Celaan kepada Orang-orang yang Tidak Mau Menolong

Kajian Tafsir Surah At-Taubah ayat 40

0
368

Kajian Tafsir Surah At-Taubah ayat 40, Kisah perang Tabuk, dorongan kepada kaum mukmin untuk berjihad bersama Rasulullah ﷺ dan celaan kepada orang-orang yang tidak mau menolong Beliau ﷺ. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

إِلا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٤٠)

Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara yang tidak terlihat olehmu, dan dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan seruan Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. At-Taubah : 40)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Illā taηshurūhu (jika kalian tidak menolongnya), yakni jika kalian tidak menolong Nabi Muhammad ﷺ dengan keberangkatan kalian bersamanya ke Perang Tabuk.

Fa qad nasharahullāhu idz akhrajahul ladzīna kafarū (maka sungguh Allah telah menolongnya tatkala orang-orang kafir mengusirnya), yakni tatkala orang-orang kafir Mekah mengusirnya.

Tsāniyatsnaini (sedangkan dia adalah yang kedua dari dua orang), maksudnya Rasulullah ﷺ dan Abu Bakr.

Idz humā (ketika keduanya), yakni Rasulullah ﷺ dan Abu Bakr.

Fil ghāri idz yaqūlu (berada di dalam gua, pada saat dia berkata), yakni Rasulullah ﷺ  berkata.

Li shāhibihī (kepada sahabatnya), yakni kepada Abu Bakr.

Lā tahzan (“Janganlah kamu bersedih hati), hai Abu Bakr.

Innallāha ma‘anā (sesungguhnya Allah bersama kita”) dan akan menolong kita.

Fa aηzalallāhu sakīnatahū (kemudian Allah menurunkan ketenangan-Nya), yakni ketenteraman dari-Nya.

‘Alaihi (kepadanya), yakni kepada Nabi-Nya.

Wa ayyadahū (dan memperkuat dia), yakni membantu beliau dalam Perang Badr, Perang Ahzab, dan Perang Hunain.

Bi junūdil lam tarauhā (dengan tentara yang tidak terlihat oleh kalian), yakni para malaikat.

Wa ja‘ala kalimata (dan Allah menjadikan kalimah), yakni agama.

Alladzīna kafarūs suflā (orang-orang kafir itu rendah), yakni terkalahkan dan tercela.

Wa kalimatullāhi hiyal ‘ulyā (dan Kalimah Allah itu tinggi), yakni unggul lagi terpuji.

Wallāhu ‘azīzun (dan Allah Maha Perkasa) menimpakan siksaan kepada Musuh-musuh-Nya.

Hakīm (lagi Maha Bijaksana) dengan memberikan kemenangan kepada para penolong-Nya.

BACA JUGA Kajian Tafsir Juz Ke-10 untuk ayat lainnya

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad)[21], sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah)[22]; sedang dia salah seorang dari dua orang[23] ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya[24], “Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan[25] kepadanya (Muhammad)[26] dan membantu dengan bala tentara yang tidak terlihat olehmu[27], dan dia menjadikan seruan orang-orang kafir[28] itu rendah[29]. Dan seruan Allah[30] itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana[31].

[21] Maka Allah tidak butuh kepada kamu, karena sesungguhnya Allah telah menolongnya dalam keadaan yang paling sempit.

[22] Orang-orang kafir telah sepakat untuk membunuh Nabi ﷺ, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitahukan maksud jahat orang-orang kafir itu kepada Beliau. Oleh karena itu beliau keluar dengan ditemani oleh Abu Bakar dari Mekah ke Madinah, dan dalam perjalanannya ke sana Beliau bersembunyi di sebuah gua di bukit Tsur. Beliau dan Abu Bakar tinggal di sana agar pencarian terhadap Beliau mereda, di mana ketika itu musuh menyebar di berbagai tempat untuk menangkap Beliau, namun Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjaga Beliau.

[23] Yang satu lagi adalah Abu Bakar Ash Shiddiq. Maksud ayat ini adalah bahwa dalam keadaan seperti itu Allah telah menolongnya, dan sudah barang tentu akan menolong Beliau pula dalam keadaan yang lain dan tidak akan membiarkannya.

[24] Yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq saat ia berkata kepada Beliau ketika melihat kaki-kaki kaum musyrik, “Jika sekiranya salah seorang di antara mereka melihat ke bawah kakinya tentu ia akan melihat kita,” Maka Beliau menjawab, “Janganlah engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.”

