Berimannya Sebagian Ahli Kitab dengan Masuk Islam

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 199

0
262

Kajian Tafsir Surah Ali Imran ayat 199. Berimannya sebagian Ahli Kitab dengan masuk Islam. Allah Subhaanahu wa Ta’aala berfirman:

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang murah. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (Q.S. Ali Imran : 199)

.

Tafsir Ibnu Abbas

Wa inna min ahlil kitābi la may yu’minu billāhi wa mā uηzila ilaikum (dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kalian), yaitu Al-Qur’an.

Wa mā uηzila ilaihim (dan kepada apa yang diturunkan kepada mereka), yaitu kitab Taurat.

Khāsyi‘īna lillāhi (sedang mereka pun menundukkan diri kepada Allah), yakni mereka pun bersikap tawadlu‘ dan merendahkan diri kepada Allah Ta‘ala dengan menjalankan ketaatan.

Lā yasy-tarūna bi āyātillāhi (dan mereka tidak menukar Ayat-ayat Allah), yakni dengan jalan menutup-nutupi sifat dan gambaran Nabi Muhammad ﷺ yang termaktub dalam kitab mereka.

Tsamanang qalīlā (dengan harga yang sedikit), yakni harga yang tak seberapa, (setara dengan) sesuap makanan.

Ulā-ika lahum ajruhum (mereka memperoleh pahala), yakni memperoleh ganjaran.

‘Iηda rabbihim (di sisi Rabb-nya) di dalam surga.

Innallāha sarī‘ul hisāb (sesungguhnya Allah teramat cepat perhitungan-Nya), yakni apabila Dia menghisab, maka penghisaban-Nya itu teramat cepat.

Setelah itu, Allah Ta‘ala menyemangati mereka agar bersabar dalam menjalani jihad dan perjuangan.

.

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

199.[10] Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah[11], dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu[12] dan yang diturunkan kepada mereka[13], karena mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah[14] dengan harga yang murah[15]. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya[16]. Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.

[10] Abu Bakar Al Bazzar meriwayatkan dari Anas, bahwa Nabi ﷺ pernah menyalatkan raja Najasyi ketika diberitakan bahwa ia telah wafat, lalu ada yang mengatakan, Wahai Rasulullah, apakah Engkau akan menyalatkan seorang budak Habasyah? Maka Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat, Wa inna min ahlil kitaab…dst. (Hadits ini memiliki banyak jalur yang menjadikannya shahih).

[11] Seperti Abdullah bin Salam, kawan-kawannya dan Raja Najasyi.

[12] Yaitu Al-Qur’an.

[13] Yaitu Taurat dan Injil. Inilah iman yang bermanfaat, yakni mengimani semua rasul dan semua kitab. Adapun jika hanya beriman kepada sebagian rasul atau sebagian kitab, maka iman tersebut tidak bermanfaat. Mereka inilah Ahli Kitab dan ahli ilmu yang sesungguhnya, di mana hanya orang-orang yang berilmu sajalah yang takut kepada Allah. Kepada mereka diberikan rasa takut kepada Allah, tunduk kepada keagungan-Nya yang menjadikan mereka mengerjakan perintah dan menjauhi larangan serta berjalan di atas batasan-Nya. Di antara sempurnanya rasa takut mereka adalah mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang murah.

[14] Yang ada pada mereka di dalam Taurat dan Injil seperti tentang diutusnya Nabi Muhammad ﷺ.

[15] Yaitu dunia, dengan menyembunyikan ayat itu karena mengkhawatirkan kedudukannya di tengah-tengah kaumnya seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi. Mereka tidak mengedepankan dunia di atas agama, mereka mengetahui bahwa kerugian yang sesungguhnya adalah ketika lebih ridha dengan kehinaan daripada kemuliaan, meengedepankan kepentingan pribadi dan meninggalkan kebenaran yang merupakan kemenangan di dunia dan di akhirat.

[16] Mereka mendapatkan pahala dua kali karena beriman kepada Taurat, Injil dan Al-Qur’an (lihat Al Qashash: 54).

.

Tafsir Jalalain

  1. (Sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah) seperti Abdullah bin Salam dan sahabat-sahabatnya serta Najasyi (dan kepada apa yang diturunkan kepadamu) yakni Al-Qur’an (dan kepada apa yang telah diturunkan kepada mereka) yakni Taurat dan Injil (dalam keadaan merendahkan diri) hal dari dhamir pada ‘yu`minu’ dengan menekankan makna ‘man’ dengan arti ‘tawadhu`’ (kepada Allah tanpa menukarkan ayat-ayat Allah) yang terdapat pada mereka dalam Taurat dan Injil berupa kebangkitan Nabi ﷺ (dengan harga yang sedikit) dari harta dunia, misalnya dengan menyembunyikannya karena takut kehilangan pengaruh seperti dilakukan oleh orang-orang Yahudi lainnya. (Mereka beroleh pahala) sebagai balasan atas amal perbuatan mereka (di sisi Tuhan mereka) yang diberikan kepada mereka dua kali sebagaimana terdapat dalam surah Al-Qashash (sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya) dapat melakukan perhitungan terhadap seluruh makhluk dalam hanya setengah hari saja dari hari-hari dunia.

.

Tafsir Ibnu Katsir

Allah Subhaanahu wa Ta’aala memberitakan perihal segolongan Ahli Kitab, bahwa mereka beriman kepada Allah dengan iman yang sebenarnya, beriman pula kepada Al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ serta kitab-kitab terdahulu yang ada di tangan mereka. Bahwa mereka selalu taat kepada Allah, tunduk patuh di hadapan-Nya, dan tidak pernah menukar ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Yakni mereka tidak menyembunyikan berita gembira tentang Nabi Muhammad ﷺ yang ada di dalam kitab-kitab mereka. Mereka menyebutkan sifat dan ciri khasnya, serta tempat beliau diutus dan sifat umatnya.

Mereka adalah orang-orang yang terpilih dari kalangan Ahli Kitab dan merupakan orang-orang paling baik di antara mereka, baik dari kalangan orang-orang Yahudi ataupun orang-orang Nasrani.

Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berfirman di dalam surat Al-Qashash:

الَّذِينَ آتَيْناهُمُ الْكِتابَ مِنْ قَبْلِهِ هُمْ بِهِ يُؤْمِنُونَ وَإِذا يُتْلى عَلَيْهِمْ قالُوا آمَنَّا بِهِ إِنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّنا إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلِهِ مُسْلِمِينَ أُولئِكَ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ بِما صَبَرُوا

Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al-Kitab sebelumnya Al-Qur’an mereka beriman pula dengan Al-Qur’an itu. Dan apabila dibacakan (Al-Qur’an) itu pada mereka, mereka berkata, Kami beriman kepadanya: sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah suatu kebenaran dari Tuhan kami. sesungguhnya kami sebelumnya adalah orang-orang yang membenarkannya. Mereka itu diberi pahala dua kali disebabkan kesabaran mereka, dan mereka menolak kejahatan dengan kebaikan, dan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka, mereka nafkahkan. (Al-Qashash: 52-54)

Allah Subhaanahu wa Ta’aala telah berfirman dalam ayat yang lain, yaitu:

الَّذِينَ آتَيْناهُمُ الْكِتابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلاوَتِهِ أُولئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ

Orang-orang yang telah Kami berikan Al-Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. (Al-Baqarah: 121)

وَمِنْ قَوْمِ مُوسى أُمَّةٌ يَهْدُونَ بِالْحَقِّ وَبِهِ يَعْدِلُونَ

Dan di antara kaum Musa itu terdapat suatu umat yang memberi petunjuk (kepada manusia) dengan hak, dan dengan hak itulah mereka menjalankan keadilan. (Al-A’raf: 159)

لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ

Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedangkan mereka juga bersujud (shalat). (Ali Imran: 113)

قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ سُجَّدًا  وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولا. وَيَخِرُّونَ لِلأذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا

Katakanlah, Berimanlah kalian kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil sujud, dan mereka berkata, Maha Suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi. Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk. (Al-Isra: 107-109)

Sifat-sifat tersebut memang dijumpai di kalangan orang-orang Yahudi, tetapi sedikit. Seperti yang ada pada diri Abdullah ibnu Salam dan orang-orang Yahudi yang semisal dengannya dari kalangan rahib-rahib Yahudi yang beriman, tetapi jumlah mereka tidak sampai sepuluh orang.

Adapun di kalangan orang-orang Nasrani, sifat-sifat tersebut banyak dijumpai; di kalangan mereka banyak orang yang mendapat petunjuk dan mengikuti kebenaran. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا وَلَتَجِدَنَّ أَقْرَبَهُمْ مَوَدَّةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ قَالُوا إِنَّا نَصَارَى

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatan dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata. Sesungguhnya kami ini orang Nasrani. (Al-Maidah: 82)

sampai dengan firman-Nya:

فَأَثَابَهُمُ اللَّهُ بِمَا قَالُوا جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا

Maka Allah memberi mereka pahala terhadap perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedangkan mereka kekal di dalamnya. (Al-Maidah: 85)

Demikian pula yang dikatakan oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala dalam surat ini melalui firman-Nya:

أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ

Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. (Ali lmran: 199), hingga akhir ayat.

Di dalam sebuah hadits telah disebutkan bahwa ketika Ja’far ibnu Abu Talib radiyallahu ‘anhu membacakan surat kaf ha ya ‘ain sad di hadapan Raja Najasyi, Raja negeri Habsyah yang saat itu di hadapannya banyak terdapat para patrik dan pendeta, maka Raja Najasyi menangis, dan mereka ikut menangis pula bersamanya hingga air mata membasahi jenggot mereka.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan, ketika Raja Najasyi meninggal dunia, maka Nabi ﷺ mengucapkan belasungkawa kepada para sahabatnya, lalu beliau ﷺ bersabda:

إِنَّ أَخًا لَكُمْ بِالْحَبَشَةِ قَدْ مَاتَ فصَلُّوا عَلَيْهِ

Sesungguhnya seorang saudara kalian di Habsyah telah meninggal dunia, maka shalatkanlah ia oleh kalian.

Kemudian Nabi ﷺ keluar menuju tanah lapang, lalu mengatur saf mereka (sahabat-sahabatnya) dan menyalatkan (jenazah)nya (secara gaib).

وَرَوَى ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ وَالْحَافِظُ أَبُو بَكْرِ بْنُ مَرْدَوَيْهِ مِنْ حَدِيثِ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ، عَنْ ثَابِتٍ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: لَمَّا تُوُفي النَّجَاشِيُّ قَالَ رسولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ. فَقَالَ بَعْضُ النَّاسِ: يَأْمُرُنَا أَنْ نَسْتَغْفِرَ لِعِلْج مَاتَ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ. فَنَزَلَتْ: وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنزلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنزلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ الْآيَةَ

Ibnu Abu Hatim dan Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkan dari hadits Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik yang menceritakan bahwa ketika Raja Najasyi meninggal dunia, Rasulullah ﷺ bersabda: Mohonkanlah ampun buat saudara kalian! Maka sebagian orang ada yang mengatakan, Apakah beliau memerintahkan kita agar memintakan ampun buat orang kafir yang mati di negeri Habsyah ini? Maka turunlah firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kalian dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.

Abdu ibnu Humaid dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui jalur lain dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Al-Hasan, dari Nabi ﷺ Kemudian Ibnu Murdawaih meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Humaid, dari Anas ibnu Malik semisal dengan hadits di atas.

Ibnu Jarir meriwayatkannya pula melalui hadits Abu Bakar Al-Huzali, dari Qatadah, dari Sa’id ibnul Musayyab, dari Jabir yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah berkata kepada kami ketika Raja Najasyi meninggal dunia: Sesungguhnya Ashamah Raja Najasyi saudara kalian telah meninggal dunia. Lalu Rasulullah ﷺ keluar dan melakukan shalat sebagaimana menyalatkan jenazah, yaitu dengan empat kali takbir. Orang-orang munafik berkata, Apakah dia menyalatkan seorang kafir yang mati di negeri Habsyah? Maka Allah menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.

Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Amr Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Salamah ibnul Fadl, dari Muhammad ibnu Ishaq, telah menceritakan kepadaku Yazid ibnu Rauman, dari Urwah, dari Siti Aisyah radiyallahu ‘anha yang mengatakan, Ketika Raja Najasyi meninggal dunia, kami memperbincangkan bahwa di atas kubur Raja Najasyi terus-menerus masih kelihatan ada nurnya.

Al-Hafiz Abu Abdullah Al-Hakim meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas As-Sayyari di Marwin. teluh menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ali Al-Gazal, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Hasan ibnu Syaqiq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Mus’ab ibnu Sabit, dari Amir ibnu Abdullah ibnuz Zubair dari ayahnya yang menceritakan bahwa Raja Najasyi mendapat ancaman dari musuh dalam negerinya. Maka kaum Muhajirin datang menghadapnya dan berkata, Sesungguhnya kami suka bila engkau keluar memerangi mereka hingga kami dapat berperang bersamamu untuk membantumu, dan kamu dapat melihat keberanian kami serta membalas budimu yang telah kamu berikan kepada kami. Maka Raja Najasyi menjawab. Sesungguhnya penyakit yang diakibatkan karena penolongan Allah Subhaanahu wa Ta’aala adalah lebih baik daripada obat karena pertolongan manusia. Abdullah ibnuz Zubair mengatakan bahwa sehubungan dengan dialah ayat ini diturunkan, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang-orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kalian dan yang diturunkan kepada mereka, sedangkan mereka berendah hati kepada Allah. (Ali Imran: 199), hingga akhir ayat.

Selanjutnya Imam Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih, tetapi keduanya (Imam Bukhari dan Imam Muslim) tidak mengetengahkannya.

Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab. (Ali Imran: 199) Yakni orang-orang muslim dari kalangan Ahli Kitab.

Abbad ibnu Mansur mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Al-Hasan Al-Basri mengenai makna firman-Nya: Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah. (Ali Imran: 199). hingga akhir ayat. Maka Al-Hasan Al-Basri menjawab bahwa mereka adalah Ahli Kitab yang telah ada sebelum Nabi Muhammad ﷺ Lalu mereka mengikuti Nabi Muhammad dan masuk Islam. Allah memberi mereka pahala dua kali lipat, yaitu pahala untuk iman mereka sebelum Nabi Muhammad ﷺ dan pahala mereka mengikuti Nabi Muhammad ﷺ Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.

Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadits melalui Abu Musa yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:

ثَلَاثَةٌ يُؤتَوْنَ أجرَهم مَرَّتَيْنِ فَذَكَرَ مِنْهُمْ: وَرَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ آمَنَ بِنَبِيِّهِ وَآمَنَ بِي

Ada tiga macam orang yang pahala mereka diberi dua kali. Kemudian Nabi menyebutkan salah satu di antara mereka, yaitu seorang lelaki dari kalangan Ahli Kitab yang beriman kepada nabinya, lalu ia beriman kepadaku.

Daftar Isi: Kajian Tafsir Al-Qur’an Juz Ke-4

Firman Allah Subhaanahu wa Ta’aala:

لَا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا

Mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. (Ali Imran: 199)

Mereka tidak menyembunyikan pengetahuan yang ada pada mereka. tidak seperti apa yang dilakukan oleh segolongan orang yang hina dari kalangan mereka, melainkan mereka memberikan ilmu itu dengan cuma-cuma, yakni secara suka rela. Karena itulah Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan mereka di dalam firman berikutnya:

Ayat berikutnya: Seruan kepada Kaum Mukmin untuk Bersabar

أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. (Ali Imran: 199)

Mujahid mengatakan bahwa makna sari’ul hisab ialah amat cepat perhitungan-Nya. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan lain-lainnya.

Hanya Allah Yang Maha mengetahui dan segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Artikel SebelumnyaSeruan kepada Kaum Mukmin untuk Bersabar
Artikel SelanjutnyaKesenangan yang Kekal

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini