menciptakan Kamu
Artikel SelanjutnyaTuhanku Tidak Akan Salah Ataupun Lupa