[25] Ayat ini menunjukkan pentingnya ketenangan dan bahwa ia termasuk pelengkap nikmat Allah kepada hamba-Nya terutama di saat-saat menegangkan, dan bahwa ketenangan itu akan diperoleh sesuai sejauh mana pengetahuan seorang hamba terhadap Tuhannya, keyakinannya terhadap janji-Nya, dan sesuai keimanan dan keberanian yang ada dalam dirinya.

[26] Bisa juga kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu.

[27] Yaitu para malaikat yang menjaga Beliau.

[28] Yaitu seruan atau dakwah syirknya.

[29] Orang-orang kafir menyangka bahwa mereka akan berhasil menangkap Rasulullah ﷺ dan membunuhnya, mereka kerahkan daya upaya agar tercapai maksud mereka, namun Allah Subhaanahu wa Ta’aala menjadikan mereka kecewa dan maksud mereka tidak tercapai. Ini merupakan pertolongan Allah kepada Beliau ﷺ, karena pertolongan Allah dapat berupa menolong kaum muslimin dalam usaha mereka mengalahkan musuh seperti dalam peperangan, dan bisa berupa menolong orang yang lemah dengan menghindarkan gangguan musuh darinya.

[30] Yakni seruan tauhid. Ada pula yang mengartikan dengan kalimat qadari-Nya dan kalimat agama-Nya, seperti ayat, “Dan Kami berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” (Terj. Ar Ruum: 47), ayat, “Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),” (terj. Ghaafir: 51) dan ayat, “Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang,” (Ash Shaffaat: 173) Maksud tentara Kami di sini adalah Rasul beserta pengikut-pengikutnya. Oleh karena itu, agama Allah itulah yang akan menang di atas semua agama dengan hujjah yang jelas dan bukti yang nyata.

[31] Dia menempatkan sesuatu pada tempatnya, Dia memiliki hikmah menunda kemenangan hamba-Nya sampai tiba watu yang dikehendaki oleh kebijaksanaan-Nya.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Jika kalian tidak menolongnya) yakni Nabi Muhammad ﷺ (maka sesungguhnya Allah telah menolongnya, yaitu ketika) sewaktu (orang-orang kafir mengeluarkannya) dari Mekah, artinya mereka memaksanya supaya keluar dari Mekah sebagai tindak lanjut dari rencana yang telah mereka musyawarahkan di Darun Nadwah, yaitu membunuh, menahan atau mengusirnya (sedangkan dia salah seorang dari dua orang) lafal ayat ini menjadi hal/keterangan keadaan; maksudnya sewaktu dia menjadi salah seorang dari dua orang sedangkan yang lainnya ialah Abu Bakar. Pengertian yang tersirat dari ayat ini ialah semoga Allah menolongnya dalam keadaan seperti itu, maka semoga pula Dia tidak membiarkannya dalam keadaan yang lainnya. (Ketika) menjadi badal/kata ganti daripada lafal idz yang sebelumnya (keduanya berada dalam gua) di bukit Tsur (di waktu) menjadi badal daripada idz yang kedua (dia berkata kepada temannya,) kepada Abu Bakar yang pada saat melihat kaki kaum musyrikin ia berkata kepada Nabi ﷺ, “Seandainya salah seorang daripada mereka melihat ke arah bawah telapak kakinya niscaya dia akan dapat melihat kita berdua.” (“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.”) melalui pertolongan-Nya.

(Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya) rasa aman (kepadanya) menurut suatu pendapat dikatakan bahwa dhamir di sini kembali kepada Nabi Muhammad ﷺ sedangkan menurut pendapat yang lain kembali kepada Abu Bakar (dan membantunya) yakni Nabi Muhammad ﷺ (dengan tentara yang kalian tidak melihatnya) yaitu para malaikat, di dalam gua tersebut dan di medan-medan pertempuran yang dialaminya (dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir) yaitu seruan kemusyrikan (itulah yang rendah) yakni kalah. (Dan kalimat Allah) kalimat syahadat (itulah yang tinggi) yang tampak dan menang. (Allah Maha Perkasa) dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam penciptaan-Nya.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Jikalau kalian tidak menolongnya. (At-Taubah: 40)

Yakni jika kalian tidak menolong Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah-lah yang menolong, yang membantu. yang mencukupi, dan yang memeliharanya, seperti yang telah dilakukan-Nya:

Ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah), sedangkan dia salah seorang dari dua orang. (At-Taubah: 40)

Hal ini terjadi pada tahun beliau ﷺ melakukan hijrahnya. Saat itu orang-orang musyrikin bertekad hendak membunuhnya atau menahannya atau mengusirnya. Maka Nabi ﷺ lari dari mereka bersama sahabatnya, yaitu Abu Bakar As-Siddiq. Lalu keduanya berlindung di dalam Gua Sur selama tiga hari, menunggu agar orang-orang yang mencari dan menelusuri jejaknya kembali ke Mekah. Sesudah itu beliau bersama Abu Bakar meneruskan perjalanan ke Madinah.

Abu Bakar merasa takut bila seseorang dari kaum musyrik yang mengejarnya itu dapat melihatnya yang akhirnya nanti Rasulullah ﷺ akan disakiti oleh mereka. Maka Nabi ﷺ menenangkan hatinya dan meneguhkannya seraya bersabda:

يَا أَبَا بَكْرٍ، مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا

Hai Abu Bakar, bagaimanakah dugaanmu terhadap dua orang yang ketiganya adalah Allah?

Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan bahwa:

حَدَّثَنَا عَفَّانُ، حَدَّثَنَا هَمَّامٌ، أَنْبَأَنَا ثَابِتٌ، عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ حَدَّثَهُ قَالَ: قُلْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَنَحْنُ فِي الْغَارِ: لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ نَظَرَ إِلَى قَدَمَيْهِ لَأَبْصَرَنَا تَحْتَ قَدَمَيْهِ. قَالَ: فَقَالَ: يَا أَبَا بَكْرٍ، مَا ظَنُّكَ بِاثْنَيْنِ اللَّهُ ثَالِثُهُمَا

Telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas; Abu Bakar telah bercerita kepadanya bahwa ketika ia berada di dalam gua bersama Nabi ﷺ, ia berkata kepada Nabi ﷺ, “Seandainya seseorang dari mereka itu memandang ke arah kedua telapak kakinya, niscaya dia akan dapat melihat kita berada di bawah kedua telapak kakinya.” Maka Nabi bersabda: Hai Abu Bakar, apakah dugaanmu tentang dua orang, sedangkan yang ketiganya adalah Allah?

Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini di dalam kitab Sahih-nya masing-masing. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

Maka Allah menurunkan ketenangan-Nya kepadanya (Muhammad). (At-Taubah: 40)

Maksudnya, dukungan dan pertolongan Allah diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Demikianlah menurut salah satu di antara dua pendapat yang terkenal. Menurut pendapat lain, ketenangan-Nya itu diturunkan kepada Abu Bakar. Telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas dan lain-lainnya yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ selalu disertai oleh ketenangan. Akan tetapi, hal ini tidaklah bertentangan bila dikatakan bahwa ketenangan tersebut diperbarui dalam keadaan yang khusus itu. Dalam firman selanjutnya disebutkan:

Dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak melihatnya. (At-Taubah: 40)

Yaitu para malaikat.

Dan Allah menjadikan seruan orang-orang yang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. (At-Taubah: 40)

Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah kalimat orang-orang kafir adalah kemusyrikan. sedangkan kalimat Allah ialah kalimat “Tidak ada Tuhan selain Allah””.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Abu Musa Al-Asy’ari radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya tentang seorang lelaki yang berperang karena pemberani dan seorang lelaki yang berperang karena fanatisme dan pamer, manakah di antara keduanya yang termasuk di jalan Allah Subhaanahu wa Ta’aala? Rasulullah ﷺ menjawab:

مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Barang siapa yang berperang untuk membela agar kalimat Allah tinggi, maka dialah yang berada di jalan Allah.

BACA JUGA ayat berikutnya ....

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

Allah Maha Perkasa. (At-Taubah: 40)

Yakni dalam pembalasan dan pertolongan-Nya, lagi Mahakebal Zat-Nya, tidak akan tertimpa bahaya orangyang berlindung kepada naungan-Nya dan mengungsi kepada-Nya dengan berpegang kepada khitab (perintah)-Nya.

Lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 40)

Maha Bijaksana dalam semua perbuatan dan ucapan-Nya

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

 

 

Artikel SebelumnyaMengorbankan Jiwa dan Raga untuk Memperoleh Rida-Nya
Artikel SelanjutnyaMengganti dengan Kaum yang Lain

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini