Bertakwalah kepada Allah Sebenar-benar Takwa

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 102

0
378

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 102. Perintah bertakwa, Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imran : 102)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Ya ayyuhal ladzīna āmanuttaqullāha (wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah), yakni hendaklah kalian taat kepada Allah Ta‘ala.

Haqqa tuqātihī (dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya), yakni sebenar-benar takwa kepada Allah Ta‘ala dengan jalan taat kepada-Nya dan tidak durhaka kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya dan tidak kufur kepada-Nya, ingat kepada-Nya dan tidak lupa kepada-Nya. Menurut pendapat yang lain, yakni hendaklah kalian taat kepada Allah Ta‘ala sebagaimana sudah semestinya. …

.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

  1. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya[1]; …

[1] Dalam tafsir Al Jalaalain disebutkan, bahwa ketika turun ayat ini, ada yang merasa keberatan, maka dimansukhlah dengan ayat fattaqullah mas tatha’tum (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu) surat At Taghabun: 16, wallahu a’lam.

Di dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:

مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ، وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مَنْ قَبْلَكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ

Apa yang aku larang, hendaklah kalian menjauhinya dan apa yang aku perintahkan maka hendaklah kalian melaksanakannya semampu kalian. Sesungguhnya binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena mereka banyak bertanya dan karena penentangan mereka terhadap nabi-nabi mereka. (HR. Bukhari dan Muslim)

Syaikh As Sa’diy berkata tentang tafsir ayat ini, Ini merupakan perintah Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin agar mereka bertakwa kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, tetap berada di atasnya dan istiqamah hingga akhir hayat. Hal itu, karena orang yang terbiasa hidup di atas sesuatu, niscaya ia akan meninggal di atasnya. Barang siapa di saat sehat, semangat dan berkemampuan tetap menjaga ketakwaan kepada Tuhannya dan mentaati-Nya serta senantiasa kembali kepada-Nya, maka Allah akan meneguhkannya ketika wafat serta mengaruniakan husnul khatimah. Bertakwa kepada Allah dengan sebenar-benar takwa sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud adalah, Dengan ditaati tidak dimaksiati, disyukuri tidak dikufuri dan diingat tidak dilupakan. Ayat ini merupakan penjelasan terhadap hak Allah Ta’ala dalam takwa, adapun yang diwajibkan bagi hamba dari ketakwaan itu adalah sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala, fattaqullah mas tatha’tum (Maka bertakwalah kepada Allah semampu kamu). Rincian ketakwaan yang terkait dengan hati dan anggota badan sangat banyak sekali, namun terhimpun dalam mengerjakan semua yang diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan mereka melakukan hal yang membantu ketakwaan, yaitu bersatu dan berpegang teguh dengan agama Allah, di samping itu perkataan kaum mukmin adalah sama sambil bersatu tidak berpecah belah. Bersatunya kaum muslimin di atas agama mereka serta bersamanya hati dapat memperbaiki agama dan dunia mereka. Dengan bersatu, mereka bisa melakukan perkara apa pun, demikian juga mereka akan memperoleh maslahat yang banyak yang hanya bisa dilakukan secara bersama, seperti tolong-menolong di atas kebaikan dan takwa, sebagaimana dalam berpecah dan bermusuhan menjadikan kesatuannya retak, ikatannya terputus, dan masing-masing hanya bekerja dan berusaha untuk kepentingan pribadinya meskipun mengakibatkan bahaya yang merata.

.

Tafsir Jalalain

  1. (Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah sebenar-benar takwa) yaitu dengan menaati dan bukan mendurhakai, mensyukuri dan bukan mengingkari karunia-Nya dan dengan mengingat serta tidak melupakan-Nya. Kata para sahabat, Wahai Rasulullah! Siapakah yang sanggup melaksanakan ini? Maka ayat ini pun dinasakh dengan firman-Nya, Bertakwalah kamu kepada Allah menurut kemampuanmu. …

.

Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sufyan dan Syu’bah, dari Zubaid Al-Yami, dari Murrah, dari Abdullah ibnu Mas’ud sehubungan dengan makna firman-Nya:  Bertakwalah kalian kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya.(Ali Imran: 102 ) Yaitu dengan taat kepada-Nya dan tidak maksiat terhadapnya, selalu mengingat-Nya dan tidak lupa kepada-Nya, selalu bersyukur kepada-Nya dan tidak ingkar terhadap nikmat-Nya.

Sanad asar ini sahih lagi mauquf. Ibnu Abu Hatim mengikutkan sesudah Murrah (yaitu Amr ibnu Maimun), dari Ibnu Mas’ud.

Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui hadits Yunus ibnu Abdul A’la, dari Ibnu Wahb, dari Sufyan As-Sauri, dari Zubaid, dari Murrah, dari Abdullah Ibnu Mas’ud yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya: bertakwalah kalian kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya (Ali Imran: 102), lalu beliau bersabda menafsirkannya hendaknya Allah ditaati, tidak boleh durhaka kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya dan jangan ingkar kepada (nikmat)-Nya, dan selalu ingat kepada-Nya dan tidak melupakan-Nya.

Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya melalui hadits Mis’ar, dari Zubaid, dari Murrah, dari Ibnu Mas’ud secara marfu’ (yakni sampai kepada Rasulullah ﷺ). Kemudian Imam Hakim menuturkan hadits ini, lalu berkata, Predikat hadits sahih dengan syarat Syaikhain, tetapi keduanya tidak mengetengahkannya. Demikianlah menurut penilaian Imam Hakim. Tetapi menurut pendapat yang kuat, predikatnya adalah mauquf (hanya sampai pada Ibnu Mas’ud saja).

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-4

lbnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan hal yang semisal dari Murrah Al-Hamdani, Ar-Rab’i ibnu Khaisam, Amr ibnu Maimun, Ibrahim An-Nakha’i, Tawus, Al-Hasan, Qatadah, Abu Sinan, dan As-Saddi.

Telah diriwayatkan pula dari sahabat Anas; ia pernah mengatakan bahwa seorang hamba masih belum dikatakan benar-benar bertakwa kepada Allah sebelum mengekang (memelihara) lisannya.

Sa’id ibnu Jubair, Abul Aliyah, Ar-Rabi’ ibnu Anas, Qatadah, Muqatil ibnu Hayyan, Zaid ibnu Aslam, As-Saddi, dan lain-lainnya berpendapat bahwa ayat ini (Ali Imran: 102) telah dimansukh oleh firman-Nya:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Maka bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan kalian. (At-Taghabun: 16)

Berikutnya: Janganlah Mati Kecuali dalam Keadaan Beragama Islam

Ali ibnu Abu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran: 102) Bahwa ayat ini tidak dimansukh, dan yang dimaksud dengan haqqa luqatih ialah berjihadlah kalian di jalan Allah dengan sebenar-benar jihad demi membela agama Allah, dan janganlah kalian enggan demi membela Allah hanya karena celaan orang-orang yang mencela; tegakkanlah keadilan, sekalipun terhadap diri kalian dan orang-orang tua kalian serta anak-anak kalian sendiri.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Artikel SebelumnyaJanganlah Mati Kecuali dalam Keadaan Beragama Islam
Artikel SelanjutnyaPeringatan Terhadap Umat Islam

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini